Beberapa bulan terakhir ini, tepatnya sejak bulan Agustus tahun 2015, ada beberapa keadaan yang berubah di rumah kami, anakku yang ke 2 (cowok) memutuskan untuk kembali kuliah di Bandung, Alhamdulillah dia diterima di jurusan seni rupa UPI (Universitas Pendidikan Indonesia), artinya dia kembali merantau, tinggal seorang diri di Bandung. Aku berdoa semoga anakku betah dan mampu bertahan untuk serius kuliah di tempat tersebut.
Bagi seorang ibu, walaupun anaknya sudah besar, naluri keibuan untuk selalu melindungi anaknya tetap ada, sering kali aku rindu pada anakku dan setiap kali melewati kamar tidurnya yang kosong, air mataku sering muncul tanpa dapat kutahan. Agar aku dapat setiap hari memantau keadaannya, aku minta anakku minimal 2 kali per hari harus memberi kabar yaitu pagi setelah sholat subuh dan ketika dia sudah kembali dari kegiatannya, biasanya sore atau malam hari. Jika pada waktu yang dijanjikan dia belum memberi kabar, maka aku yang akan mencari tau keberadaannya ... lebay ya he...he.
Kemudian sejak Januari 2016, tiba giliran anakku yang sulung (cewek) yang pergi merantau, karena dia sudah mulai bekerja, kebetulan ditugaskan di Karawang dan hanya hari sabtu dan minggu dia kembali ke rumah. Sekarang setiba di rumah ketika pulang dari kantor, untuk menuju kamar tidurku ... aku harus melewati 2 kamar anak-anakku yang kosong, waduh sedihnya .... rasanya ingin kembali pada keadaan ketika anak-anakku masih kecil dan kami selalu berkumpul bersama2.
Meskipun lokasi merantau anak-anakku tersebut Bandung dan Karawang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami di Jakarta coret maksudnya di perbatasan Jakarta dengan Banten, namanya merantau ... ya sama saja, tetap aku tidak melihat wajah mereka setiap hari, apalagi kalau merantaunya jauh ya, bisa bulanan dan tahunan nggak ketemu ? Sekarang aku dapat merasakan perasaan ke dua orang tuaku, ketika dulu aku kuliah di Bandung, sedangkan mereka tinggal di Aceh dan kami bertemu setahun sekali .... rindu, perih dan pedih tentunya, apalagi waktu itu alat komunikasi belum secanggih dan semudah seperti saat ini.
Cerita kedaaan di rumah yang mendadak sepi ditinggal para anggotanya masih berlanjut, sejak pertengahan Januari 2016, suamiku ditugaskan kantornya untuk ikut melakukan evaluasi lelang EPC yang dipoolkan di suatu tempat, sehingga dia juga tidak pulang ke rumah pada hari kerja. Jadi hanya hari sabtu dan minggu, anggota rumah kami agak lengkap, sekali-kali anakku yang di Bandung juga pulang ke rumah pada libur weekend, duh senangnya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, hari Minggu sore atau Senin pagi, rumah kembali sepi, tinggallah aku berdua dengan anakku yang bungsu (cowok), nah anakku yang masih ABG ini juga sibuk sendiri, sering pergi ke rumah temannya karena ada tugas kelompok dan kalaupun dia ada di rumah, jika tidak ada tugas atau PR, diapun sibuk main game pula, tambah meranalah ibunya kesepian.
Kalau dulu ketika anak-anakku masih kecil .. mungkin akan menyanyikan lagu
"aku sedih duduk sendiri, papa pergi .. mamapun pergi", ketika melihat ke dua orang tuanya pergi bekerja, sekarang giliran ibunya yang bernyanyi
"aku sedih duduk sendiri, anakku yang lelaki pergi, yang perempuanpun pergi, nah yang bungsu sibuk pula main game sendiri" ... sambil ibunya tersenyum kecut. Demikianlah cerita curhat seorang ibu yang mungkin agak lebay ....
Setiap hari aku berdoa untuk anak-anakku untuk kebaikan mereka dunia dan akhirat, berikut sebagian doa yang dicontohkan para nabi dan orang-orang sholeh dalam mendoakan anak dan keturunannya.
Doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam di mana beliau berdoa,
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40)
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)
Lihatlah sifat ‘ibadurrahman (hamba Allah) yang berdoa,
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqan: 74)
Semoga Allah memperkenankan doa kita sebagai orang tua yang berisi kebaikan kepada anak-anak kita. Semoga anak-anak kita berada dalam kebaikan dan terus berada dalam bimbingan Allah SWT di jalan yang lurus.
Salam Ina