Wednesday, November 30, 2016

2 Hari dan 1 Malam di Palembang

Hari Sabtu dan Minggu tanggal 26 dan 27 November 20126 yang lalu, aku dan suami serta beberapa orang dari keluarga besar suami (bibik dan saudara sepupu) jalan-jalan ke Palembang, mereka tentunya selain wisata belanja dan kuliner, juga sekalian pulang kampung.

Hari Pertama 
Kami berangkat naik pesawat Citilink dari bandara Halim Perdana Kusuma pukul 6.45 pagi dan tiba di Palembang pukul 7.50, jumlah rombongan yang sama2 berangkat dari Jakarta sekitar 11 orang. Sambil menunggu bagasi, kamipun sempat foto-foto narsis he..he, tak pandang usia deh .. bibik-bibik yang usianya berkisar antara 60 - 80 tahun, semangatnya masih ok banget. Setelah bagasi terkumpul kami segera menuju bus yang sudah dibooking sebelumnya, agenda pertama adalah sarapan Mie Celor.

"mie celor"
Lokasi mie celor yang kami datangi adalah mie celor poligon ... menurut saudara sepupu ini yang paling top enaknya, lokasi warungnya terletak di komplek Bukit Sejahtera, jalan Bukit Sejahtera. Agak lama juga pak supir bus mencari lokasi ini, karena dia kurang paham dimana lokasi tepatnya ... ketahuan deh pak supir belum pernah makan mie celor poligon he...he. Akhirnya dengan bantuan om waze dan om google akhirnya sampai juga kami ke warung mie celor ini, langsung deh melakukan pemesanan dan disantap sampai tuntas.

Mie Celor sendiri mirip seperti mie rebus, tapi kuahnya kental yang merupakan perpaduan antara santan, udang dan telur. Mienya berukuran besar dan lurus seperti spaghetti dan disajikan bersama potongan telur rebus, serpihan daging udang dan bawang goreng. Rasa asin dan gurih yang aduhai langsung menyergap di suapan pertama, aroma udang dan telur begitu terasa. Rahasia kelezatan Mi Celor ini terletak pada penggunaan udang sebagai pelezat utama kuahnya. Yaitu kaldu udang dan daging udang (terutama udang galah / udang satang) yang dilembutkan sehingga bisa menghasilkan adonan kuah yang kental, lembut, gurih dan berwarna agak kemerah mudaan.

Setelah kenyang makan mie celor, kamipun menuju rumah uwak (kakak dari ibu mertuaku) di daerah Talang Semut untuk menjemput beberapa orang saudara yang sudah sampai ke Palembang lebih awal, sehingga total rombongan menjadi 15 orang. Agenda selanjutnya adalah wisata belanja di Pasar 16 Ilir yang terletak di belakang Ramayana, disinipun terjadi kehebohan dalam memilih berbagai kain batik khas Palembang yang namanya batik Jufri atau sering disebut kain bari (bari artinya lama/kuno). Kain-kain yang dijual disini bagus-bagus dan berharga relatif murah ... ada yang kain tipe jumputan, batik, songket dll, akupun sempat tergiur juga beli beberapa batik, jumputan dan selembar kain songket dengan harga sekitar Rp 2.5 jutaan.

Selanjutnya kami menuju lokasi makan siang yaitu  resto Sarinande Tempo Doeloe yang terletak di Jl Mayor Ruslan, disini tersedia makanan khas Palembang seperti Pindang Ikan patin, ikan Belida & pindang ikan Baung, juga ada pindang iga, selain pindang, juga di sediakan makanan siap saji khas Palembang lainnya seperti tempoyak, juga ada jamur goreng, kerang goreng dan asinan kedondong, wah mantap enaknya.

"model"
Setelah makan siang, kami menuju hotel Batiqa untuk check in dan sholat jamak qashar dzuhur dan ashar. Rupanya acara belanja belum terpuaskan, beberapa orang dari kami yang staminanya masih kuat ..  berangkat lagi menuju ke salah satu butik Pesona Bari Songket, di sini dijual berbagai macam songket, ada juga yang edisi lama, hanya saja harganya lumayan mahal.

Agenda malam hari adalah makan malam, rencana semula adalah di kampung Kapitan, namun berhubung untuk menuju ke sana bus yang gede nggak bisa masuk dan harus turun naik perahu, lokasi makanpun pindah ke Pempek Saga Sudi Mampir ... disini aku pesan menu model yaitu pempek dan tahu yang diberi kuah bening, selain itu juga ikutan cicip2 berbagai jenis pempek dengan miuman es kacang merah. Oh ya sebelum makan malam, kami sempat foto2 narsis dengan latar belakang jembatan ampera,

Hari Kedua
Agenda pada hari kedua, setelah sarapan di hotel kami menuju mesjid Muaraogan, mesjid ini memiliki sejarah sebagai masjid tertua, lokasinya di Kampung Kertapati, Kodya Palembang, kira-kira 3 km sebelah barat pusat kota Palembang. Menurut sejarah, masjid ini didirikan oleh seorang ulama bangsawan, namanya Masagung H. Abdul Hamid bin Masagung Mahmud alias Kanang bin Tarudin bin Komarudin bin Raden Wirakesuma bin Raden Perak. Masyarakat setempat biasa memanggil Msg. H. Abdul Hamid dengan sebutan Kiai Muara Ogan. Beliau berdakwah tidak hanya di kota Palembang saja, tetapi sampai ke dusun-dusun di pelosok desa dalam Provinsi Sumatra Selatan. Ketika berangkat mengajar, beliau sering menggunakan perahu yang didayung oleh santri-santrinya melalui sungai Musi.

Selanjutnya kami menuju rumah bari Bajumi untuk foto-foto ... Rumah Bari milik Bajumi Wahab ini awalnya dibangun pada tahun 1961, tepatnya di Tandjung Sedjaro Indralaya-Ogan Komering Ilir. Lantai rumah itu dibuat menjadi tiga tingkat sesuai dengan urutan keturunan masyarakat Palembang, yaitu raden, masagus, dan kiagus. Pada tahun 1962, rumah ini dipindahkan ke Palembang (tepatnya di Jl Mayor Ruslan) dan diangkut memakai perahu pesiar pada saat itu. Rumahnya gede banget dan indah, walau bentuknya sudah bercampur gaya modern tetapi khas limasnya tetap di pertahankan seperti ruangan yang ada di dalam rumah tersebut.

Setelah dari rumah bari Bajumi, kami menuju museum Al-Quran yang berlokasi di Jalan M Amin Fauzi, Soak Bujang, RT 03, RW 01, Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang. Di museum ini terdapat Al-Quran dalam ukuran besar yang diberi nama Al-Quran Al-Akbar atau yang juga dikenal dengan sebutan Alquran Raksasa. Ayat suci Al-Quran 30 juz ini berhasil dipahat/diukir ala khas Palembang dalam lembar kayu dan menghabiskan kurang lebih 40 meter kubik kayu trembesi (kayu Ulin), dimana masing-masing lembar, ukuran halamannya 177 x 140 x 2,5 sentimeter dan tebal keseluruhannya termasuk sampul mencapai 9 meter yang menjadi pemandangan luar biasa yang akan mengundang decak kagum pengunjung museum Al-Quran.

Al-Quran ini terdiri dari 630 halaman yang juga dilengkapi dengan tajwid serta doa khataman bagi pemula. Setiap lembar terpahat ayat suci Al-Quran pada warna dasar kayu coklat dengan huruf Arab timbul warna kuning dengan ukiran motif kembang di bagian tepi ornamen khas Palembang yang sangat indah di pandang dan enak dibaca. Proses pembuatannya sendiri memakan waktu relatif lama, sekitar tujuh tahunan, dengan biaya tidak kurang dari Rp 2 miliar, Belum seluruh lembaran Al-Quran dipajang di sini karena keterbatasan tempat, kalau tidak salah baru 15 Juz yang dipajang sedangkan 15 Juz lagi masih disimpan menunggu ketersediaan ruang pajang.
Lokasi makan siang di hari kedua ini adalah resto pempek 888 yang terletak di daerah Kenten, di sini kami juga membeli pempek dan kerupuk Palembang untuk dibawa ke Jakarta. Setelah makan siang, kami singgah di rumah tante istri dari almarhum om (adiknya bapak mertuaku), untuk silaturrahmi dan sekalian numpang sholat jamak qashar dzuhur dan ashar. Setelah selesai sholat, rombongan terpisah karena aku dan suami serta seorang saudara sepupu akan berangkat kembali ke Jakarta, maklumlah kami masih jadi pekerja yang agak sulit untuk bolos kerja. Sedangkan saudara-saudara yang lainnya masih melanjutkan wisata belanja dan kulinernya karena mereka baru kembali ke Jakarta pada hari Senin tanggal 28 November 2016. Demikianlah sekilas cerita tentang tour ke Palembang bersama keluarga besar .... seru banget.

Salam Ina

No comments: