stasiun kereta api Kualanamu |
Sayang sekali anak-anak tidak bisa ikut karena mereka akan ujian semester, walaupun si bungsu sudah selesai US SD, dia tidak mau ikut, katanya liburan nggak seru, kalau kakak dan abangnya tidak ikut. Akhirnya aku dan suamiku memutuskan untuk ke Medan saja karena sekalian ada urusan keluarga yang harus dibereskan, kami berangkat bareng adik suamiku dan satu orang anaknya yang sudah tamat Perguruan Tinggi.
Kami berangkat dari Jakarta menuju Medan pada pagi hari Minggu tanggal 25 Mei 2014 dengan naik Garuda, Alhamdulillah waktu berangkat dan tiba di bandara Kualanamu-Medan sesuai jadwal. Karena kami belum pernah ke Kualanamu, sambil menunggu jemputan, kamipun mengabadikan bandara ini dengan kamera masing2. Bandara ini bagus dan sering dijadikan objek wisata oleh masyarakat setempat. Di sini tersedia jalur kereta api menuju kota Medan dengan biaya sebesar Rp 60 ribu, tapi kami belum sempat mencoba jalur kereta api ini, karena kami dijemput dengan mobil.
Danau Toba |
Acara selama di Medan tentu saja diisi dengan mencicipi kuliner yang terkenal di kota Medan, seperti soto Medan di warung Sinar Pagi, seafood Marco, sate Padang Jo Andah, mie Aceh titi bobrok, sate Padang Waspada, lontong sayur Medan, sate kerang dll. Di Medan kami menginap di hotel Swiss Bell, ketika sarapan tersedia juga menu mie sop, mantap banget kuliner di Medan ini... selama beberapa hari disini berat badan langsung merangkak naik he..he, waduh.
Pada hari Selasa tanggal 27 Mei 2014 sekitar pukul 8:00 pagi, kami berangkat ke Parapat melalui kota Pematang Siantar agar bisa mampir makan siang dengan menu utamanya burung goreng di RM Beringin, lokasi restoran ini beberapa kilometer sebelum kota Pematang Siantar. Setelah selesai makan, kami mampir di sentra oleh2 berbagai ting-ting kacang yaitu toko Paten yang lokasinya tidak jauh dari RM Beringin. Sesampainya di kota Pematang Siantar, kami mampir membeli roti Ganda yaitu roti tawar dengan selai srikaya, tentu saja kami juga membeli selai srikaya untuk di bawa pulang ke Jakarta dari toko lainnya di sebelah toko roti Ganda, katanya sih selainya lebih enak di sini.
Kamipun melanjutkan perjalanan ke Parapat, pemandangan di jalan menuju Parapat biasa-biasa saja, hanya ada sawah dan kebun sawit. Kami tiba di Parapat sekitar pukul 14:00 dan langsung menuju hotel Inna Parapat, karena kami empat orang, kami menyewa Family room dengan tarif Rp 1,835,000 termasuk makan 3 x untuk 4 orang, lumayan mahal, tapi karena lokasi hotel ini yang dekat danau Toba, kamipun malas hunting mencari hotel lainnya.
rumah tahanan Soekarno di Parapat |
tanjung Onta, pemandangan ini terlihat pada jalur parapat-Brastagi |
Karena hari sudah menjelang maghrib, kamipun kembali ke Parapat, speedboat yang kami tumpangi sempat mogok karena terkait sesuatu di dalam air sehingga selang BBMnya copot. Aku jadi deg-degan juga karena kalau sampai speedboatnya nggak berhasil dihidupkan, seram membayangkan terkatung-katung di tengah danau Toba, mana aku nggak bisa berenang lagi. Alhamdulillah, setelah selang BBM
Keesokan harinya, sebelum pulang kembali ke Medan, kami singgah di rumah tempat presiden Soekarno pernah ditahan oleh Belanda pada tahun 1948. Rumah ini merupakan bangunan Belanda dan terletak agak tinggi, sehingga bisa memandang ke arah Danau Toba dan pulau Samosir, pemandangannya sangat indah, luar biasa. Kami tidak masuk ke dalam rumah tersebut, karena takutnya kelamaan karena perjalanan ke Medan masih panjang.
pemandangan indah |