Saturday, May 26, 2012

Pohon untuk Kompensasi CO2

Pohon makin sedikit, bernafas makin sulit ... Pohon rindang, hiduppun tenang, jargon ini terbaca ketika bus karyawan Departemen Kehutanan melintas di samping mobil kami ketika pulang kantor, tulisan di badan bus tersebut menjadi inspirasi untuk menulis di blog ini tentang pepohonan he..he.

Ketentuan tentang penanaman pohon juga menjadi salah satu lingkup Kontraktor EPC yang akan membangun Fasilitas Produksi Gas pada proyek gas tempat aku ditugaskan saat ini, terutama terkait dengan kompensasi terhadap CO2 (Karbon Dioksida) yang dihasilkan dari Fasilitas Produksi Gas tersebut. Jumlah pohon yang ditanam harus sesuai dengan jumlah emisi CO2 yang dihasilkan.

Pada umumnya CO2 memang terkandung di dalam gas alam yang diperoleh dari dalam bumi, kandungan CO2 tersebut bervariasi, ada yang konsentrasinya rendah dengan satuan ppm (part per million) dan ada juga yang kandungannya melebihi kandungan gas Hydrokarbonnya sendiri seperti gas alam yang ada di Natuna, kandungan CO2 nya lebih dari 70 %.

Selain CO2 yang secara alami sudah terkandung di dalam gas alam, CO2 juga dihasilkan dari hasil pembakaran senyawa Hidrokarbon yang digunakan sebagai bahan bakar pada proses produksi. Bahkan CO2 juga dihasilkan dari pembakaran (metabolisme) pada tubuh manusia, yang dibahas pada tulisan ini adalah CO2 yang dihasilkan pada Fasilitas Produksi Gas saja bukan pada manusia (bukan ahli manusia nih he..he). Perhitungan jumlah CO2 yang dihasilkan dari Fasilitas Produksi meliputi CO2 yang dihasilkan pada unit pemisahan CO2 (Acid Gas Removal Unit - AGRU) maupun CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk Fasilitas Produksi tersebut.

Untuk gas alam dengan kandungan CO2 kurang dari 5 %, jika peruntukan gas alam tersebut untuk power plant, maka tanpa melakukan pemisahan CO2, gas alam tersebut sudah dapat memenuhi spesifikasi gas yang ditetapkan, pada umumnya kandungan CO2 yang dibolehkan adalah maksimum 5 %. Sehingga emisi CO2nya hanya dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar baik di Fasilitas Produksi gasnya sendiri maupun di Power Plant tempat produksi listrik dilakukan, termasuk kandungan CO2 di gas alam yang tidak ikut terbakar.

Berbeda dengan gas alam yang diperuntukkan untuk LNG plant, emisi CO2 juga dihasilkan dari unit proses AGRU, karena kandungan CO2nya harus diturunkan dari gas alam sampai sekitar 50 ppm. Unit proses AGRU tersebut diperlukan, karena adanya kandungan CO2 akan mengganggu proses pencairan gas alam, yang dilakukan pada temperatur yang sangat rendah (cryogenic) yaitu - 160 degree Celcius. Gas CO2 akan menjadi padatan (membeku) pada suhu sekitar -78 degree Celcius, sehingga dapat menyumbat aliran gas alam dalam sistem perpipaan / peralatan ketika proses pencairan gas menjadi LNG (Liquified Natural Gas) dilakukan.

Sebagai contoh, untuk proyek yang sedang aku kerjakan, volume gas (gross) yang akan diproses sebesar 60 MMSCFD dengan kandungan CO2 sekitar 4%, jika CO2 harus dihilangkan sampai 50 ppm, maka emisi CO2 yang dihasilkan dari unit AGRU sekitar 2.4 MMSCFD. Untuk kebutuhan tenaga listrik pada fasilitas produksi akan menggunakan bahan bakar gas dengan estimasi sekitar 8% dari volume gas yang diproses, sehingga CO2 yang dihasilkan dari pembangkit listrik tersebut dapat dihitung berdasarkan reaksi pembakaran, dimana senyawa Hidrokarbon yang dibakar (dengan bantuan Oksigen dari udara) akan menghasilkan CO2 dan H2O.

Jumlah pohon yang diperlukan sebagai kompensasi emisi CO2 yang dihasilkan tergantung jenis pohonnya. Dari tabel di bawah ini, pohon trembesi merupakan pohon yang dapat menyerap CO2 lebih besar dibandingkan pohon-pohon lainnya, sehingga untuk dapat menyerap jumlah CO2 yang sama, lahan yang diperlukan untuk pohon trembesi akan lebih kecil dibandingkan pohon-pohon lainnya. Hal ini menjadi pertimbangan utama karena masalah pembebasan tanah untuk lokasi Fasilitas Produksi bukanlah hal yang mudah.

Untuk proyek yang sedang aku kerjakan seperti tersebut di atas, pohon yang diperlukan (estimasi kasar) sekitar 3000 - 4000 pohon trembesi untuk mengkompensasi CO2 yang dihasilkan, perhitungan rinci yang lebih akurat akan ditentukan pada tahap detail engineering. Pohon tersebut akan ditanam di sekitar lokasi Fasilitas Produksi, dengan penanaman pohon tersebut diharapkan kontribusi emisi CO2 dari Fasilitas Produksi terhadap efek rumah kaca di sekitar lokasi dapat dikurangi. 


Pada kehidupan sehari-hari, setiap keluarga pasti juga  menggunakan bahan bakar untuk memasak di dapur maupun penggunaan kendaraan untuk mobilisasi. Dengan cara yang sama dengan di atas, kita dapat menghitung emisi CO2 yang dihasilkan dari setiap kegiatan masak memasak dan kendaraan yang digunakan, sehingga dapat dihitung jumlah pohon yang perlu ditanam sebagai kompensasi dari emisi CO2 tersebut.

Salam  Ina



Tuesday, May 01, 2012

Jodohku mana ?

Sungguh prihatin membaca berita di web berita online mengenai penyebab bunuh dirinya seorang wanita di fly over jembatan Semanggi pada hari Jumat sore tangal 27 April 2012, beritanya ada disini. Kebetulan peristiwa bunuh diri tersebut terjadi pada jam pulang kantor yang menyebabkan lalu lintas macet, akupun sempat terkena dampaknya karena suamiku yang menjemputku pakai taxi tidak kunjung sampai ke kantorku karena jalanan sekitar Semanggi macet total, untung ada temanku yang memberi tumpangan sampai ke kantor suami. Menurut berita, wanita tersebut bunuh diri karena stress hidup seorang diri dan belum mendapatkan jodohnya di usia yang sudah mendekati separuh baya.

Manusia pada umumnya adalah makhluk sosial, selalu ingin berinteraksi dengan makhluk lainnya termasuk keinginan untuk memiliki pasangan hidup atau jodoh yang akan bersama-sama dalam bahtera, mengarungi lautan kehidupan dalam suka dan duka. Sebagai manusia beriman, salah satu yang harus kita yakini adalah jodoh seseorang ditentukan oleh Allah SWT. Jika memang orang tersebut adalah jodoh yang ditentukan Allah SWT untuk kita, ada saja cara Allah SWT mempertemukan kita dengan orang tersebut dan jika memang belum jodoh kita, ada saja sebab yang menjauhkan kita dari orang tersebut.

Lalu bagaimana jika jodoh yang kita nanti2kan tidak kunjung tiba ? bagaimana sikap kita ? Sikap yang utama adalah jangan pernah sedikitpun berprasangka buruk kepada Allah SWT. Dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman, “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku”. [HR Muslim 4849].

Berikut beberapa nasehat dalam menyikapi tentang jodoh yang dikutip dari website dengan sedikit modifikasi dari hasil observasi dan perenunganku.
  1. Luruskan Niat, bahwa jodoh yang kita harapkan menjadi pasangan kita dalam suatu pernikahan adalah dalam rangka taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
  2. Perbaiki ibadah kita dan hubungan kita dengan Allah SWT.
  3. Perbaiki hubungan kita dengan orang tua.
  4. Perbaiki sikap dan akhlak atau perilaku diri terhadap sesama manusia misalnya jika tadinya kita nggak ramah / jutek, ubahlah sikap tersebut menjadi ramah, suka senyum dan menyenangkan, tentu saja dalam koridor akhlak yang baik sesuai tuntunan Rasul.
  5. Meminta bantuan orang tua, keluarga atau kerabat untuk membantu mencarikan jodoh yang tepat buat kita.
  6. Berdoa dengan sungguh2 serta melakukan amal sholeh yang diperintahkan Allah SWT, seperti memperbaiki ibadah wajib kita, menambah ibadah2 sunah dan perbanyaklah bersedekah baik berbentuk uang, tenaga maupun pertolongan kepada orang yang membutuhkan.
  7. Tawakkal ... Serahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Ada dua kehendak Allah yang harus kita yakini. Kehendak qauniyah dan syar’i. Pada dasarnya, Allah SWT menghendaki kita menikah (syar'i). Karena menikah merupakan perbuatan baik. Tidak mungkin Allah menjerumuskan kita kepada hal-hal yang tidak baik. Tapi kehendak qauniyah kita sendiri membuat kita malas, tidak membuka diri, ada yang datang dan serius meminang kita tapi kita menolak. Inilah kehendak qauniyah kita.
  8. Ridha ... Jika kita sudah meluruskan niat, berusaha maksimal, berdoa, beramal sholeh dan tetap berprasangka baik pada Allah SWT, namun jodoh belum datang juga, yang dapat kita lakukan adalah bersabar atas ujian tersebut dan ridha atas segala kehendak-Nya. Kuatkan keyakinan bahwa apapun ujian yang Allah berikan untuk kita termasuk misalnya jodoh yang tidak kunjung tiba tersebut, pasti itu yang terbaik buat kita.
Mengimplementasikan sikap ridha dalam kehidupan kita mungkin tidak mudah, tapi jika diupayakan .. pasti bisa. Bagi yang belum mendapatkan jodoh ketika usia makin merambat naik .. ayo bangkit, kuatkan keyakinan bahwa kita bisa hidup bahagia walaupun tidak punya pasangan, tidak sedikit orang yang sudah menikah malah pengen hidup sendiri lagi karena mungkin tidak memperoleh kebahagiaan seperti yang dibayangkannya dalam suatu perkawinan.

Bahagia itu sebenarnya pilihan kita sendiri bukan ditentukan oleh orang lain. Ada atau tidak adanya pasangan, tidak menentukan kebahagiaan itu sendiri. Jika kita memilih untuk bahagia ... tanpa pasanganpun, Insya Allah bisa bahagia. Berpikir positip, berprasangka baik, perbanyak teman, perbanyak menolong orang lain dan lakukan hal-hal yang membuat orang lain bahagia ... Insya Allah kitapun akan bahagia.

Yang sering membuat para single kesal dan jengkel adalah sikap orang2 terdekat di sekitarnya yang sering menanyakan "kapan menikah''; "kenapa belum menikah", dll. Untuk itu jika ada orang terdekat kita yang kebetulan belum mendapatkan jodoh, bantu mereka secara maksimal jika memang diminta bantuan oleh yang bersangkutan. Namun, jika kita tidak dapat membantu mereka ... jangan pula menambah beban di hati mereka dengan menanyakan pertanyaan2 yang menjengkelkan tersebut.

Untuk para single ... be happy, banyak hal yang bisa membuat kita bahagia karena hidup itu sendiri adalah anugerah yang terindah yang harus disyukuri. Teruslah berikhtiar maksimal, berdoa, beramal sholeh, bersyukur, bersabar, tawakkal dan ridha, Insya Allah mendapatkan ridha-Nya untuk masuk ke surga. Yakinlah Allah SWT sudah menentukan pasangan hidup kita yang abadi kelak di Surga-Nya. Allah SWT berfirman tentang kenikmatan surga, “Kamilah wali kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalam surga itu kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan di dalamnya pula kalian mendapatkan apa yang kalian minta sebagai persembahan dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Fushilat: 31-32).

Salam Ina