Mendekati
akhir masa liburan sekolah semester ganjil tahun 2016/2017 ini, anakku yang
bungsu mulai bertanya, “Ma .. kog kita nggak pergi liburan ?” waduh .. mama
dan papa belum bisa ambil cuti kantor dan juga kakak masih ada ujian. Repotnya
mencari waktu untuk bisa berlibur bersama-sama karena kegiatan anak2 dan waktu
liburan sekolah sudah berbeda. Akhirnya disepakati liburannya mulai tanggal 6
Januari sampai dengan tanggal 10 Januari 2017, sehingga si bungsu harus minta
izin guru sekolahnya untuk tidak masuk sekolah.
Liburan
kali ini, seperti biasa, suamiku yang bertindak sebagai travel agent yang
merencanakan dan membeli segala keperluan liburan baik transportasi maupun
akomodasi, kami tinggal duduk manis mengikuti arahannya he…he. Rute liburan
dimulai dari kota Surabaya lalu lanjut ke kota Semarang serta kota-kota kecil
di sekitarnya Kudus, Demak, Ambarawa.
Surabaya dan sekitarnya
Kami
berangkat dari Jakarta tanggal 6 Januari 2017 pk 7.35 dan tiba di Surabaya sekitar pukul 9:00 an,
setelah beres pengambilan bagasi, kami segera naik mobil sewaan menuju mesjid
Nasional Al Akbar Surabaya untuk persiapan sholat Jum’at berjamaah. Mesjid ini
lumayan besar dan bagus … di sekitar mesjid banyak penjual makanan dan minuman,
kami sempat mencicipi minum es kelapa muda di sini selesai sholat Jum’at, haus
soalnya karena cuaca yang panas.
Perjalanan
berikutnya adalah menuju Madura melalui jembatan Suramadu yang menghubungkan
kota Surabaya dan pulau Madura, anak-anakku baru pertama kali mengunjungi
Madura. Tujuan utama adalah untuk untuk makan siang dengan menu nasi dan lauk
bebek goreng he..he. Ada dua resto bebek yang terkenal di Bangkalan Madura yaitu
bebek Sinjay dan bebek Songkem. Akhirnya kami memilih makan di resto bebek
Songkem pak Salim dengan pertimbangan di resto ini juga tersedia menu ayam
sehingga suamiku yang tidak suka bebek bisa memilih menu ayam. Bagaimana rasa
bebeknya ? menurut aku sih biasa saja, malahan lebih enak bebek2 garing yang
ada di warung/resto di Jakarta he..he.
Di sini
kami juga sempat lihat-lihat batik di galery Pesona Batik Madura dan aku ketemuan
dengan teman SMA-ku dulu di Lhokseumawe yang kebetulan tempat tinggalnya tidak
jauh dari galery tersebut, wow senangnya bisa bersilaturrahmi plus dapat oleh-oleh
kain batik pula … terima kasih ya teman.
Kami
hanya menginap satu malam di Surabaya yaitu di hotel Varna, keesokan harinya
kami sempatkan jalan-jalan di kota Surabaya antara lain ke monumen tugu
pahlawan, monumen kapal selam dan tentu saja wisata kuliner seperti mencicipi rawon
setan, soto ayam cak To dan es krim tempo dulu di resto Zangrandi. Karena kami
di Surabaya hanya sebentar, tidak banyak objek wisata yang bisa dikunjungi,
semoga lain kali bisa berkunjung ke kota-kota lainnya di Jawa Timur.
Semarang dan sekitarnya
Hari
Sabtu tanggal 7 Januari 2016 sore hari kami terbang ke Semarang dan tiba di
Semarang sudah mendekati waktu sholat maghrib, kami dijemput oleh mobil yang
disediakan oleh hotel Gumaya, tempat kami menginap selama di Semarang. Malamnya
kami mencari makan di sekitar hotel … ternyata banyak resto dan warung yang
menjual menu makanan yang mengandung babi, waduh kami harus hati-hati memilih
resto/warung dan bertanya detail sebelum memutuskan masuk ke resto/warung untuk
makan.
Esok
harinya, hari Minggu tanggal 8 Januari 2017, dengan mobil sewaan kami menuju
kota Demak sekitar 1.5 jam dari kota Semarang, di sini kami berkunjung ke
masjid Agung Demak dan foto-foto di alun-alun yang ada tulisan Demaknya.
Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke Kudus, di sini kami berkunjung ke mesjid
Menara Kudus, banyak peziarah yang berkunjung ke sini karena di area yang sama
terdapat makam salah satu wali songo yaitu Sunan Kudus atau Raden Jafar Sadiq. Karena
di tempat ini terlalu rame, kami memutuskan sholat dzuhur di mesjid Agung Kudus
yang terletak di sekitar alun-alun.
Kami
singgah makan siang di resto Sari Rasa yang menjual menu garang asem, makanan
khas Kudus yang konon katanya resto ini favoritnya pak SBY presiden ke 6 RI.
Garang asem dapat digolongkan sebagai sop ayam yang dibungkus daun pisang. Satu
porsinya disajikan bersama sepiring nasi putih panas. Sensasi pertama ketika
mencicipi garang asem Sari Rasa adalah pedasnya yang menggigit, bagi yang tidak
tahan pedas bisa memilih menu lainnya, misalnya nasi dengan ayam goreng, menu
ini enak banget.
Oh ya di Kudus ini juga terkenal dengan dodolnya yang sering disebut jenang Kudus, salah satunya yang terkenal adalah merk Mubarok, kami membeli oleh-oleh jenang Kudus di gerai Mubarok karena aku penggemar dodol. Di Kudus juga kami sempatkan foto2 narsis di alun-alun yang ada tulisan Kudusnya he..he. Ternyata di tiga kota yang kami datangi, landmark kota tertulis di persimpangan sekitar alun-alun, mulai dari Semarang yang terkenal dengan “Simpang Lima Semarang”, lalu Demak dengan landmark “Simpang Enam Demak”, berikutnya Kudus dengan “Simpang 7 Kudus”, unik juga bisa berurutan begitu jumlah persimpangannya, apakah kota2 berikutnya ada “Simpang 8, 9 atau bahkan 10” ? entahlah, ntar coba digoogling.
Berikutnya, acara jalan-jalan di sekitar objek wisata
yang ada di kota Semarang yaitu gedung Lawang Sewu yang artinya seribu pintu
karena gedung ini memiliki pintu yang sangat banyak walaupun tidak mencapai
seribu buah. Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan
dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau
sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor
Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV Dipenegoro) dan Kantor Wilayah
(Kanwil) Perhubungan Jawa Tengah.
Pada
masa perjuangan, gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara
pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai,
Jepang. Sejak tahun 1992, Pemerintah Kota
Semarang telah memasukkan Lawang Sewu sebagai salah satu dari
102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi. Saat
ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi
yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta
Api Persero.
Tempat
lainnya yang kami datangi di kota Semarang adalah Mesjid Agung Jawa Tengah, mesjid
ini sangat besar ,,, berdiri di atas lahan sekitar 10 hektar dengan luas
bangunan induk sekitar 7700 m2. Mesjid ini berarsitektur perpaduan Jawa dan
Yunani dan dilengkapi dengan 6 buah payung besar elektrik seperti yang terdapat
di Mesjid Nabawi Madinah, yang dibuka jika jamaah sholat cukup banyak seperti
pada hari Jumat atau hari raya. Sayangnya saat ini bagian luar mesjid tampak
kusam dan juga kondisi taman/halaman kurang terawat mungkin karena lahannya
sangat luas.
Selanjutnya
kami menuju kota Ambarawa untuk melihat museum kereta api. Pada masa kolonial
Belanda, Ambarawa merupakan sebuah kota militer. Melalui komando dari Raja Willem I, dibuatlah sebuah stasiun di
Ambarawa yang digunakan untuk mengangkut tentara Belanda ke Semarang. Setelah
Belanda tidak lagi berkuasa, stasiun ini tidak lagi difungsikan sebagai stasiun
militer.
Pada tahun 1976 gubernur Jawa Tengah waktu itu, Soepardjo Roestam mengalih fungsikan stasiun ini menjadi museum kereta api. Di Museum Kereta Api Ambarawa kita dapat melihat koleksi-koleksi lokomotif kereta api beserta peralatan komunikasi kuno sebagai pendukungnya. Di museum ini kita juga bisa naik kereta wisata yang melayani rute Ambarawa-Bedono pp serta Ambarawa-Tuntang pp. Namun sayangnya karena kami datang pada hari kerja, kereta wisata tersebut tidak beroperasi. Akhirnya kami hanya foto-foto saja di sini mumpung pengunjungnya tidak banyak.
Ketika
kembali ke kota Semarang, kami sempat melihat Sam Koo Pong, yang merupakan
tempat persinggahan dan pendaratan Laksamana Tiongkok yang bernama Zheng
He/Cheng Ho. Tempat ini biasa disebut Gedung Batu, karena bentuknya merupakan
sebuah gua batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Hampir di
keseluruhan bangunan bernuansa merah khas bangunan China, sekarang tempat ini
dijadikan kelenteng.
Di kota Semarang juga banyak terdapat bangunan-bangunan tua yang terletak di kawasan kota lama yang dulu pernah ramai dan menjadi pusat ekonomi di Semarang. Bangunan-bangunan vintage tersebut kini menjadi objek wisata yang cukup digemari oleh masyarakat Semarang dan sekitarnya. Beberapa tempat di Kota Lama juga menjadi spot kesukaan para penggemar fotografi di Semarang karena lokasinya memang sangat fotogenik.
Oh ya cerita kuliner di Semarang ,, kami sempat mencicipi Bakmie Jowo Pak Gareng yang cukup dikenal di Semarang, Warungnya memang sederhana, namun rasa bakmienya maknyus terutama kuah kaldunya … asli dari kaldu ayam kampung yang diolah dari resep turun temurun. Cara memasaknya yang khas, menggunakan tungku tanah liat dan bara arang, membuat bakmi ini lebih istimewa baik dari segi aroma maupun rasanya.
Hari Selasa tanggal 10
Januari 2017 kami kembali ke Jakarta. Ada kejadian yg tidak menyenangkan ketika
check in di counter Garuda bandara Ahmad Yani Semarang, untuk anakku yang
bungsu yang belum punya KTP, dimintakan KK, mana pernah liburan kita bawa KK ? Terus
ortu diminta membuat surat pernyataan dan harus bayar materai Rp 6000, eh biaya
materai dinaikkan jadi Rp 10000, jengkel banget rasanya karena kami sudah
sering terbang dengan anak2 ke beberapa kota di Indonesia, baru kali ini mengalami
hal ini, apakah ini aturan baru atau spesifik untuk Semarang saja ? ada yg punya pengalaman yg sama ?
Demikianlah sekilas cerita
liburan di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Rasanya sudah pengen liburan lagi dan
ingin mengunjungi provinsi2 lainnya di negeri tercinta ini yang pemandangannya
indah2 dan juga ingin mencicipi kuliner khas daerah masing-masing.
Salam Ina