Tak terasa tahun 2011 ini hanya tersisa sekitar 2 bulan lebih, mau update blog ini juga rasanya nggak punya ide dan nggak punya cukup waktu untuk menulis he...he, padahal punya janji pada diri sendiri paling tidak setiap bulan minimal ada satu tulisan yang muncul. Mengingat jatah waktu hidup kita yang diberikan Allah SWT juga semakin berkurang, pernahkan kita mengevaluasi waktu yang kita manfaatkan dari 24 jam perhari yang diberikan-Nya sama rata kepada setiap orang ... baik kaya maupun miskin, tua ataupun muda, berapa jam kah dalam sehari yang dihabiskan untuk duduk di depan kotak ajaib atau Televisi ini ?
Biasanya waktu yang hanya 24 jam dalam sehari tersebut terbagi untuk sekolah/bekerja sekitar 8 jam perhari atau bahkan 12 jam jika termasuk macet di jalanan, tidur juga 8 jam perhari, lalu sisa yang 8 jam lagi untuk aktifitas2 lainnya, misalkan digunakan untuk makan, minum, mandi, ibadah, bikin PR/tugas, sekitar 4 - 6 jam, nah sisa 4 jam lagi untuk anak-anak biasanya dipakai main dan tentu saja terpaku di depan si kotak ajaib ini. Apalagi saat ini stasiun TV di negara kita berjumlah lumayan banyak, belum lagi jika di rumah tersedia saluran TV berlangganan, wah bisa dibayangkan waktu yang tersita untuk nonton TV.
Kalau hari libur, jika tidak keluar rumah, tentunya lebih panjang lagi waktu yang dihabiskan anak-anak di depan TV, mungkin begitu pula para orang tuanya, yang menjadikan TV sebagai hiburan yang relatif murah biayanya. Menurut suatu penelitian, orang yang menghabiskan lebih dari dua jam per hari waktu luangnya dengan non-stop menonton televisi atau duduk di depan layar TV beresiko penyakit jantung. Bahkan resiko lebih tinggi adalah kematian mendadak, waduh hati-hati ya ... jangan nonton TV terlalu banyak.
Kalau hari libur, jika tidak keluar rumah, tentunya lebih panjang lagi waktu yang dihabiskan anak-anak di depan TV, mungkin begitu pula para orang tuanya, yang menjadikan TV sebagai hiburan yang relatif murah biayanya. Menurut suatu penelitian, orang yang menghabiskan lebih dari dua jam per hari waktu luangnya dengan non-stop menonton televisi atau duduk di depan layar TV beresiko penyakit jantung. Bahkan resiko lebih tinggi adalah kematian mendadak, waduh hati-hati ya ... jangan nonton TV terlalu banyak.
Aku sendiri setelah agak berumur ... sebenarnya tidak terlalu suka nonton TV, apalagi mengikuti serial2 yang ada di TV, tapi itu dulu he..he, sejak pindah ke Bintaro sektor 7 ini, salah satu fasilitas gratisnya dapat siaran TV berlangganan selama 1 tahun, aku lagi suka nonton serial NCIS yang tayang di saluran TV Fox dari Indovision, walaupun sudah ditayangkan berulang-ulang, tetap penasaran ... maklumlah baru nonton pertama kali, kuper ya :). Sebelumnya aku tidak berminat berlangganan TV karena takut akan banyak menghabiskan waktu di depan kotak ajaib ini ... ha..ha terbukti memang, jadi kecanduan nonton serial NCIS. Setiap nonton NCIS, serasa aku ikutan jadi salah satu agen NCIS, dengan bos Gibbs seperti halnya Ziva, DiNonzo, McGee, Ducky, Palmer atau Abby he..he.
Jadi pengen tau juga nih tentang sejarah Televisi ... si kotak ajaib, yang membuat orang rela duduk berjam-jam menyaksikan tayangan2nya ... yang punya sisi positif dan negatifnya tergantung bagaimana masing-masing orang menyikapi dan memilih tayangan-tayangan yang akan ditonton.
Hasil searching untuk kotak ajaib ini dari wikipedia, langsung "copas"..... Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”
Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)
Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.
Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun jenis televisi yang paling sering digunakan adalah televisi penyiaran, yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran radio yang dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke penerima gelombang televisi. Nah waktu dulu kuliah di ITB, khusus untuk pelajaran Konsep Teknologi menggunakan sistim televisi sirkuit tertutup ini, kalo nggak salah namanya TVST (TV saluran terbatas), dosen tidak hadir di kelas tapi beliau mengajar melalui media televisi yang ditayangkan di kelas, sehingga bisa dibuat kuliah yang sama pada beberapa kelas.
Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 megahertz. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun surround di banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk diobservasi secara langsung.
Stasiun televisi di Indonesia ada sejak berdirinya TVRI pada 1962 silam. Selama 27 tahun, penduduk Indonesia hanya bisa menyaksikan satu saluran saja. Namun pada tahun 1989, Pemerintah akhirnya mengizinkan RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, meski hanya penduduk yang mempunyai antena parabola dan dekoderlah yang dapat menyaksikan RCTI, walaupun pada akhirnya dibuka untuk masyarakat mulai tanggal 21 Maret 1992 di Bandung.
Berikut daftar stasiun televisi di Indonesia yang gratis dan berlangganan:
- Siaran gratis terestrial Nasional : antv, Global TV, Indosiar, MetroTV, MNCTV, RCTI, SCTV, Trans TV, Trans7, tvOne, TVRI
- Siaran gratis Berjaringan : B Channel, Bali TV , City TV Network, JPMC, Kompas TV, SINDOtv, Spacetoon, TempoTV, Top TV Network
- Berlangganan Kabel : First Media (dahulu: Digital1, Kabelvision), IM2 PayTV, TelkomVision
- Berlangganan Satelit : aora, Astro Nusantara (tidak beroperasi) , Centrin TV, Indovision, OkeVision, Orange TV (segera beroperasi), Pentavision (segera beroperasi), Skynindo, TelkomVision, Top TV, YesTV
- Berlangganan Terestrial : M2V Mobile TV
- Berlangganan Protokol Internet : Groovia TV, TelkomVision
Siaran TV lokal juga sudah sangat banyak yang dapat dilihat pada link berikut ini
Salam Ina