Thursday, October 31, 2013

Pulang ke Daerah Asal

Cerita kali ini terdiri dari 2 episode halah...kayak sinetron aja :)

Episode 1 : Palembang

Menepati janji pada anak-anak untuk mengenalkan mereka pada daerah asal kedua orang tuanya yaitu papanya yang berdarah Sumatera Selatan dan mamanya yang berdarah Aceh, aku ingin anak2ku paling tidak pernah traveling ke Banda Aceh dan Palembang minimal satu kali. Karena lebaran tahun lalu anak-anak sudah berkunjung ke Aceh, lebaran tahun ini (1434H) giliran kami berlibur ke Palembang. 


Sebenarnya kami ke Palembang ini tidak seperti mudik lebaran  dalam artian pulang ke orangtua karena ke dua orang tua kami sudah meninggal dunia. Mungkin lebih tepat disebut turis domestik he..he karena keluarga suamiku juga tidak pernah menetap di Palembang (suamiku dibesarkan di Bandung dan Medan), sehingga tidak banyak kenangannya akan kota Palembang ini. Untuk tempat kepulangan atau tempat menginap kami selama di Palembang, kami memilih hotel Jayakarta, karena dekat tempat jualan martabak Har dan McD jika kepepet nggak ada makanan lainnya he...he. Di kota Palembang ini hanya ada om (adiknya ayah suamiku) yang kebetulan sudah tua dan dalam keadaan sakit, keadaan om inilah yang menjadi motivasi utama kami untuk bersilaturrahmi ke Palembang menjenguk beliau dan keluarga, selain liburan tentunya.

Kami berangkat ke Palembang hari Selasa, tanggal 6 Agustus 2013 naik pesawat Garuda, arus mudik di bandara Sukarno Hatta sudah agak sepi, karena kebanyakan orang2 sudah pada mudik pada hari minggu sebelumnya. Selama di Palembang, selain melihat jembatan Ampera yang terkenal itu dan stadion Jakabaring tempat pelaksanaan SEA Games tahun 2011, kami sempat juga jalan2 ke komplek Pertamina Sei Gerong, di komplek inilah aku pernah tinggal selama 7 bulan  waktu mengikuti pendidikan BPST sebelum diangkat menjadi pegawai Pertamina tahun 1990. Untukku ke Palembang ini sekalian bernostalgia, malah yang jadi General Manager RU III saat ini adalah teman seangkatanku di BPST XIII direktorat Pengolahan.

Selama di Palembang kami diantar adik sepupu untuk keliling kota Palembang, sempat juga pergi ke pulau Kemaro dengan naik sampan, berangkatnya dari dermaga sekitar PUSRI, dengan ongkos sewa Rp 200 ribu pergi dan pulang ... seru juga.  Daya tarik pulau Kemaro adalah Pagoda berlantai 9 yang menjulang di tengah-tengah pulau. Bangunan ini baru dibangun tahun 2006. Selain pagoda, ada klenteng yang sudah dari dulu ada. Namanya klenteng Soei Goeat Kiong atau lebih dikenal Klenteng Kuan Im dibangun sejak tahun 1962. Di depan klenteng terdapat makam Tan Bun An (Pangeran) dan Siti Fatimah (Putri) yang berdampingan. Kisah cinta mereka berdualah yang menjadi legenda terbentuknya pulau ini.

 

Sayangnya karena lebaran Idul Fitri, sebagian besar resto kuliner khas Palembang tutup, untungnya di rumah om sudah tersedia aneka pempek dan pindang tulang yang menjadi kesukaan suamiku, jadi tuntas juga rasa rindunya akan makanan Palembang yang asli :) Oh ya kami sholat Idul Fitri di mesjid yang dekat dengan hotel Jayakarta, terharu juga rasanya sholat di tempat yang tidak kita kenal, tapi jama'ah di sana menyapa kami dengan ramah dan tidak menganggap kami orang asing. Sarapan pagi di hotelpun agak istimewa karena hari lebaran, ada makanan khas Palembang "celimpungan" yang belum pernah aku cicipi sebelumnya. Celimpungan ini mirip tekwan dengan kuah bersantan, hm .. yummi.

Tadinya kami akan pulang hari Sabtu sore tanggal 10 Agustus 2013, rupanya objek2 yang ingin dilihat di Palembang dan sekitarnya sudah selesai dikunjungi, sehingga kami memajukan waktu pulang menjadi Jumat sore tanggal 9 Agustus 2013, untung masih ada tempat di pesawat. Nggak ada oleh2 khas Pelembang yang dapat dibawa ... karena toko-toko masih tutup, untung ada kerupuk kemplang yang sudah disiapkan tante untuk dijadikan oleh2. Semoga lain kali kami bisa ke Palembang lagi untuk berwisata kuliner dan melihat tempat kerajinan songket dan jumputan khas Palembang.

Episode 2 : Banda Aceh

Perjalanan ke Banda Aceh kali ini dalam rangka mengunjungi adik-adikku yang akan berangkat ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji yang dijadwalkan berangkat awal Oktober.  Aku berangkat sendirian, karena waktunya bukan masa liburan sekolah anak-anak dan juga hanya sebentar....2 hari saja, kalau berangkat sekeluarga (5 orang) berat di ongkos pesawatnya. Adikku Ipa yang bertempat tinggal di Medan juga akan berangkat haji bareng2 dengan adikku yang berada di Banda Aceh, dia berangkat lebih awal ke Banda Aceh dari waktu keberangkatan haji agar bisa ketemu denganku. Jadilah kami kangen2an bertiga kakak beradik.


Aku berangkat ke Banda Aceh hari Sabtu tanggal 28 September 2013 pagi2 banget, sengaja pilih pesawat yang transit di Medan, karena pengen merasakan suasana bandara Kualanamu yang katanya sudah berstandar Internasional yang resmi beroperasi sejak 25 Juli 2013, menggantikan bandara Polonia. Di bandara ini kami transit hanya 1/2 jam, aku sempat ke toilet, toiletnya sih keren seperti bandara yang modern, sayangnya suasana di dalam toilet tidak nyaman karena agak jorok, lantainya basah. Aku sempat tanya ke petugasnya kenapa sampai basah seperti itu, menurut keterangan petugas tsb masih banyak pemakai toilet yang tidak benar ... malah pipis/pup di lantai hi..hi jorok ya, petugasnya sampai capek membersihkan lantai, aku bilang "mbak, jangan segan2 ajari orang2 itu untuk menggunakan toilet dengan benar, biar nggak malu2in ... masak bandaranya Internasional tapi toiletnya jorok .. ya nggak ?".

Selama di Banda Aceh aku sempatkan ziarah ke makam ibunda dan kakakku tercinta dan tentu saja mencicipi masakan2 khas Aceh ... seperti mie Aceh, tumeh aso tirom, ayam kare dan ayam gorengnya yang enak banget, juga setiap hari sarapan nasi gurih yang mantap he..he. Kayaknya bisa dikatakan pembalasan dendam terhadap kerinduan akan makanan2 khas Aceh karena pada saat kami liburan ke Banda Aceh tahun lalu, semua toko / restoran tutup karena libur lebaran. Oh ya, aku juga sempat reunian dengan sahabat akrabku masa SMP dulu, yang sengaja datang dari Lhokseumawe agar bisa bertemu denganku.



Karena saudara sepupuku banyak yang berkunjung ke rumah adikku untuk mendoakan yang berangkat haji, aku praktis tidak perlu berkunjung lagi ke rumah mereka, malah kami sempat jalan2 dan foto2 ke pantai Lhok Nga dan Ulele. Yang nggak sempat kulakukan adalah sholat di mesjid raya Baiturrahman karena dalam periode keberangkatan jamaah haji ini, setiap hari mesjid tersebut sangat ramai dengan para pengantar jamaah haji. Sebagian besar jamaah haji yang datang dari kabupaten2 di Aceh, berangkat ke asrama haji melalui mesjid raya ini, sehingga kurang nyaman untuk ikut berdesak2an sholat di sana.

Hari Senin tanggal 30 September 2013 sore, aku kembali ke Jakarta karena aku hanya mengambil cuti satu hari saja. Untuk kepulangan ini aku sengaja pilih pesawat yang langsung Banda Aceh-Jakarta tanpa transit di Medan, biar tidak terlalu ribet naik dan turun pesawat.

Semoga adik-adikku dimudahkan dan dilancarkan Allah SWT perjalanan dan pelaksanaan ibadah hajinya dan semoga menjadi haji yang mabrur dan diterima Allah SWT. Melihat para jamaah haji ini, jadi pengen naik haji lagi, menurut teman-temanku daftar tunggu haji saat ini di Jakarta bisa lebih dari 10 tahun tergantung jumlah jamaah yang mendaftar, bahkan untuk haji plus pun daftar tunggunya juga lebih dari 2 tahun. Waduh ... harus cepat2 daftar lagi nih, semoga kami dianugerahkan kesehatan dan rezeki untuk bisa kembali melaksanakan ibadah haji. Aamiin.

Salam Ina

Saturday, October 12, 2013

Kumpul Kembali

Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang kegalauanku sebagai seorang ibu yang ditinggal anaknya pergi merantau, ternyata anakku di Bandung juga mengalami kegalauan, gawat juga nih sama2 galau. Kegalauan anakku terutama  disebabkan karena dia merasa tidak cocok dengan jurusan kuliah yang dijalaninya, jurusan tersebut memang bukan pilihan pertamanya, hal ini membuatnya tidak semangat untuk mengikuti perkuliahan. Selain itu, dia juga kurang sreg dengan universitasnya, hatinya merasa tidak tentram karena kebetulan universitas tersebut berafiliasi agama yang berbeda dengan agama kami, tidak bermaksud SARA lho,  tapi itulah yang terjadi pada anakku. Mungkin juga tinggal jauh dari orang tua menjadi salah satu faktor penyebab kegalauannya makin bertambah.


Di minggu pertama bulan September 2013 itu, anakku makin sering bolos, sehari2 dia lebih banyak berada di mesjid, setiap aku telpon menanyakan keberadaannya, dia bilang sedang ada di mesjid, karena hatinya merasa tentram ketika berada di masjid. Aku mulai khawatir, karena kelihatannya psikologis anakku mulai terganggu, katanya dia sering merasa sedih dan putus asa, bahkan sering menangis tanpa sebab yang jelas, waduh ini salah satu tanda stress/depresi. Selain itu anakku juga merasa bahwa kalau dia tetap bersekolah di universitas tersebut, sulit untuk menggapai ridha Allah SWT. Sebenarnya di hati kecilkupun, aku merasa “salah” membiarkan anakku tetap bersekolah di universitas tersebut, sebelumnyapun aku sudah minta dia mempertimbangkan masak2 untuk mendaftar di universitas tersebut, tapi karena saat itu dia merasa yakin untuk bersekolah di situ, kami selaku  orang tua yang ingin bersikap demokratis, mau tidak mau mengakomodasikan keinginannya.

Tanpa menunggu terlalu lama, aku memutuskan untuk menjemput anakku kembali ke Jakarta, karena dia mengeluh bahwa dia tidak mampu lagi bertahan di universitas tersebut, berulangkali dia mohon maaf karena telah mengecewakan orang tuanya. Sebelumnya aku sudah menghubungi universitas swasta yang lokasinya dekat rumah dan masih satu yayasan dengan SMA anakku dulu, universitas tersebut memang masih baru 3 tahun berdiri dan kebetulan ada jurusan yang diminati anakku. Alhamdulillah, karena perkuliahan baru berjalan sekitar 2 minggu, universitas tersebut masih bisa menerima anakku untuk kuliah di sana. Aku berharap anakku bisa mengikuti kuliah di jurusan yang memang diinginkannya, sambil belajar untuk persiapan mengikuti SNMPTN tahun depan. Semoga saja dia dapat lulus SNMPTN di universitas dan jurusan yang menjadi cita-citanya. Aamiin Ya Allah.

Mungkin aku juga yang salah dalam mendidik anak-anakku sehingga secara mental mereka belum siap untuk tinggal jauh dari orang tuanya. Salah satu sifat burukku adalah sering terlalu khawatir sehingga sejak anak-anakku TK sampai SMA, semaksimal mungkin memfasilitasi mereka dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari seperti menyediakan supir untuk antar jemput dan tidak pernah membiarkan mereka naik angkutan umum atau naik motor sendiri.  Juga menyediakan mbak-mbak asisten di rumah sampai 4 orang he…he (3 menginap dan 1 part timer), agar aku tenang meninggalkan anak2ku di rumah ketika aku bekerja. Hal ini menjadi bumerang untukku ketika mereka dewasa, anak-anakku menjadi  kurang mandiri dan kurang berani atau nekad seperti teman-temannya, terutama dalam melakukan sesuatu yang di luar kebiasaannya. Yang lebih parah lagi ... ternyata akupun tidak siap juga jauh dari anak-anakku, waduh malunya he..he. 

Sekarang kami kembali berkumpul bersama-sama, sebagian kekhawatiranku sirna karena saat ini anak-anak berada di dekatku, paling tidak ketika malam tiba ... kami semua berkumpul di rumah. Tentu saja hal ini tidak akan berlangsung abadi, aku dan anak-anakku harus menyiapkan mental jika suatu saat nanti kami akan berpisah tempat tinggal. Sebagai orang tua yang makin tua dan anak-anak yang mulai dewasa, aku harus mulai berlatih untuk tidak terlalu khawatir ketika berjauhan dengan anak-anakku, karena pada suatu saat nanti, mereka akan membina kehidupannya sendiri selaku manusia dewasa dan mandiri. Mudah-mudahan ada hikmah dan pembelajaran yang dapat dipetik dari kejadian ini. Semoga Allah SWT selalu membimbing kami agar selalu berada di jalan lurus-Nya.

Salam Ina