Friday, May 30, 2014

Jalan-Jalan ke Parapat

stasiun kereta api Kualanamu
Pada minggu terakhir bulan Mei 2014, ada 3 "harpitnas" (hari terjepit nasional) karena diapit oleh dua hari libur tanggal merah, tentu saja kesempatan baik ini tidak disia-siakan oleh pekerja yang mendambakan hari libur seperti aku he...he, langsung minta cuti dan berencana untuk liburan.

Sayang sekali anak-anak tidak bisa ikut karena mereka akan ujian semester, walaupun si bungsu sudah selesai US SD, dia tidak mau ikut, katanya liburan nggak seru, kalau kakak dan abangnya tidak ikut. Akhirnya aku dan suamiku memutuskan untuk ke Medan saja karena sekalian ada urusan keluarga yang harus dibereskan, kami berangkat bareng adik suamiku dan satu orang anaknya yang sudah tamat Perguruan Tinggi.

Kami berangkat dari Jakarta menuju Medan pada pagi hari Minggu tanggal 25 Mei 2014 dengan naik Garuda, Alhamdulillah waktu berangkat dan tiba di bandara Kualanamu-Medan sesuai jadwal. Karena kami belum pernah ke Kualanamu, sambil menunggu jemputan, kamipun mengabadikan bandara ini dengan kamera masing2. Bandara ini bagus dan sering dijadikan objek wisata oleh masyarakat setempat. Di sini tersedia jalur kereta api menuju kota Medan dengan biaya sebesar Rp 60 ribu, tapi kami belum sempat mencoba jalur kereta api ini, karena kami dijemput dengan mobil.

Danau Toba
Acara selama di Medan tentu saja diisi dengan mencicipi kuliner yang terkenal di kota Medan, seperti soto Medan di warung Sinar Pagi, seafood Marco, sate Padang Jo Andah, mie Aceh titi bobrok, sate Padang Waspada, lontong sayur Medan, sate kerang dll. Di Medan kami menginap di hotel Swiss Bell, ketika sarapan tersedia juga menu mie sop, mantap banget kuliner di Medan ini... selama beberapa hari disini berat badan langsung merangkak naik he..he, waduh.

Pada hari Selasa tanggal 27 Mei 2014 sekitar pukul 8:00 pagi, kami berangkat ke Parapat melalui kota Pematang Siantar agar bisa mampir makan siang dengan menu utamanya burung goreng di RM Beringin, lokasi restoran ini beberapa kilometer sebelum kota Pematang Siantar. Setelah selesai makan, kami mampir di sentra oleh2 berbagai ting-ting kacang yaitu toko Paten yang lokasinya tidak jauh dari RM Beringin. Sesampainya di kota Pematang Siantar, kami mampir membeli roti Ganda yaitu roti tawar dengan selai srikaya, tentu saja kami juga membeli selai srikaya untuk di bawa pulang ke Jakarta dari toko lainnya di sebelah toko roti Ganda, katanya sih selainya lebih enak di sini.

Kamipun melanjutkan perjalanan ke Parapat, pemandangan di jalan menuju Parapat biasa-biasa saja, hanya ada sawah dan kebun sawit. Kami tiba di Parapat sekitar pukul 14:00 dan langsung menuju hotel Inna Parapat, karena kami empat orang, kami menyewa Family room dengan tarif Rp 1,835,000 termasuk makan 3 x untuk 4 orang, lumayan mahal, tapi karena lokasi hotel ini yang dekat danau Toba, kamipun malas hunting mencari hotel lainnya.

rumah tahanan Soekarno di Parapat
Karena kami hanya satu malam saja di Parapat, selesai sholat jamak dzuhur dan ashar, kami langsung menuju pulau Samosir dengan menyewa speedboat, biayanya Rp 550,000 pergi dan pulang termasuk singgah di Tuk-tuk Siadong. Perjalanan dengan speedboat ini sekitar 20 menit dan kamipun tiba di pulau Samosir (Tomok). Di sini sudah ada guide yang menawarkan jasanya untuk mendampingi kami melihat rumah adat dan patung si gale gale, makam batu raja Sidabutar, museum Batak, biaya guide sekitar Rp 100 ribu. Disepanjang jalan di Tomok ini banyak kios-kios penjual souvenir, tapi kayaknya kurang laku karena barang-barang yang dijual menurutku kualitasnya tidak bagus, akupun tidak tertarik membeli souvenir tsb.

tanjung Onta, pemandangan ini terlihat
pada jalur parapat-Brastagi
Setelah selesai berkeliling di Tomok ini, kamipun naik speedboat menuju Tuk-tuk Siadong, speedboatnya menumpang sandar di dermaga sebuah hotel sekalian mau numpang BAK karena fasilitas umum di Tomok kurang memadai. Ternyata hotel di sini harganya relatif murah dibandingkan hotel Inna Parapat, agak menyesal juga menginap di Parapat karena pemandangan Danau Toba dilihat dari Tuktuk Siadong ini kelihatan jauh lebih indah.

Karena hari sudah menjelang maghrib, kamipun kembali ke Parapat, speedboat yang kami tumpangi sempat mogok karena terkait sesuatu di dalam air sehingga selang BBMnya copot. Aku jadi deg-degan juga karena kalau sampai speedboatnya nggak berhasil dihidupkan, seram membayangkan terkatung-katung di tengah danau Toba, mana aku nggak bisa berenang lagi. Alhamdulillah, setelah selang BBM terpasang, speedboatnya bisa berjalan lagi dan kami tiba dengan selamat di hotel Inna Parapat.

Keesokan harinya, sebelum pulang kembali ke Medan, kami singgah di rumah tempat presiden Soekarno pernah ditahan oleh Belanda pada tahun 1948. Rumah ini merupakan bangunan Belanda dan terletak agak tinggi, sehingga bisa memandang ke arah Danau Toba dan pulau Samosir, pemandangannya sangat indah, luar biasa. Kami tidak masuk ke dalam rumah tersebut, karena takutnya kelamaan karena perjalanan ke Medan masih panjang. 

pemandangan indah
Untuk pulang ke Medan ini, kami mengambil rute lainnya yaitu melalui Kabanjahe dan Brastagi, jalannya agak berkelok-kelok, namun pemandangan di sekitarnya sangat indah yaitu danau Toba dan hutan pinus, beberapa kali kami berhenti untuk mengabadikan pemandangan yang indah tersebut. Luar biasa, sepanjang jalan tak henti-hentinya aku berzikir, bertasbih mengagumi kehebatan Allah SWT yang telah menciptakan bumi Indonesia yang indah ini. Sudah seharusnya kita bersyukur dengan menjaga alam yang indah ini dan memanfaatkannya untuk kebaikan.

Sampai di Brastagi sekitar pk. 14:00, kamipun sudah lapar banget dan singgah di sebuah restoran untuk makan siang serta sholat jamak dzuhur dan ashar. Kami tidak sempat lagi singgah melihat air terjun karena harus sampai di Medan sebelum malam, untuk membeli oleh-oleh yang akan dibawa pulang ke Jakarta seperti sate kerang, teri medan, bolu meranti dan juga durian si Ucok. Koperpun harus disiapkan untuk menampung oleh-oleh tersebut, untungnya kami bawa koper yang besar, jadi hanya bolu meranti dan sate kerang saja yang dibawa ke kabin. 

Hari Kamis tanggal 29 Mei 2014, kami kembali ke Jakarta dengan koper dan badan yang timbangannya naik tajam he...he, semoga ada kesempatan lagi untuk membawa anak-anak berlibur ke menikmati pemandangan danau Toba dan pulau Samosir. 

Salam Ina