Akhir minggu yang lalu ada beberapa peristiwa
yang membuatku merenung dan berusaha memahami makna kehidupan yang Allah
anugerahkan kepadaku. Ada waktunya duka dan ada waktunya suka, silih berganti
dalam kehidupan setiap makhluk Allah SWT di muka bumi yang fana ini.
Semoga endingnya kehidupan kita dalam keadaan "husnul khatimah" dan
berada dalam rahmat dan ridha Allah SWT dunia & akhirat kelak. Aamiin Ya
Rabbal'alamin.
Hari Jumat 25 April 2014, sekitar jam 10.30
anakku kirim kabar via blackberry message bahwa ada yang telpon ke rumah
menyampaikan berita dukacita. Karena nama yang didengar anakku kurang jelas dan
alamatnya juga tidak disebutkan, membuatku bertanya-tanya siapa yang meninggal
tersebut. Mulailah aku mencari nama keluarga yang mirip dengan nama yang
didengar anakku, kebetulan ada adik ipar kakakku yang namanya mirip, sebut saja "F" yang kebetulan memang sedang sakit dan dirawat di RS. Aku
segera menghubungi saudara-saudara kandungnya, tapi tak satupun yang mengangkat
telponku bahkan ada message yang mengatakan "busy".
Lutut ini mulai lemas, jangan-jangan benar
"F" yang meninggal, usianya masih muda ... jauh di bawah
usiaku. Aku membayangkan duka yang bakal dialami istri, putra-putrinya yang
masih kecil dan juga keponakanku (satu-satunya anak kakakku yang selamat dari
tsunami) yang tinggal dengan "F" selaku pamannya yang memperlakukan
keponakanku itu seperti anak kandungnya sendiri. Aku juga mulai bertanya ke
adik-adik kandungku yang berada di Medan dan Banda Aceh apakah mereka ada
menerima kabar duka dari keluarga ? mereka menjawab tidak ada.
Sekitar jam 12-an siang, ada salah satu kakak
kandung dari "F" yang dapat dihubungi, akupun menceritakan kabar duka
yang kuterima dan kutanyakan bagaimana keadaan adiknya, dia menjawab baik-baik
saja dan "F" sudah keluar dari RS, rasanya lega banget karena
dugaanku salah. Akupun melanjutkan aktivitas makan siang bersama dengan
teman-temanku. Tiba-tiba sekitar jam 12.30 datang SMS dari pamanku di Banda
Aceh, mengabarkan bahwa yang meninggal dunia adalah suami dari sepupu ibuku
yang tinggal di Ciputat, aku memanggilnya Om "S". Innalillahi wa inna
ilaihi raajiun.
Setelah jelas siapa yang meninggal, akupun pamit
pada atasanku untuk pulang ke rumah dan berkunjung ke rumah duka. Sampai di
rumah duka sekitar jam 15:30, jenazah belum dikuburkan karena menunggu salah
satu keponakan dari Om "S" tersebut yang datang dari Medan. Om dan
bibik memang tidak mempunyai anak kandung, tapi keponakannya yang di Medan itu
sangat dekat dengan beliau dan minta ditunggu kedatangannya karena ingin
melihat jenazah Om "S" untuk terakhir kalinya. Karena sampai jam
16.30, yang ditunggu belum datang juga, akhirnya jenazah segera di bawa ke
mushola dekat rumah duka untuk disholatkan dan dimakamkan.
Setelah sholat jenazah selesai, jenazah diantar
ke pemakaman dan prosesi pemakaman berjalan lancar. Pak RW setempat
menyampaikan kata-kata sambutan yang menyatakan bahwa warga sangat kehilangan
Om "S" dengan kepergiannya yang mendadak karena beliau sudah banyak
berkontribusi terhadap warga sekitar antara lain mengajar mengaji dan rajin
sholat berjamaah ke mesjid. Pagi itu beliau sempat sholat subuh berjamaah di
mushola dan sekitar jam 9-an nafasnya agak sesak dan sempat memanggil istrinya,
lalu beliau muntah dan langsung meninggal dunia sebelum sempat di bawa ke RS.
Sungguh kematian yang cepat, tidak merepotkan keluarga dan semoga husnul
khatimah. Semoga beliau mendapat ampunan dan kasih sayang Allah SWT serta
mendapat tempat yang mulia di surga Allah SWT.
Setiap yang bernyawa pasti merasakan mati ...
mati itu pasti, hanya waktu, tempat dan penyebabnya yang masih misteri dan
hanya Allah SWT saja yang mengetahuinya. Semoga kita sempat menyiapkan bekal
ketakwaan dan amal sholeh untuk dibawa pulang ke kampung akhirat kelak.
Hari Sabtu 26 April 2014 pagi, aku dan temanku
pergi membezoek teman kami yang sedang sakit yang tinggal di BSD sebut saja
namanya "E". Kami satu angkatan ketika kuliah di ITB, tapi berbeda
jurusan. Temanku "E" ini sejak tahun lalu sudah diketahui menderita
penyakit kanker payudara dan sudah dilakukan operasi. Mungkin karena kankernya
tipe ganas, setelah dioperasi, benjolannya tumbuh lagi, sehingga dia sudah
beberapa kali dioperasi.
Waktu reuni angkatanku yang ke 30 tahun pada
bulan November 2013 yang lalu, kondisi "E" masih segar, malah dia
ikut aktif membuka stand, menjual hasil karyanya dan teman-teman Seni Rupa
lainnya. Nggak nyangka hanya dalam beberapa bulan kondisinya begitu drop, saat
ini kankernya sudah menyebar sampai ke anggota tubuh yang lain seperti tulang
leher, sehingga harus dilakukan radiasi dan chemotherapy. Dia hanya dapat
berbaring, bahkan untuk komunikasipun sudah susah, hanya orang-orang
terdekatnya yang mengerti apa yang akan disampaikannya. Jika berdiri dan
berjalan "E" harus memakai penyangga leher dan harus dibantu/dipapah.
Sedih banget melihat kondisinya.
Yang kukagumi dari "E" adalah
kesabarannya, hampir tidak terdengar keluhannya ketika kami disana, padahal
menurut yang kuketahui dari teman-teman yang pernah sakit kanker, rasa sakitnya
luar biasa. Kesetiaan teman-temannya juga luar biasa, bahkan ada teman SMAnya
yang hampir setiap hari berada di rumahnya, mengurus keperluan "E",
ada yang mengantar dan antri ke RS dan ada pula yang menunggu "E"
ketika dia dioperasi.
Tentunya ketika masih sehat "E" seorang sahabat yang sangat baik dan penuh perhatian sehingga teman-temannya tanpa diminta ikut membantu dan memberi dukungan yang sangat dibutuhkannya. Semoga "E" sabar menghadapi ujian sakit yang sangat berat ini dan semoga Allah SWT menyembuhkan penyakitnya sampai tuntas. Semoga saja suami dan anaknya dapat mendampingi "E" dan menyayanginya dengan sepenuh hati.
Hari Sabtu 26 April 2014 sore dan malam aku
mendapat undangan pernikahan/resepsi anak dari salah seorang teman sekantorku
dan malam harinya juga ada undangan acara 40 hari meninggalnya keluarga besan
dari tante suamiku. Karena waktu acaranya bersamaan, aku merencanakan hadir
pada acara pernikahannya saja yang dilaksanakan sore hari setelah ashar.
Mengingat lokasi acara pernikahan di Bekasi Barat dan acara lainnya di sekitar
Lebak Bulus, aku dan suami berbagi tugas, takutnya waktunya tidak
terkejar untuk kami dapat hadir bersama-sama di ke dua acara tersebut.
Suamiku akan hadir di acara yang di Lebak Bulus,
sedangkan aku berdua anakku Hifzhan berangkat ke Bekasi Barat. Karena waktunya
tanggung, kami sholat ashar dulu di rumah baru berangkat ke sana. Perjalanan
dari rumah sampai memasuki tol Cikampek berjalan lancar, begitu sampai tol
Cikampek, ya ampun macet banget, apalagi untuk keluar dari pintu tol Bekasi
Barat, antriannya sangat panjang. Waduh bisa-bisa acara pernikahannya sudah
bubaran ketika kami sampai, aku bilang ke anakku, kalau acaranya sudah bubar,
maka kita akan tunggu di sana untuk hadir ke acara resepsinya saja.
Akhirnya kami sampai juga ke lokasi acara
pernikahan sekitar pukul 17.00, ternyata acara akad nikahnya belum
dilaksanakan, lega rasanya he...he, karena nggak perlu nunggu acara resepsinya.
Kami mengikuti acara akad nikah sampai selesai dan bertemu dengan orang tua
mempelai, setelah salaman dan ngobrol2 sebentar kami pamit pulang karena
sebentar lagi akan masuk waktu maghrib. Alhamdulillah perjalanan pulang
berjalan lancar dan kami sampai Bintaro sekitar 18.30, masih ada waktu untuk
sholat maghrib. Sampai di rumah, ternyata suamiku sudah berangkat ke Lebak
Bulus pada pukul 18.00, semoga acara di Lebak Bulus juga berjalan lancar.