Baru saja tuntas membaca buku/novel Negeri 5 Menara sesudah berminggu-minggu sejak sampul plastiknya dikoyak, hm sangat sulit menuntaskan satu buku yang tebal2 pada usiaku saat ini 40-an .. padahal dulu waktu masih remaja dan usia di bawah 30-an buku setebal apapun bisa tuntas dibaca dalam hitungan jam atau hari.
Cara bertutur di buku Negeri 5 Menara ini mirip dengan buku Laskar Pelangi-nya Andera Hirata yang juga menceritakan tentang persahabatan beberapa orang anak ... hanya saja lingkungan pendidikan yang ada di buku ini adalah suasana sekolah di suatu Pesantren yang terinspirasi dari kisah nyata penulisnya A. Fuadi yang merupakan alumi Pesantren Gontor Jawa Timur.
Cerita di buku ini merupakan flash back tokoh utamanya yaitu Alif Fikri yang berasal dari desa di sekitar danau Maninjau, Sumatera Barat. Mereka bersahabat 6 orang, selain Alif sebagai tokoh utamanya, tokoh berikutnya adalah Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep - Madura, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa - Sulawesi. Persahabatan mereka berenam dipersatukan oleh hukuman jewer berantai .. oleh Tyson julukan bagi murid kelas atas yang bertugas sebagai Keamanan Pondok yang sangat ditakuti oleh murid kelas yang masih rendah. Mereka berenam dihukum karena kesalahan mereka yang terlambat datang ke mesjid pada saat lonceng sudah berbunyi.
"Mantera" sakti man jadda wa jada .. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses, menginspirasi mereka berenam sehingga dengan penuh semangat meraih cita-cita dan impian masing-masing. Di bawah menara masjid yang menjulang, setiap hari mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak pulang ke ufuk, sehingga mereka dijuluki Sahibul Menara. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Suka duka kehidupan sehari-hari, kedisiplinan dan keharusan mereka dalam berbahasa Arab & Inggris di Pondok Pesantren Madani (PM), digambarkan dengan jelas dan menarik serta diselingi oleh kisah2 lucu yang membuatku senyum-senyum ketika membacanya. Pergulatan batin Alif juga dikisahkan dengan baik sehingga bisa menginspirasi pembacanya. Alif tadinya setengah hati untuk bersekolah di Pesantren ini karena setengah dipaksa ibunya bersekolah di sekolah agama .. sempat juga dia goyah dan ingin pulang sebelum lulus, namun akhirnya berkat bujukan bapaknya yang datang berkunjung ke Pondok, Alif berhasil lulus dengan baik.
Ada juga kisah sedih Baso anak yatim piatu yang tidak dapat menyelesaikan sekolahnya di Pesantren dan kembali ke kampung untuk merawat nenek yang telah membesarkannya yang saat itu sudah tua dan sakit-sakitan. Kisah tokoh2 di buku ini berakhir bahagia ... mereka berenam berhasil meraih impiannya masing2 sesuai bentuk khayalan mereka ketika melihat awan dari bawah menara mesjid ... Alif di benua Amerika (Wahington DC) , Raja di benua Eropa (Inggris), Atang di benua Afrika (Kairo), Said & Dulmajid di benua Asia (kembali ke kampung masing2). Bahkan Baso yang paling brillian di antara mereka yang DO di tengah jalanpun akhirnya meraih impiannya mendapatkan beasiswa kuliah di Mekkah dengan modal hapal luar kepala isi Al-Quran.
Buku yang inspiratif ... bagus untuk dibaca terutama oleh anak-anak yang masih duduk di bangku SMP & SMA dan universitas bahkan untuk orang dewasapun buku ini banyak hikmah yang bisa dipetik untuk kehidupan kita sehari-hari. Man jadda wa jadda .. Ikhtiar yang maksimal diiringi Doa yang sungguh2, Bertawakkal kepada Allah SWT ketika dalam proses dan Ridha terhadap apapun ketentuan Allah SWT atas hasilnya .. Insya Allah membuat kita sukses dunia dan akhirat dari setiap amal sholeh yang kita lakukan.
Salam Ina