Hari Selasa, tanggal 30 Juni 2015 jadwal aku ke dokter ortopedi di RS Eka Hospital untuk konsultasi masalah tulang pinggulku yang masih saja terasa nyeri. Dokternya datang telat, seharusnya dia mulai praktek jam 8 pagi, tapi dia baru muncul jam 10, sebel juga menunggu selama 2 jam, pas dokternya datang aku protes berat eh dia senyam senyum sambil garuk-garuk kepala dan minta maaf he...he. Sambil menunggu dokter datang, aku sempat ambil brosur yang tersedia di RS tersebut tentang pengelolaan rasa nyeri, sebagian isi brosurnya aku tulis kembali di blog ini dan juga hasil searching tentang nyeri di internet, mudah-mudahan berguna bagiku yang saat ini sering merasa nyeri dan mungkin berguna juga bagi pembaca blog ini.
Apa itu nyeri ? Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan yang tampak maupun tidak tampak. Nyeri dapat diakibatkan oleh panas, dingin, tekanan, pembedahan/luka bahkan cahaya yang sangat terang. Nyeri dapat mempengaruhi tubuh secara keseluruhan dan dapat menimbulkan dampak yang serius. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda terhadap rasa nyeri.
Mengelola Rasa Nyeri
Pengelolaan rasa nyeri yang baik dapat membantu pasien dalam :
Obat nyeri dapat diberikan dalam bentuk tablet, injeksi, suppositoria (melalui anus), injeksi melalui infus dan melalui kateter epidural. Bagi pasien yang baru menjalani pembedahan, obat nyeri sebaiknya diminum teratur 3-4 hari sampai nyerinya berkurang/hilang.
Teknik lain yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri adalah pemijatan (massage), posisi tidur yang nyaman, knompress dingin/panas, relaksasi dan meditasi, teknik distraksi, relaksasi dengan musik dan aroma theraphy. Teknik-teknik ini harus disesuaikan dengan kondisi pasien, jenis penyakit/operasi dan kondisi lingkungan.
Untuk kasus nyeri pinggul yang aku alami, dokter telah melakukan pemeriksaan lanjut MRI dan CT Scan pada tulang belakang di sekitar pinggang/pinggul dan hasilnya baik-baik saja, dokterpun berkesimpulan bahwa nyeri yang kurasakan pada pinggul ini disebabkan oleh kista itu sendiri yang menekan tulang. Semoga rasa nyeri ini semakin berkurang dan kistanya tidak membesar dan bisa hilang tanpa perlu dilakukan operasi. Aamiin Ya Rabbal'alamin.
Klasifikasi Nyeri
Menurut Smeltzer (2001), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya serangannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai serangan yang pasti/tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi suatu masalah dengan sendirinya.
Mekanisme Neurofisiologik Nyeri
Mengelola Rasa Nyeri
Pengelolaan rasa nyeri yang baik dapat membantu pasien dalam :
- melatih tubuh yang merupakan hal penting dalam proses pemulihan (latihan nafas dalam, bergerak)
- mencegah komplikasi
- memberikan rasa nyaman pada waktu pemulihan
- pemulihan lebih cepat
Obat nyeri dapat diberikan dalam bentuk tablet, injeksi, suppositoria (melalui anus), injeksi melalui infus dan melalui kateter epidural. Bagi pasien yang baru menjalani pembedahan, obat nyeri sebaiknya diminum teratur 3-4 hari sampai nyerinya berkurang/hilang.
Teknik lain yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri adalah pemijatan (massage), posisi tidur yang nyaman, knompress dingin/panas, relaksasi dan meditasi, teknik distraksi, relaksasi dengan musik dan aroma theraphy. Teknik-teknik ini harus disesuaikan dengan kondisi pasien, jenis penyakit/operasi dan kondisi lingkungan.
Untuk kasus nyeri pinggul yang aku alami, dokter telah melakukan pemeriksaan lanjut MRI dan CT Scan pada tulang belakang di sekitar pinggang/pinggul dan hasilnya baik-baik saja, dokterpun berkesimpulan bahwa nyeri yang kurasakan pada pinggul ini disebabkan oleh kista itu sendiri yang menekan tulang. Semoga rasa nyeri ini semakin berkurang dan kistanya tidak membesar dan bisa hilang tanpa perlu dilakukan operasi. Aamiin Ya Rabbal'alamin.
Klasifikasi Nyeri
Menurut Smeltzer (2001), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya serangannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai serangan yang pasti/tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi suatu masalah dengan sendirinya.
Mekanisme Neurofisiologik Nyeri
Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi
nyeri disebut sebagai sistem noniseptik. Sensivitas dari komponen
sistem noniseptik dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda
diantara individu. Tidak semua orang yang terpapar terhadap stimulus
yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang sangat
nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Lebih
jauh lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu waktu
tetapi tidak pada waktu lain. Sebagai contoh, nyeri akibat artritis
kronis dan nyeri pascaoperatif sering terasa lebih parah pada malam hari
(Smeltzer, 2002).
Salah satu neuromodulator nyeri adalah endorfin (morfin endogen), merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh yang terdapat pada otak, spinal dan traktus gastrointestinal yang memberi efek analgesik, pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara nyeri perifer dan neuron yang menuju ke otak tempat seharusnya untuk substansi nyeri, pada saat tersebut endorfin akan memblokir lepasnya substansi nyeri tersebut (Tamsuri, 2007).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan sensivitas Nyeri
Salah satu neuromodulator nyeri adalah endorfin (morfin endogen), merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh yang terdapat pada otak, spinal dan traktus gastrointestinal yang memberi efek analgesik, pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara nyeri perifer dan neuron yang menuju ke otak tempat seharusnya untuk substansi nyeri, pada saat tersebut endorfin akan memblokir lepasnya substansi nyeri tersebut (Tamsuri, 2007).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan sensivitas Nyeri
Menurut Smeltzer, (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah :
a. Pengalaman masa lalu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding dengan orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan.
b. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu sensasi. Paice (1991) melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian limbik yang diyanikini mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri (Potter, 2005).
d. Usia
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.
e. Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk tablet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas gula, larutan salin normal, dan atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya memberikan efek dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin dalam sistem kontrol desenden, sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri (Tamsuri, 2006).
Pengukuran Nyeri
Pengukuran nyeri dapat dilihat dari tanda-tanda karakteristik yang ditimbulkan, yaitu:
a. Pengalaman masa lalu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding dengan orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan.
b. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu sensasi. Paice (1991) melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian limbik yang diyanikini mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri (Potter, 2005).
d. Usia
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.
e. Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk tablet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas gula, larutan salin normal, dan atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya memberikan efek dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin dalam sistem kontrol desenden, sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri (Tamsuri, 2006).
Pengukuran Nyeri
Pengukuran nyeri dapat dilihat dari tanda-tanda karakteristik yang ditimbulkan, yaitu:
- Nyeri ringan umumnya memiliki gejala yang tidak dapat terdeteksi
- Nyeri sedang atau moderat memiliki karakteristik : Peningkatan frekuensi pernafasan, Peningkatan tekanan darah, Peningkatan kekuatan otot, dilatasi pupil.
- Nyeri berat memiliki karakteristik : Muka pucat, Otot mengeras, Penurunan frekuensi nafas dan tekanan darah, Kelelahan dan keletihan.