Saweu Gampong adalah bahasa Aceh yang artinya pulang menengok kampung, ya .. aku baru saja pulang kampung dari tanggal 3 - 8 Desember 2009. Awalnya kami berencana untuk pulang ke Aceh sekeluarga pada liburan semester ini, karena sejak pindah ke Jakarta tahun 2000, suami dan anak2 tidak pernah pulang ke Aceh lagi ... sedangkan aku sudah beberapa kali pulang kampung sendirian .. tapi kepulangankupun bukan untuk berlibur ... alasan untuk pulang kampungku sebelumnya karena ada acara yang harus dihadiri.
Bulan November tahun 2000 aku pulang menghadiri pernikahan adik bungsuku, suasana keamanan di Aceh saat itu masih mencekam, sehingga tidak ada acara jalan2, kemudian September tahun 2001 aku pulang karena bapakku meninggal dunia, Desember tahun 2004 aku pulang karena ibu dan kakakku meninggal dunia karena tragedi tsunami. Setelah ke dua orang tuaku tiada, aku dapat kesempatan pulang kampung tahun 2006 karena ditugaskan kantor untuk melihat fasilitas kilang Arun, sekalian ziarah ke makam ortu dan kakak di Matang Gelumpang II dan Banda Aceh.
Kembali ke cerita Saweu Gampong tahun 2009 ini ... tanpa diduga sebelumnya, melalui mailing list ex-pta ada wacana pulang bersama dari bekas para pekerja PT Arun yang ada di Jakarta, Bandung dan Medan, sebagian besar sudah pensiun dan wacana pulang kampung tersebut didukung pula oleh manajemen Arun, tentu saja aku tidak melewatkan kesempatan baik ini. Namun karena waktunya bertepatan dengan waktu ujian semester anak2 .. mereka tidak jadi ikut, begitu pula suami tidak ikut karena ingin menemani anak2.
Aku berangkat dari Jakarta ke Medan hari Kamis tanggal 3 Desember dengan pesawat Garuda, sampai di Medan bergabung dengan rombongan ex pta untuk naik bus ke lokasi kilang Arun (Lhokseumawe). Perjalanan Medan - Lhokseumawe selama lebih kurang 7 jam sangat menyenangkan karena ada saja kegiatan yang dilakukan, nyanyi bersama, teka teki dan juga celetukan lucu dari bapak2 yang ada di bus. Aku juga mengajak adikku yang tinggal di Medan untuk menemaniku pulang ke Aceh. Sampai di Arun sekitar pk. 10 malam, disambut oleh manajemen Arun dan pekerja2 lainnya ... terharu banget disambut seperti itu ... mereka juga menyediakan makanan yang enak2 .. sayang kami sudah makan malam sebelumnya di Langsa.
Kami ditempatkan di asrama Plaju ... karena Dormitory yang dahulu kala untuk tempat tamu menginap sudah ditutup dalam rangka penghematan biaya operasi, sebagian dari kami juga ada yang ditempatkan di Guest House. Saat ini merupakan tahun2 terakhir keberadaan PT Arun, seperti yang kita ketahui PT Arun merupakan kilang pencairan gas alam ... sebagaimana naturenya industri yang menggunakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, suatu saat sumber daya alam tersebut akan habis ... begitu pula yang akan dialami kilang LNG Arun. Saat ini kilang Arun yang beroperasi hanya 2 train saja atau dengan Feed Gas sekitar 550 mmscfd ... dibandingkan dengan produksi sebelumnya ada 6 train kilang LNG yang beroperasi.
Besoknya tanggal 4 Desember .. rombongan diajak melihat "Garment" yaitu tempat produksi kaos dan karpet berupa kasur tipis ... yang merupakan binaan Arun dan yayasan pensiunan Arun cabang Lhokseumawe, mereka diberi tempat untuk kantor dan workshop. Hasil produksinya saat ini cukup untuk membayar gaji dan honor pekerja2nya, disini kami disuguhi penganan khas Aceh seperti timphan, ketan kuning plus kelapa unthi dan kue2 lainnya ... enak atau mangat that kata orang Aceh.
Selanjutnya kami diajak Plant Tour ke kilang LNG Arun .. teringat kembali masa2 aku bertugas disini, jalan panas2 ke train untuk memantau operasional kilang, naik ke atas tangki kondensat untuk mengambil sample ketika aku ditempatkan di Laboratory .. sungguh aku belajar banyak di Arun ini ... terima kasih untuk Arun dan para Senior, gemblengan yang kuterima saat bekerja di Arun dulu telah membentuk karakterku bekerja saat ini, kedisiplinan, team work, confident, capability dan tuntas dalam bekerja ... dan lain2nya, mungkin begitupula yang dirasakan pekerja2 Arun lainnya ... saat ini ex pekerja Arun laku keras di kilang2 LNG di manca negara seperti Qatar, Yaman, dan negara2 lainnya.
Siangnya setelah shalat Jum'at, kami diajak berdialog dengan manjemen Arun ... tantangan yang dihadapi Arun menjelang berakhirnya kontrak jual beli LNG pada tahun 2014 sangat berat, revenue yang menurun karena produksi turun dan pentingnya menekan biaya per mmbtu sementara kilang sudah semakin tua, fasilitas kilang yang idle yang tentu saja perlu dirawat. Begitu pula jumlah rumah yang sudah banyak yang kosong karena pegawai yang tinggal hanya sekitar 400 orang sedangkan kapasitas komplek perumahan sekitar 1000-an rumah. Sorenya kami juga sempat senam bersama dengan pekerja Arun .. disini ketemu dengan teman2 lama .. sungguh reuni yang sangat berkesan.
Dapat dimaklumi jika di sebagian tempat rumput2 kelihatan tinggi karena frekuensi pemotongan rumput ikut dikurangi ... namun secara fisik ... fasilitas kilang masih terawat dengan baik seperti sebelumnya, Arun beberapa kali menerima award dalam hal keamanan dan kehandalan kilang. Kita semua berharap walaupun kilang Arun nantinya tidak ada lagi ... nama Arun tetap dikenang karena pernah ada dan membawa kebaikan bagi lingkungan sekitar dan semoga Allah SWT membukakan pintu rezeki lainnya bagi masyarakat Aceh.
Tanggal 5 Desember aku mohon ijin untuk tidak ikut lagi dalam rombongan ex pta, karena aku dan adikku harus bersilaturrahmi ke saudara2 dan reuni dengan teman2ku ex SMA yang ada di Lhokseumawe dan dilanjutkan dengan acara utamaku pulang kampung yaitu ziarah ke makam ayahanda di Matang Gelumpang II. Malam itu kami menginap di rumah uwak di Bireuen sekalian menyelesaikan urusan persewaan rumah ortu kami di Bireuen. Wisata kuliner di Matang tentu saja tidak dilewatkan begitu saja yaitu makan sate Matang yang terkenal di kalangan orang Aceh ... sate kambing atau sapi yang empuk dengan bumbu kacang digerus kasar dan ditumis dg cabe merah, hm ... maknyus.
Tanggal 6 Desember sore, kami berangkat ke Banda Aceh, perjalanan yang menyebalkan karena supir travel L-300 yang tidak punya etika, menaikkan penumpang melebihi kapasitas tempat duduk, ngobrol sambil lihat ke kiri dan ke belakang, nyetir sambil merokok dan ber SMS ria .. aku tak tahan untuk tidak menegurnya, eh dia marah dan meminta aku turun saja jika tidak suka ... emosi sudah naik ke ubun2 .. jika tidak hujan dan hari sudah malam, tentu saja aku dengan senang hati akan turun. Sepanjang perjalanan kami terus berdoa ... semoga kami selamat sampai tujuan, Alhamdulillah perjalanan menegangkan tersebut berakhir juga dan kami sampai di rumah adikku yang bungsu pukul 10 malam.
Tujuan utama ke Banda Aceh adalah ziarah ke makam ibunda dan kakak yang telah meninggalkan kami pada peristiwa tsunami, kami juga melihat bekas rumah kakakku dan lokasi tempat jenazah ibu dan kakakku ditemukan .. kembali peristiwa sedih itu terbayang, semoga ibu, kakak, ponakan dan korban2 tsunami lainnya diampunkan segala dosa dan kesalahannya dan dilipatgandakan pahala amal shalehnya, semoga Allah SWT memberikan sebaik2 tempat untuk mereka dan kita semua kelak di surga-Nya ... kita pasti akan menyusul kembali kepangkuan-Nya, hanya waktu, tempat dan sebabnya yang menjadi misteri. Semoga kita semua bisa khusnul khatimah saat kembali kepada Allah SWT. Amin.
Wisata kuliner di Banda Aceh tentu saja tidak terlewatkan seperti makan ayam tangkap & ayam goreng di resto "Hasan", disini aku juga sempat ketemuan dengan teman lama waktu SMP dulu, juga makan Mie Aceh yang terkenal Mie Razali dan juga nyobain minum kopi di warung Ayah Solong di Ulee Kareng, hm ... lagi2 mangat that. Kami juga melihat PLTD apung yang terdampar ke daratan waktu tsunami, bangunan museum tsunami yang bagus banget .. sayang kami nggak bisa masuk karena tidak buka. Kami juga menyempatkan diri shalat di mesjid raya Baiturrahman dan juga shalat di mesjid baru bantuan pemerintah Oman yang memiliki karpet yang tebal dan bagus.
Tanggal 8 Desember sore, kami kembali ke Jakarta dengan pesawat Garuda, kebetulan adik bungsuku ditugaskan ke Bandung, jadi kami bisa ke Jakarta bersama2 ... sedangkan adikku yang tinggal di Medan ... turun di Medan. Sungguh liburan yang mengesankan dan kesempatan kami bertiga bersama2 membuat persaudaraan kami kakak beradik yang sudah yatim piatu ini begitu erat. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah dan rahmatnya agar kami menjadi anak2 yang sholeh yang selalu mendoakan orang tua kami yang telah tiada dan semoga hubungan silaturrahmi sesama saudara dapat terus kami pertahankan.
Salam Ina
No comments:
Post a Comment