Friday, April 22, 2011

Arun, Tangguh & Donggi Senoro LNG

Bulan April tahun 2011 ini ... genap 11 tahun kami pindah ke Jakarta setelah lebih kurang 10 tahun bertempat tinggal dan bertugas di Aceh, Kabupaten Aceh Utara tepatnya tinggal di kompleks perumahan PT Arun, dimana aku bertugas di PT Arun, sedangkan suamiku bertugas di bagian upstreamnya yaitu di Arun Field. Arun Field merupakan wilayah kerja Mobil Oil yang sekarang telah merger dengan Exxon menjadi Exxonmobil, yang memproduksi gas dari sumur-sumur gas untuk dialirkan ke PT Arun, nah di PT Arun ini gas tersebut dicairkan agar dapat diangkut dalam jumlah yang lebih besar (perbandingan volume gas alam dibandingkan LNG adalah 1/600 artinya 1 m3 LNG ~ 600 m3 gas ) ke negara-negara Pembeli LNG (Liquefied Natural Gas).

Kepindahan kami ke Jakarta tersebut sama sekali di luar rencana, kami sudah merasa sangat nyaman bekerja dan tinggal di Aceh yang merupakan kampung halamanku, dekat dengan tempat tinggal almarhum orang tuaku, kehidupan yang sangat kami syukuri. Alhamdulillah ... sehingga aku dan suami berencana ingin tetap berada di Aceh sampai tetesan gas terakhir atau sampai kami pensiun kelak he..he, ternyata Allah SWT mempunyai rencana lain untuk kami.


Beberapa saat setelah reformasi politik di negeri ini tahun 1998, suasana politik di Acehpun mulai ikut bergoyang, sehingga pada akhir tahun 1999, suamiku secara mendadak dipindahkan ke Jakarta karena kondisi keamanan yang tidak kondusif lagi dirasakan perusahaan tempat suamiku bekerja, yang diantara para pekerjanya terdapat tenaga kerja asing. Tentu saja tidak mudah bagiku untuk langsung bisa ikut pindah bertugas ke Jakarta, sehingga aku dan anak-anak tetap tinggal di Aceh sampai bulan April 2000.

Kepindahanku ke Jakarta ini ... menyusul suamiku terjadi atas izin Allah SWT melalui perantaraan bekas atasanku di Arun (pak YPS, terima kasih banyak pak) yang membantuku untuk bisa bertugas di proyek LNG Tangguh dan juga dukungan serta bantuan dari atasan-atasanku yang ada di PT Arun. Managemen PT. Arun sangat baik membantu aku & suami untuk bisa berkumpul bersama-sama, baik ketika di awal masa tugasku di Arun dulu (pak PUR & pak JOS, Mr. TH), kami hidup terpisah karena saat itu suamiku bekerja di Batam, maupun ketika aku dan suami terpisahkan kembali karena kepindahan suamiku ke Jakarta ini (pak ST, pak MZR, pak SND dan banyak lagi). Terima kasih banyak ... semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak-bapak semua dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Aku bertugas di Proyek LNG Tangguh selama lebih kurang 2 tahun yaitu mulai April 2000 sampai Desember 2002. Dengan adanya Undang-undang Migas No 22 tahun 2001, kami selaku pekerja Pertamina tidak ikut berkiprah lagi di proyek tersebut karena peran Pertamina di proyek LNG Tangguh tersebut akan dialihkan ke BPMIGAS yang merupakan badan yang dibentuk Pemerintah sebagai regulator di bagian hulu industri migas. Sayang sekali ... ketika bertugas di proyek Tangguh ini, aku belum pernah sekalipun menginjakkan kaki ke tanah Papua tempat lokasi kilang LNG Tangguh tersebut akan dibangun. Selain karena aku takut naik pesawat yang harus singgah di beberapa airport, saat itu kegiatan di lapanganpun belum terlalu banyak. Jadi ketika aku diajak ikut serta meninjau lapangan, sebisa mungkin aku menolak ... sekarang agak menyesal juga, karena saat ini sudah tidak bisa berkunjung ke sana dengan dibiayai perusahaan he..he.

Pada akhir tahun 2002, dengan adanya rencana pengembangan gas di Sulawesi Tengah, organisasi untuk Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) dibentuk oleh Pertamina yang direncanakan untuk pengembangan gas di area Matindok menjadi LNG ... beberapa waktu kemudian nama proyek ini tercatat sebagai Proyek LNG Donggi pada peta pengembangan LNG dunia. Nama Donggi sendiri berasal dari nama salah satu lapangan gas yang berada di area Matindok yang merupakan wilayah kerja Pertamina. Urutan nama-nama kilang LNG tersebut direncanakan sesuai abjad berdasarkan fasilitas kilang LNG yang sudah ada yaitu PTA (singkatan untuk LNG Arun di Aceh), PTB (singkatan untuk LNG Badak di Bontang), PTC .. tadinya dicadangkan untuk singkatan LNG Cenderawasih karena Papua terkenal dengan burung Cenderawasihnya, namun ternyata nama Tangguh lebih disukai untuk nama proyek ini he..he, lalu tentu saja PTD untuk LNG Donggi, Sulawesi.

Pada awalnya pengembangan gas di Area Matindok dan Area Senoro dilakukan secara terpisah, namun karena keekonomian proyek akan lebih baik jika dikembangkan bersama-sama, dan Pertamina secara korporasi ikut serta di ke 2 Area tersebut, pengembangan gas di ke 2 Area tersebut kemudian diputuskan akan dilakukan secara terintegrasi. Selanjutnya proyek pengembangan gas di Area Matindok & Senoro ini lebih dikenal dengan nama Proyek Donggi Senoro yang terdiri dari 3 proyek yang akan dikembangkan bersama-sama yaitu 2 proyek di bagian upstream yang terdiri dari Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) yang merupakan wilayah kerja PT PERTAMINA EP dan Proyek Pengembangan Gas Senoro yang merupakan wilayah kerja JOB Pertamina dan Medco.

Sedangkan di bagian downstreamnya ada 1 proyek yang Pertamina terlibat di dalamnya yaitu proyek LNG Donggi Senoro yang akan dikembangkan oleh PT DSLNG yang membeli gas dari upstream, mencairkan gas tersebut dan menjualnya dalam bentuk LNG kepada pembeli. Aku sendiri saat ini bertugas di bagian upstream yaitu di Area Matindok (PPGM) dan merupakan salah satu pekerja yang masih bertugas disini ... yang ikut terlibat sejak awal dalam mengembangkan cikal bakal proyek Donggi Senoro ini, pekerja perintis lainnya ada yang sudah pensiun dan ada yang dipindahtugaskan ke fungsi-fungsi lain di Pertamina. PT DSLNG sendiri merupakan perusahaan patungan antara Pertamina, Medco dan Mitsubishi selaku pemegang saham mayoritas dalam pengembangan bisnis LNG ini yang memerlukan sumber dana yang relatif besar.

Berbeda dengan skema pengembangan gas di LNG Arun, Badak dan Tangguh yang menggunakan skema bisnis Hulu. Pada skema hulu, tidak ada transaksi jual beli antara produser gas dengan perusahaan yang mengoperasikan kilang LNG, sedangkan pengembangan LNG Donggi Senoro menggunakan skema bisnis Hilir. Pada skema bisnis LNG hilir ini, terjadi transaksi jual beli gas antara pihak upstream dengan downstream dalam hal ini pihak upstream untuk Area Matindok (PT PERTAMINA EP) dan Area Senoro (JOB Pertamina-Medco) dengan pihak downstream yang memiliki dan mengoperasikan kilang LNG yaitu PT DSLNG. Mungkin karena pengembangan skema bisnis LNG hilir ini baru pertama kali diterapkan di Indonesia, perjalanan proses bisnis Proyek Donggi Senoro ini tidak semulus perjalanan di jalan tol, tetapi agak tersendat-sendat, sering maju mundur seperti tarian Poco-Poco .. maju selangkah mundur dua langkah :(

Proses bisnis pengembangan gas memang tidak mudah, karena dari hulu ke hilir yang merupakan satu kesatuan rantai bisnis harus sudah beres ... baru proyek pembangunannya bisa dilaksanakan, terlebih lagi jika cadangan gasnya kecil seperti Donggi & Senoro ini dan berada jauh dari calon konsumen gas. Proyek LNG Tangguh yang mempunyai cadangan gas yang lebih besarpun membutuhkan waktu sekitar 7 -8 tahun untuk pengembangan bisnisnya saja. Sedangkan LNG Arun dan Badak relatif lebih cepat, hanya sekitar 6 tahun sejak cadangan gas ditemukan, LNGnya sudah dapat menetes. Hm ... acungan jempol untuk para perintis bisnis LNG pada era pengembangan gas Arun & Badak ini sekitar tahun 1970-an ... yang diantaranya merupakan pekerja Pertamina beserta partner KPS yang ada di lapangan-lapangan gas tersebut, mereka punya visi yang hebat :)

Aku berharap mudah-mudahan Proyek Donggi Senoro ini dapat segera terlaksana dan dapat menjadi LNG center yang ke 4 di negeri tercinta ini, semoga harapan untuk dapat meneteskan LNG pada Q4 tahun 2014 dapat terwujud. Senang rasanya jika hal ini dapat tercapai .... setelah lebih dari 8 tahun ikut terlibat dalam proses pengembangan bisnis gas Donggi Senoro ini.

Salam Ina

Monday, April 04, 2011

Cita-cita & Hobbyku (Tulisan Fathur)

Aku ingin nanti cita-citaku tercapai, aku selalu melatih hobbyku yaitu bermain bola dan bermain gitar, saat ini aku bermain bola di rumah walaupun mengenai pajangan yang ada di meja dan lemari, aku tetap bermain bola di dalam rumah, agar aman aku menutupi pajangan dengan bantal kecil. Aku bermain gitar di ajarkan kakakku dan kunci-kuncinya juga, sekarang aku sudah bisa 4 lagu yaitu one less lonely girl, one time, cry me a river dan I’m yours mungkin aku sudah menceritakkan tentang itu di tulisanku bulan lalu di blog yang berjudul ”gitar” dan kegemaranku adalah melakukkan 2 hobby itu.

Sekarang aku juga mengikuti ekskul bola di sekolah, bola yang kupakai saat sekolah adalah merk Nike tiempo, sepatuku juga Nike tiempo tapi warnanya saja yang beda, bolanya berwarna biru dan sepatunya berwarna hitam. Pada paragraph di atas aku sudah cerita kalau aku suka bermain gitar, diajarkan kakakku. Karena aku sangat tertarik dengan gitar, mamaku menyuruhku les gitar namun aku tetap saja belum mau, karena kurasa belum perlu he..he. Gitar yang kupakai adalah Yamaha, aku bermain gitar di pagi hari sampai malam hari kalau ada waktu luang.

Aku bingung nanti mau jadi apa saat sudah besar, karena hobbyku ada 2, menurutku hobby sama dengan bakat, ya… yang penting cita-citaku bisa tercapai, kalau sekarang ini kayaknya aku ingin jadi pemain bola profesional .. justru itu aku menulis cerita ini karena aku tidak sabar untuk meraih cita-citaku dan juga mamaku menyuruhku menulis cerita untuk dimasukkan ke blog, mamaku tidak memaksa tapi hanya menyarankan aku untuk sering-sering menulis.

Jadi kita jangan pernah menyerah untuk meraih cita-cita, teruslah semangat semoga berhasil.

Salam Fathur

Kelas 3 SD