Tuesday, September 22, 2009

Lebaran Idul Fitri 1430 H

Lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1430H atau 20 September 2009M dirayakan serentak oleh mayoritas umat muslim di Indonesia ... tidak seperti tahun2 sebelumnya antara Pemerintah dan organisasi Islam yang besar seperti Muhammadiyah atau NU sering terjadi perbedaan dalam menentukan 1 Syawal ... kita patut bersyukur, sehingga tidak ada kecanggungan dalam melakukan silaturrahmi dg sanak famili. Pada kesempatan ini .. kami sekeluarga mengucapkan Selamat Idul Fitri 1430H, Mohon maaf lahir & bathin dan semoga semangat ibadah Ramadhan dapat berlanjut di sebelas bulan berikutnya ... dan semoga kita dapat bertemu kembali dengan Ramadhan yang akan datang.

Lebaran kali ini kami juga tidak mudik ... sejak ke empat orang tua kami meninggal dunia .. rasanya tidak ada lagi keharusan untuk pulang ke kampung halaman. Selain nyari tiket pesawat yang murah juga tidak mudah .. rumah tempat kami berkumpulpun sudah tidak ada lagi. Rumah mertua di Medan sudah lama dijual dan juga rumah orang tuaku di Bireuen sedang disewakan. Sanak famili memang masih ada .. tapi momen lebaran tentunya mereka juga ingin merayakannya dengan keluarga inti saja.. sehingga menurutku kedatangan kami akan sangat merepotkan dan mengganggu mereka. Menginap di hotel memang bisa .. tapi kog rasanya malas, lebih enak saat lebaran berada di rumah sendiri ... begitu pula ke dua adikku dan ke dua adik suamiku, tahun ini berlebaran bersama keluarga inti masing2.

Keinginan untuk pulang ke Aceh memang ada, terutama mengajak suami dan anak2 berziarah ke makam ke dua orang tuaku ... karena pada saat mereka meninggal dunia yaitu bapakku tahun 2001, keamanan di Aceh kurang kondusif .. sehingga hanya aku yang pulang, begitu juga ketika ibuku meninggal tahun 2004 karena kejadian tsunami ... sangat sulit mendapatkan tiket pesawat ke Aceh sehingga waktu itupun hanya aku saja yang pulang, semoga liburan Desember nanti rencana mudik bisa terlaksana. Walaupun kami tidak dapat berziarah kubur secara fisik ... doa buat ke dua orang tuaku selalu aku panjatkan begitupula doa untuk ke dua mertuaku. Semoga ke empat orang tua kami mendapatkan ampunan dan kasih sayang dari Allah SWT dan mendapatkan tempat tinggal di surga yang terbaik disisi-Nya kelak.

Kegiatan kami lebaran di Jakarta seperti tahun2 sebelumnya adalah silaturrahmi ke tempat saudara2 yaitu kakak2 sepupuku, om adik ibuku yang sudah pindah ke Jakarta dan uwak2 dari suamiku ... juga seperti kebiasaan di keluarga suami setiap lebaran ada acara keluarga sehingga bisa berkumpul sekaligus dan tidak perlu mendatangi rumah mereka satu persatu. Lebaran tahun ini usia uwak2 dari pihak suami semakin tua dan ada yang sedang sakit dan diopname di RS ... semoga mereka diberikan kesembuhan dan diberikan keadaan yang terbaik oleh Allah SWT.

Seperti tahun2 sebelumnya mbak Tini dan mbak Yani pulang ke kampung di Jawa Tengah untuk merayakan lebaran bersama keluarganya ... beruntung kali ini Mbak Malis tidak ikut pulang kampung karena baru saja pulang ke Aceh pada saat bapaknya meninggal dunia .. hanya pada hari raya ke 3 Mbak Malis menginap di saudaranya di Pasar Minggu. Setelah acara silaturrahmi yang "penting" selesai dilaksanakan, mulai dari H-2 sampai H+2 ... kami bisa bermalas2an di rumah karena mengambil cuti sampai tanggal 27 September 2009 ... wah bisa2 tambah gendut nih. Insya Allah tanggal 28 September nanti Afifa dan Fathur sudah mulai sekolah dan kami juga mulai masuk kantor ... hanya Hifzhan yang masih libur sampai tanggal 4 Oktober 2009. Semoga mbak Tini & mbak Yani dapat kembali ke Jakarta tepat waktu ... sebelum masa liburan berakhir.

Salam Ina

Monday, September 14, 2009

Catatan 18 Tahun Perkawinan

14 September 1991, saat ijab kabul itu diucapkan, betapa bahagia hatiku menikah dengan lelaki yang kucintai dan mendapat restu dari orang tua kita.

16 November 1993, Afifa Radhina anak pertama kita lahir,
13 Mei 1995, Hifzhan Rahman anak ke dua kita lahir,
29 Oktober 2002, Fathur Rahman anak ke tiga kita lahir,

Maka nikmat Tuhan yang manakah engkau dustakan ? seperti ayat yang diulang2 di dalam QS Ar Rahman ... semoga kita selalu mensyukuri nikmat-Nya dan sabar menghadapi segala kesusahan yang datang.

14 September 2009, Alhamdulillah, 18 tahun telah kita lewati bersama-sama dalam suka dan duka. Berbagai ujian baik berupa kegembiraan maupun kesedihan telah kita lalui bersama-sama ...

Suamiku .. sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, dengan rendah hati aku mohon maaf atas ketidaksempurnaanku sebagai seorang istri bagimu dan seorang ibu bagi anak2 kita. Aku juga telah memahami dan memaafkan semua kesalahan yang pernah kau lakukan baik disengaja atau tidak.

Suamiku .. terima kasih yang tak terhingga atas semua kebaikan yang telah kau berikan untukku selama 18 tahun perkawinan kita ...

Suamiku .. aku takut tidak mendapat ridha Allah SWT ... menjadi manusia yang kufur karena mengingkari kebaikan2mu, sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW sebagai berikut:

Pada waktu terjadi gerhana matahari di zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan beliau sholat gerhana, beliau bersabda setelahnya :

“Aku melihat surga -atau aku diperlihatkan surga- lalu aku makan setangkai anggur dari surga itu. Seandainya aku ambil tentu kalian memakannya yang tersisa dari dunia. Aku melihat neraka dan belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari itu. Aku melihat mayoritas penduduknya adalah wanita“. Para shahabat bertanya : “Mengapa demikian wahai Rasulullah?” Beliau bersabda : “Karena kekufuran mereka”. Beliau ditanya (lagi), “Apakah mereka mengingkari Allah?” Beliau bersabda : “Mereka mengingkari suami dan kebaikannya. Andaikata engkau berbuat kebaikan pada mereka sepanjang masa kemudian ia melihat sesuatu yang tidak disenanginya darimu, ia berkata ‘aku tidak melihat kebaikan darimu sama sekali’.” [HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu]

Dari Hushain bin Muhshan [HR. Ahmad], bahwa budak wanitanya mendatangi Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam untuk suatu keperluan, setelah menyelesaikan keperluannya, Nabi bertanya kepadanya, “Apakah engkau mempunyai suami?” Ia menjawab, “Ya”

Beliau bertanya lagi, “Bagaimana engkau melayaninya?” Ia menjawab, “Aku tidak mengabaikan urusannya selain perkara yang aku tidak mampu.” Beliau bersabda, “Maka lihatlah dimana kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.”

Maknanya -Wallahu a’lam-, sesungguhnya apabila engkau bertaqwa kepada Allah dengan menunaikan haknya (suami) akan menjadi sebab masuknya engkau ke dalam surga, dan kebalikannya, apabila engkau tidak bertaqwa kepada Allah dalam menunaikan haknya (suami) maka akan menjadi sebab masuknya engkau ke dalam neraka. “Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.(HR.Ahmad).

Suamiku .. semoga kita dapat lulus dalam berbagai ujian kehidupan yang telah digariskan-Nya untuk kita lalui baik berupa kesenangan maupun kesusahan.

Dalam ketidaksempurnaan kita sebagai manusia ... semoga kita selalu menjaga dan meluruskan kembali setiap niat dan langkah kita untuk tetap berada di jalan yang diridhai Allah SWT.

Semoga Allah SWT membuka hati kita untuk tetap saling mencintai dan semoga keluarga kita senantiasa menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.


Salam Ina

Saturday, September 12, 2009

Menghadapi Kematian Anak

Tadi pagi dapat berita, anak dari temanku meninggal dunia kemaren sore ... Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun .. sedih sekali rasanya .. apalagi si anak sudah beranjak dewasa berumur 19 tahun, dan sebabnya adalah sakit. Ketika tadi melayat ke rumah temanku itu .. aku tidak berani banyak bertanya, karena temanku sedang dalam keadaan berduka dan sedang sakit kepala yang hebat mungkin karena sangat sedih dan juga kecapekan. Semoga almarhum mendapatkan sebaik-baik tempat di sisi Allah SWT dan semoga temanku dapat ikhlas dan sabar menyikapi ketentuan Allah SWT ini.

Seperti yang dikatakan pak ustadz pada ceramah shalat dhuhur di kantor .. ada 3 misteri kematian yaitu sebab, kapan dan tempat. Musibah kematian bisa datang kapan pun, dimana pun dan oleh berbagai sebab tanpa bisa diprediksi atau dihindari. Dan ketika kematian menimpa salah satu anggota keluarga, apalagi anak yang keberadaan dan kehadirannya selalu dirindukan, guncangan dan kesedihan nan hebat tentu akan menghunjam dada orangtua. Ada yang hilang dari kehidupan.

Hasil searching di internet ... menyikapi kematian anak

Dalam menghadapi cobaan hidup itu kita berdo'a, "Ya Allah, ringankanlah kami menanggung beban musibah dunia. Berikanlah kami sifat ridha atas qadha dan qadharMu. Pimpinlah kami di dunia dan di akhirat, karena hanya Engkau-lah sebaik-baik pemimpin, wahai Tuhan Seru sekalian alam."

Ketika seorang muslim mencapai taraf iman dan keyakinan yang tinggi, mempercayai ketentuan takdir, baik dan buruknya itu adalah dari Allah SWT, maka akan tampak kecil segala peristiwa dan musibah yang menimpa dirinya. Ia akan berserah diri kepada Allah SWT, jiwanya akan merasa tenang, hatinya akan tabah menghadapi cobaan, ridha akan ketentuan Allah dan tunduk kepada takdirNya.

Sehingga dengan berlandaskan iman semacam itu, Nabi SAW telah memberitahukan kepada umatnya bahwa siapa pun yang ditinggal oleh kematian anaknya, kemudian ia bersabar dan mengucapkan, "Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un." (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan sesungguhnya kepadaNyalah kami akan kembali). Maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga yang diberi nama Baitul Hamdi (Rumah Pujian).

Akhirnya, tidak diragukan lagi, jika iman kepada Allah SWT ini benar-benar telah meresap di dalam kalbu. Ia akan membuat keajaiban-keajaiban. Sebab, iman itu sesungguhnya dapat mengubah seseorang dari kondisi lemah menjadi kuat. Pengecut menjadi pemberani. Bakhil menjadi dermawan. Dan dari gelisah menjadi tabah.

Hasil searching dari internet, dari segi psikologi ...

Menghadapi kematian orang yang dicintai, terutama anak-anak, memang tidak mudah. Psikolog keluarga Widiawati Bayu, Psi dari PT Kasandra Persona Prawacana mengatakan, kesedihan dan kehilangan itu biasanya dirasakan lebih menusuk oleh orangtua dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya. Rasa kehilangan itu akan semakin dalam dirasakan oleh orangtua apabila kematian anak datang mendadak, karena kecelakaan atau pun tanpa adanya gejala penyakit berat.

Dari beberapa kasus kematian anak, banyak orangtua yang menjadi syok, panik, trauma, bahkan depresi. Reaksi yang ditimbulkan berbeda-beda sesuai dengan pengalaman yang ditinggalkan. “Pada kasus anak yang mengalami sakit berkepanjangan, secara tidak disadari orangtua sudah memiliki mental yang lebih kuat. Orangtua juga sudah memperkirakan bahwa kemungkinan kesembuhan minim.

Orangtua justru akan mengalami syok pada awal anak didiagnosis menderita penyakit tertentu yang kemungkinan sulit sembuh,” tutur Widia. Penderitaan atau kesedihan yang bermula dari syok ini, dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan diri yang kemudian diikuti ketakutan dan kemarahan. Perasaan tersebut hanya dapat dihilangkan oleh kekuatan diri sendiri, dukungan dari pasangan, serta bantuan dari lingkungan.

Saat tengah terpuruk dalam duka, setiap individu mungkin merasa berada pada bagian yang paling bawah, yang sekedar untuk bangkit dari kursi pun membutuhkan dorongan semangat dari orang lain. “Namun sebagai pasangan, Anda pun harus berusaha mendukung pasangan Anda, meskipun Anda sendiri tengah berjuang menghilangkan keputusasaan. Manusia boleh berencana namun semuanya Tuhanlah yang menentukan.

Oleh karena itu, meskipun bukan perkara mudah dan membutuhkan waktu untuk bangkit dari kesedihan, namun Widia menyarankan agar orangtua segera menata kembali kehidupan keluarganya. “Kehidupan di luar tidaklah mandek tetapi harus berjalan. Oleh karena itu, orangtua perlu bersama-sama saling bergandengan tangan untuk memulai kehidupan meski dalam suasana yang berbeda,” lanjut Widia.

Tips: Menghadapi Kematian Anak

Bagaimanapun kondisinya, sedikit banyak pasangan Anda memiliki latar belakang yang berbeda dengan Anda. Maka akan lebih baik jika Anda melakukan beberapa hal berikut, untuk memulihkan diri sendiri dan untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan dan anggota keluarga lainnya.
  1. Jangan biarkan kesedihan terus melanda diri Anda. Misalnya dengan mengulang-ulang kembali peristiwa kematian anak baik dalam kata-kata maupun ingatan. Segeralah berpikiran positif dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat diri Anda aktif kembali.
  2. Suatu keadaan yang wajar bila Anda masih merasa bersalah atas kematian si anak, maka ceritakanlah segala hal yang ada di benak Anda, dan berbagilah perasaan ini kepada pasangan. Yang paling penting adalah belajar memaafkan diri sendiri, sehingga beban Anda bisa menjadi berkurang.
  3. Luangkanlah waktu sejenak untuk berdiskusi dengan pasangan mengenai hal-hal yang perlu Anda berdua lakukan di masa yang akan datang. Berusahalah untuk saling memberi dorongan untuk tetap menjalankan rutinitas sehari-hari.
  4. Ingat! Jangan lupakan anak-anak Anda yang lain. Mereka juga bersedih dan membutuhkan dukungan serta ketegasan cinta dari Anda. Tunjukkan cinta Anda kepada anak-anak yang lain, dan katakanlah kalau Anda sangat menyayangi mereka. Tunjukkanlah sikap kesediaan untuk mendengar pertanyaan anak. Jawablah pertanyaan anak dengan jujur dan sederhana.
  5. Jika memang dibutuhkan, Anda juga dapat menceritakan kesedihan Anda pada teman atau saudara. Mintalah saran dari mereka mengenai apa yang sebaiknya Anda lakukan saat ini. Bisa jadi, Anda dapat memetik pengalaman teman yang pernah mengalami peristiwa serupa.
  6. Berusahalah untuk menciptakan suasana baru di rumah. Misalnya, dengan mengganti dekorasi rumah dan warna cat, menata ulang perabot rumah tangga dan taman, dan sebagainya. Atau rencanakan liburan bersama dengan seluruh anggota keluarga.
  7. Mengemasi barang-barang milik si anak bukan berarti kita tidak menyayanginya dan ingin melupakannya. Namun mengemasi barang-barang si anak itu merupakan bentuk keikhlasan Anda untuk menerima ketidakberadaannya bersama Anda, dan kesediaan Anda untuk mencoba menata hidup kembali.
  8. Buatlah sebuah rencana dan kesempatan untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama-sama, seperti berjalan-jalan, menonton film bersama, dan lain-lain. Dengan meningkatkan kegiatan bersama-sama maka rasa kehilangan bisa berangsur-angsur pulih.
Semoga bermanfaat
Salam Ina

Thursday, September 03, 2009

Maut Sangat Dekat

Ketika gempa menggetarkan bumi
Jiwapun ikut bergetar
Ingat pada Pemilik jiwa dan jagad raya
Inikah akhir hidupku ??

Kusadari maut sangat dekat
Maut datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan
Apakah bekalku sudah cukup untuk pulang ??

Rasa takut kerap muncul
Karena tak tau akan mati dimana
Dan dalam kondisi bagaimana
Ketika sedang duduk, berdiri atau berjalan
Ketika dalam keadaan sehat atau sakit
Ketika sedang melamun atau bahkan sedang terlelap
Ketika sedang berzikir, bertafakkur atau bahkan sedang bermaksiat

Tanda tanya yang sangat besar
Setelah mati akan kemana
Ke surga-Nya atau ke neraka-Nya
Mendapat ridha-Nya atau murka-Nya

Ya Allah Yang Maha Pemberi Petunjuk
Bimbing hamba agar selalu berada di jalan lurus-Mu
Tegur hamba jika terlupa, terlena atau tersesat

Ya Allah Yang Maha Kuasa
Kuberharap dapat memenuhi syarat ke surga-Mu
Telah beriman dan beramal shaleh
Telah bertakwa kepada-Mu
Telah berjuang dan berkorban di jalan lurus-Mu
Telah bertaubat .. ketika maut datang menjemput

Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Kuberharap Engkau telah membuka pintu surga-Mu
Dengan penuh keridhaan menyambut ..

Wahai jiwa yang tenang
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku.
Dan masuklah ke dalam surga-Ku.
(QS Al Fajr ayat 27 – 30).

Salam Ina

Gempa 2 September 2009 di Jakarta dan sekitarnya
Teringat kembali gempa & tsunami Banda Aceh Des 2004 yang merengut jiwa ibunda tercinta, kakak & ponakan2 serta beberapa keluarga dekat & jauh yang ada

Wednesday, September 02, 2009

Jakarta Digoyang Gempa

Tadi siang sekitar pukul 14.45 waktu kami meeting di kantor Ditjen Migas lantai 16 terjadi gempa, gempanya lumayan lama dan kencang .. pada awalnya kami masih tetap berada di ruang rapat .. tapi makin lama makin kencang, akhirnya semuanya turun dan rapatpun bubar tanpa komando.

Lumayan capek turun tangga sebanyak 16 lantai ... kaki gemetaran, aku langsung teringat peristiwa gempa di Aceh yang menewaskan ratusan ribu orang termasuk keluargaku tercinta, ibu, kakak sekeluarga ... Ya Allah ... hamba mohon perlindungan-Mu ... jalur komunikasipun sempat susah .. mau nelpon ke rumah nggak bisa, manggil supir kantor juga nggak bisa, untung car call masih berfungsi .... dan minta dijemput ke lobby.

Pulangnya jalanan macet terutama di sekitar Kuningan, Sudirman dan Gatot Subroto ... akhirnya nggak jadi ke kantor suami biasanya kami pulang bareng .. tadi langsung masuk tol ke Bintaro. Semoga tidak terjadi lagi gempa susulan. Ya Allah ... hanya kepada-Mu kami berserah diri dan ampuni kesalahan dan dosa2 yang telah kami lakukan. Amin.

Salam Ina
Note : Gempa berkekuatan 7,3 SR terjadi sekitar pukul 14.55 WIB, Berdasarkan laporan Badan Meteorologi dan Geofisika, pusat gempa di barat daya Tasikmalaya, Jawa Barat, dengan kedalaman 30 kilometer. Gempa ini berpotensi tsunami .. namun setelah 30 menit kemudian BMG menyatakan keadaan aman.