Logo Google pada tanggal 29 Februari 2016 |
Mengapa Februari yang mendapatkan hari tambahan?
Alasan dibalik mengapa bulan Februari mendapatkan kehormatan untuk memiliki hari kabisat memang cukup unik. Awalnya, Februari memiliki hari yang sama dengan bulan lainnya, yaitu 30 hari. Namun, pada saat Julius Caesar berkuasa, ia ingin agar bulan dengan namanya, yaitu Juli, ditambahkan satu hari.
Hal tersebut juga dilakukan oleh Augustus Caesar yang juga meminta menambahkan satu hari untuk bulan Agustus. Alhasil Februari lah yang menjadi "korban" dan untuk "menyeimbangkan" perhitungan kalender, maka tahun kabisat "dihadiahkan" ke bulan Februari.
Dalam satu tahun yang tidak secara persis terdiri dari 365 hari, tetapi 365 hari 5 jam 48 menit 45,1814 detik. Jika tidak dilakukan penambahan hari tersebut, maka setiap 4 tahun akan kekurangan hampir 1 hari (tepatnya 23 jam 15 menit 0,7256 detik). Untuk mengkompensasi hal ini, setiap 4 tahun sekali (tahun yang bisa dibagi 4), diberi 1 hari ekstra yaitu 29 Februari. Tetapi karena 5 jam 48 menit 45,1814 detik kurang dari 6 jam, maka tahun-tahun yang bisa dibagi 100 (seperti tahun 1900), bukan tahun kabisat, kecuali bisa dibagi dengan 400 (seperti tahun 2000). Terdapat algoritma mudah untuk menentukan apakah suatu tahun termasuk tahun kabisat atau bukan sebagai berikut:
- Jika angka tahun itu habis dibagi 400, maka tahun itu sudah pasti tahun kabisat, contohnya tahun 1600, 2000.
- Jika angka tahun itu tidak habis dibagi 400 tetapi habis dibagi 100, maka tahun itu sudah pasti bukan merupakan tahun kabisat, contohnya tahun 1700, 1800, 1900.
- Jika angka tahun itu tidak habis dibagi 400, tidak habis dibagi 100 akan tetapi habis dibagi 4, maka tahun itu merupakan tahun kabisat, contohnya tahun 2016
- Jika angka tahun tidak habis dibagi 400, tidak habis dibagi 100, dan tidak habis dibagi 4, maka tahun tersebut bukan merupakan tahun kabisat.
No comments:
Post a Comment