Saturday, March 21, 2015

Perjalanan ke Inggris

Big Ben, London
Wow senangnya, ketika pada suatu hari di awal Februari 2015, atasanku menyampaikan berita "bu Ina ditugaskan ke Inggris ya, untuk FAT (Factory Acceptance Test) Amine Pump Proyek Donggi". Alhamdulillah, pucuk dicita ulampun tiba ...  Inggris termasuk salah satu negara dalam urutan top list yang ingin kukunjungi jika ada kelebihan rezeki, ternyata kesempatan untuk berkunjung ke sana muncul juga he...he. Tiba di rumah, aku sampaikan kabar tersebut ke suamiku, spontan dia komentar "aku ikut ya, mudah-mudahan bisa dapat cuti dari kantor".

Singkat cerita, kamipun mempersiapkan perjalanan ke sana, mulai dari pengurusan visa Inggris, booking tiket pesawat dan cari info tentang hotel2 di sana. Karena jadwal test pompa tanggal 16 - 21 Februari 2015, waktu yang kumiliki untuk pengurusan visa hanya 2 minggu saja, was-was juga nih bisa berangkat atau tidak, soalnya dapat info dari travel agent, pengurusan visa Inggris bisa sampai 3 minggu. Kalau mau cepat harus daftar yang priority dengan biaya yang lebih mahal, sekitar 2.5 kali  biaya pengurusan visa biasa yang dilakukan sendiri tanpa melalui travel agent. Apa boleh buat, dari pada terlambat dapat visanya, kamipun daftar untuk visa priority dengan biaya total ke travel agent Rp 4.7 juta per orang, mau nggak mau harus merogoh kocek lebih dalam nih, terutama untuk perjalanan suami yang atas biaya pribadi. 

Kami belum berani membeli tiket pesawat dan voucher hotel, karena biasanya jadwal FAT dari manufacturer bisa saja berubah, dugaanku ternyata benar .... sekitar seminggu sebelum jadwal berangkat, dapat kabar jadwal bergeser 2 minggu lagi yaitu menjadi awal Maret 2015, waduh ... terlanjur melayang deh uang untuk visa priority. Kalau tahu akan ditunda dan jadwalnya masih panjang, mendingan urus visa biasa saja, yach ikhlas sajalah,  mungkin memang sudah rezekinya travel agent :). Oh ya untuk priority, visa bisa selesai sekitar 4-5 hari.
York
Hari Sabtu, tanggal 28 Februari 2015 subuh, kami berangkat ke London naik Qatar Airways, dan dijadwalkan transit di Doha lumayan lama, sekitar 6 jam. Menurut info dari airline, di aiport Doha tersedia city tour yang diperuntukkan bagi penumpang yang transit tanpa memiliki visa Qatar. Jika transit  di atas 8 jam baru diijinkan mendapatkan entry visa Qatar dan boleh ke luar dari airport. Setelah sekitar 7 jam perjalanan, kami tiba di Hamad International airport, Doha, sekitar jam 10 pagi, langsung deh cari counter untuk city tour, ternyata tidak ada petugasnya, kami tunggu sekitar 1/2 jam, nggak muncul juga orangnya. Akhirnya kami ke bagian informasi, dan dapat penjelasan bahwa petugasnya sedang bawa rombongan city tour dari pukul 10.00 s.d. 1200, jadwal city tour berikutnya pukul 14:00 s.d.16:00, waduh gagal deh ikut city tour, karena kami akan terbang ke London jam 15.45.

Karena waktu menunggunya lumayan panjang, kamipun memanfaatkan fasilitas untuk masuk premium lounge dari Qatar Airways, Al Mourjan. Luar biasa loungenya ... besar, keren dan mewah banget, makananpun enak dan tersedia melimpah ruah. Akhirnya kamipun makan sepuas-puasnya dan bisa ke toilet berulang kali ha...ha, bahkan suamiku sempat mandi juga, amenity untuk mandi disediakan dari merk L'occitane, sekali lagi aku hanya mampu bilang "wow, hebat kali orang Qatar ini". Oh ya, airport Hamad International ini juga besar dan kelihatannya untuk take off dan landing lumayan gampang, karena tidak terlihat penghalang seperti gedung-gedung atau pepohonan di sekitar runway, cocok nih untuk pilot yang baru belajar ... bisa latihan terbang ha...ha.

London

Perjalanan dari Doha ke London sekitar 7 jam, sampai di Heathrow airport, terminal 4 sekitar pukul 22.00, karena sudah malam dan dingin banget .. kami nggak sempat memantau suasana airport, kelihatannya sih biasa-biasa saja. Kami langsung menuju tempat pangkalan taxi, ongkos taxi ke hotel  di sekitar Trafalgar square, central London, lumayan mahal sekitar GBP 75 (GBP : Great Britain Pound), kalau pakai kurs Rupiah, sekitar 1.5 juta. Waduh, sudah bisa naik pesawat Jakarta-Palembang pp.  Yach selama di Inggris ini, mindset harus diubah, setiap membayar pakai GBP, jangan pernah menghitung kurs ke Rupiah, bisa-bisa nggak jadi makan atau jalan-jalan ha..ha, memang mahal banget biaya hidup di sini.

Besoknya hari Minggu pagi, cuaca bagus dan cerah, walaupun suhunya masih dingin, setelah sarapan kami langsung berjalan kaki ke lokasi-lokasi wisatawan seperti Big Ben, Westminster Abbey, Palace of Westminster dan London Eye sambil foto-foto tentunya. Lokasi hotel kami lumayan strategis, sehingga bisa jalan kaki ke lokasi-lokasi wisata tersebut, jadi bisa menghemat biaya transport. Selain itu kami juga beli oyster card  untuk naik tube (MRTnya London), agar bisa jalan-jalan ke tempat yang lebih jauh.

Tower Bridge
Dengan oyster card ini, biaya transport di kota London jadi relatif lebih murah (ada biaya deposit sebesar GBP 5), karena untuk satu hari perjalanan, biayanya maksimum GBP 6.4, jadi kalau kita sudah menghabiskan biaya sebesar GBP 6.4, perjalanan selanjutnya, jadi gratis dalam satu hari tersebut. Untuk melihat Tower of London dan Tower Bridge yang melintasi sungai Thames, kami harus naik tube ke Tower Hill station. Kami juga sempat jalan kaki menikmati tower bridge ini, sampai lututku sakit ha..ha, walaupun semangat seperti anak muda, umur nggak bisa bohong, akhirnya sore hari balik ke hotel untuk istirahat, sambil mengolesi counterpain di lutut. 

Hari berikutnya yaitu Senin, sebelum berangkat ke Leeds, kami sempat jalan-jalan ke Buckingham Palace, naik tube ke Victoria station lalu jalan kaki menuju istana tersebut. Ternyata oh ternyata, jika dilihat dari luar, istana tersebut tidak semewah seperti yang ada dalam bayanganku, entahlah bagian dalamnya ... kami tidak tertarik untuk masuk, selain waktu kami terbatas, tiket masuknyapun mahal juga, apalagi kalau dikurs ke Rupiah. Cukuplah berfoto ria saja di depan dan di sekitar istana, tetep tongsis dimanfaatkan ha...ha. Di sekitar Buckingham Palace dan Victoria station ini banyak tersedia toko-toko souvenir untuk oleh-oleh.
Buckingham Palace
Dengan memanfaatkan oyster card ini, kami juga singgah di Oxford street, nah di sini tempatnya untuk belanja barang-barang branded, katanya sih kalau lagi "sale", harganya bener-bener miring ... kami hanya lewat saja di depan toko-toko itu, cukup cuci mata dari jendela toko saja. Juga sempat singgah di Piccadilly circus, nah di sini tempatnya berbagai pertunjukan diadakan, bagi yang suka nonton opera, musik, circus, bioskop 3 dan 4 dimensi, pasti senang banget berada di sini, kalau kami sih hanya lewat doang. Sore harinya kami berangkat ke Leeds yang terletak sekitar 310 km di utara London naik kereta api sekitar 3 jam dari stasiun utama kota London yaitu King Cross St Pancras. 

Leeds & York

York
Aku ditugaskan ke Leeds ini untuk FAT di kantor Sulzer selaku manufaturer dari pompa Amine yang digunakan di proyek Donggi tempatku bertugas. FAT dilakukan untuk 2 pompa, test pompa pertama dilakukan pada hari Selasa 3 Maret dan pompa ke dua pada hari Jumat 6 Maret. Kota Leeds terlihat biasa saja, karena kota industri, kami malah disarankan untuk jalan-jalan ke York, katanya kotanya cantik dan tidak jauh dari Leeds.

Sore hari selesai test pompa pertama, kami berangkat ke York naik taxi sekitar 1 jam dengan biaya sekitar GBP 80. Kelihatannya kami agak tertipu dengan ongkos taxi semahal ini, karena ketika pulangnya biaya taxi York-Leeds  hanya GBP 45. Kota York ini adalah kota kecil, tapi pemandangannya indah banget, apalagi kami sampai di sini hampir maghrib, terlihat suasana yang romantis dan syahdu ha...ha. Di sini kami juga menemukan restoran Asia yang tidak ada menu babinya ... wah asyik banget bisa pesan tom yum, gado-gado dan nasi goreng, hm rasanya sudah lamaaa banget nggak makan beginian, padahal baru beberapa hari saja.

Edinburgh & Leeds

Sambil menunggu jadwal test pompa ke dua, ada waktu kosong hari Rabu dan Kamis (4-5 Maret), aku dan suami memanfaatkannya untuk berkunjung ke kota Edinburgh Scotland yang terletak sekitar 350 km di utara Leeds. Kenapa ke Edinburgh ? ... soalnya waktu di Jakarta, aku sempat diprovokasi sama Derek (pegawai Shell sebagai wakil Licensor untuk proyek kami) yang berasal dari Scotland, katanya "Ina, kamu harus ke Edinburgh ya kalau ke Inggris, rugi kalau tidak ke sana", makanya Edinburgh menjadi salah satu lokasi yang menjadi tujuan kami.

Edinburgh Castle
Hm, ternyata memang benar, kota Edinburgh ini cantik banget, kami menginap di hotel Mercure yang terletak di Princess Street, tidak jauh dari stasiun utama Edinburgh yaitu Waverley dan dekat dengan lokasi wisata seperti Edinburgh Castle, cukup berjalan kaki saja, dari hotel juga terlihat pemandangan kota yang indah tersebut.

Di sekitar hotel sepanjang Princess Street dan di perjalanan ke Ediburgh castle banyak toko-toko souvenir, kamipun membeli oleh2 untuk anak-anak, harganya relatif murah dibandingkan dengan harga di London. Akhirnya ketika kembali ke Leeds kami terpaksa menenteng kantong2 belanja, kayak inang-inang di Samosir ha..ha, soalnya kami berangkat ke Edinburg hanya dengan satu ransel saja, nggak nyangka kalau souvenir di sini  relatif murah.

Hari Jumat 6 Maret 2015 dilakukan test pompa yang ke dua, testnya berjalan lancar dan Alhamdulillah hasil test ke 2 pompa Amine tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hm, hari Sabtu 7 Maret 2015, bisa kembali ke London dan Minggu 8 Maret dijadwalkan berangkat ke Jakarta sesuai rencana. Ternyata tiket KA yang kami pesan tidak langsung ke London, tetapi harus singgah di Sheffield station untuk ganti KA, tadinya aku agak cemas, soalnya koper-koper yang dibawa bertambah beratnya. Aku khawatir jadwal KA dari Sheffiled ke London waktunya mepet, waduh kebayang harus cari-cari platform KA yang menuju London, sambil menyeret koper2 gede dan berat ini. Untunglah kekhawatiranku itu tidak terjadi, ternyata kami punya waktu 1/2 jam transit di Sheffield sebelum naik KA ke London.

Transit London

Kembali menginap di London, kali ini hotel kami terletak di sekitar Victoria station. Kami sampai di London sekitar pukul 13:00, dari station utama King Cross St Pancras, kami naik tube ke Victoria, lumayan capek juga mendorong koper ke stasiun tube, tapi demi menghemat biaya dan mendapatkan pengalaman, hal tersebut kami lakukan juga. Setelah istirahat sejenak di hotel, kami naik tube menuju Church Street Market (station Edgware Road), soalnya info dari supir taxi, harga barang di pasar ini murah. O la la, ternyata pasar ini adalah pasar tradisional, tempat jualan ikan, sayur mayur dan bahan-bahan rumah tangga, duh kamipun  terbengong2, karena lumayan jauh jalan kaki dari stasiun tube, sampai pegal kaki ini ha..ha. Di area Edgware Road ini, banyak tinggal komunitas muslim dari Arab, India dan Bangladesh, sehingga banyak tersedia toko-toko dan resto makanan halal, kamipun makan nasi biryani dengan lahap di salah satu resto tersebut.

Kensington Palace
Nah hari Minggunya tanggal 8 Maret, sebelum kembali ke Jakarta, kami sempatkan jalan-jalan ke Kensington Palace, tempat tinggal Putri Diana dan Pangeran Charles dulu. Istana ini juga tidak terlihat mewah dari luarnya, walaupun istana ini terbuka untuk umum dengan membayar biaya masuk, kami tidak sempat masuk ke dalam. Kami hanya berfoto ria di sekitar istana Kensington, di depan istana tersedia taman yang sangat luas yang dimanfaatkan warga untuk berolah raga, jalan-jalan, ada bangku-bangku taman, asyiklah suasananya, kami juga sempat duduk-duduk sejenak di bangku taman ini.

Setelah selesai dari istana Kensington ini, kami menuju lokasi mesjid terbesar di London yaitu London Central Mosque (dekat stasiun tube Marylebone), mesjid ini harus kami datangi, masak ke London hanya melihat bangunan kuno dan gereja saja. Ternyata jauh juga berjalan kaki dari stasiun tube ke mesjid ini, sempat tersesat dan ketemu saudara-saudara muslimah (turis juga) yang sama-sama mencari mesjid ini. Sampai di mesjid, kami sholat tahyatul mesjid saja, karena kami sudah sholat jamak dzuhur dan ashar di hotel, sayangnya untuk kaum wanita, hanya tersedia satu ruangan di belakang mesjid, jadi sholatnya bukan di dalam mesjid. Di basement mesjid ini juga tersedia kantin dan toko-toko yang menjual baju dan buku-buku, kamipun makan siang di kantin mesjid ini.
London Central Mosque
Karena masih ada sedikit waktu sebelum berangkat ke airport (kami memesan taxi jam 16.30), kamipun penasaran dengan departemen store yang tersohor di London yaitu Harrods (dekat stasiun tube Knightsbridge), jadi kami sempatkan juga datang ke Harrods. Departemen store ini sangat besar dan menjual barang-barang mewah, pengunjungnya rame banget ... ada toko coklat yang menjual coklat yang lucu2 dan unik, tapi nggak berani beli takutnya tidak halal, harus dibaca dengan seksama labelnya, tapi karena waktunya pendek, nggak sempatlah beli coklat di sini.

Kamipun buru-buru kembali ke hotel karena waktu telah menunjukkan pukul 16.00, apalagi kami harus menguangkan deposit oyster card yang masih tersisa, o la la antrian di mesin tiket lumayan panjang, dan ternyata sisa uang di salah satu oyster card lebih dari GBP 10, jadi tidak bisa dilakukan di mesin, sehingga suamiku harus antri di counter yang ada petugasnya. Lesson learned ... top up oyster card jangan terlalu banyak, isinya cukup sekitar GBP 12 saja termasuk deposit awal, apalagi untuk pemakaian yang tidak lama. Karena suamiku harus antri, aku diminta segera kembali ke hotel, takutnya supir taxi yang dipesan hotel bisa marah, karena penumpangnya belum muncul sesuai jadwal, akupun minta maaf ke petugas hotel dan minta supirnya menunggu suamiku selesai urusan di stasiun.

Pukul 16.45 kami berangkat ke Heathtrow terminal 4 untuk kembali ke Jakarta, lagi-lagi kami suprise dengan lounge Qatar Airways di airport ini, makanannya lengkap dan bisa dipesan sesuai pilihan menu yang tersedia, makanannya dimasak langsung oleh chefnya, jadi bukan hidangan prasmanan. Tersedia juga coklat yang bisa dibawa pulang dan disediakan kotaknya. Kami sempat sholat jamak maghrib dan isya di musholla airport ini, sayangnya tidak tersedia fasilitas untuk berwudhuk dengan air, hanya tersedia batu untuk tayamum. Rasanya kurang afdol kalau tidak berwudhuk dengan air, melihat toilet agak sepi, akupun nekat berwudhuk di washtafel, sementara suamiku memilih mandi di lounge, biar sekalian bisa berwudhuk.

Di perjalanan pulang London-Jakarta, kami juga transit di Doha sekitar 3 jam, tentu saja fasilitas lounge Al Mourjan yang mewah ini menjadi lokasi transit kami, terbayang nasi biryani yang lezat banget ketika transit dalam perjalanan ke London, sayang sekali ... karena saat itu pagi hari, nasi biryani nya tidak ada he...he, yang tersedia hanya menu sarapan saja. Pukul 21.00 WIB pesawat mendarat di Jakarta, Alhamdulillah selesai sudah perjalanan kami berdua ke Inggris, bisalah dianggap sekalian second honeymoon, hm cukup berkesan dan memberikan kenangan indah he...he. 

Salam Ina