Untuk mengisi catatan online bulan Juli ini, cerita tentang liburan yang lalu tetap dituliskan walaupun mungkin basi banget bagi pembaca sekalian ... Singapore lagi ? ha...ha...ha, mentok2nya kesini lagi, soalnya relatif dekat, mudah dan murah dibandingkan ke negara tetangga lainnya.
Setiap liburan tiba, salah satu kegiatan yang menyenangkan adalah traveling ke luar kota, namun ketika menentukan jadwal dan lokasi liburan, terjadilah sedikit perdebatan di dalam keluarga kami. Liburan sekolah anak2 tahun ini bertepatan dengan jadwal tugasku ke Belanda dan juga jadwal Hifzhan testing masuk PTN baik melalui SBMPTN, SIMAK UI maupun UTUL UGM. Pengennya sih suami dan anak2 menyusul ke Belanda, tapi mengingat biaya yang dibutuhkan sangat besar dan jadwal Hifzhan yang tidak cocok, opsi tersebut batal dengan sendirinya.
Setiap liburan tiba, salah satu kegiatan yang menyenangkan adalah traveling ke luar kota, namun ketika menentukan jadwal dan lokasi liburan, terjadilah sedikit perdebatan di dalam keluarga kami. Liburan sekolah anak2 tahun ini bertepatan dengan jadwal tugasku ke Belanda dan juga jadwal Hifzhan testing masuk PTN baik melalui SBMPTN, SIMAK UI maupun UTUL UGM. Pengennya sih suami dan anak2 menyusul ke Belanda, tapi mengingat biaya yang dibutuhkan sangat besar dan jadwal Hifzhan yang tidak cocok, opsi tersebut batal dengan sendirinya.
Menyesuaikan dengan jadwal Hifzhan, liburan baru dapat dilakukan setelah 30 Juni 2013 (SIMAK UI) dan sebelum 7 Juli 2013 (UTUL UGM), tinggal lokasinya nih yang perlu kompromi. Aku pengennya bawa anak2 ke Palembang biar kenal dengan daerah asal papanya karena liburan tahun lalu kami sudah berkunjung ke Aceh, daerah asalku, biar adil gitu :) Tapi suamiku kurang setuju, katanya ke Palembang nanti saja waktu libur lebaran, iya juga sih.
Akhirnya suamiku memilih libur ke Singapore, awalnya aku kurang setuju, mbok ya ke tempat lain gitu lho, bosan banget membayangkan liburan di Singapore itu, karena kami sekeluarga sudah beberapa kali liburan ke sana. Tapi suamiku janji, kali ini kami akan ke lokasi yang belum pernah dikunjungi sebelumnya dan nginapnya jauh dari Orchard Road, agar tidak tergoda untuk muter2 / window shopping di Mal. Kalau sekadar window shopping ngapain jauh2, pada umumnya suasana Mal di Jakarta jauh lebih bagus dibandingkan Mal2 yang ada di kota tersebut.
Karena persiapan liburan dilakukan secara mendadak, harga tiket pesawat dan hotelpun relatif lebih mahal dibandingkan jika reservasi dilakukan jauh2 hari. Untuk tiket SQ pp sekitar Rp 17 juta untuk kami berlima, sedangkan reservasi hotel dilakukan via internet, untuk biaya hotel di daerah Bugis (2 malam) dan Lavender (2 malam) sekitar SGD 250 per malam dan kami butuh 2 kamar sehingga total biaya hotel selama 4 malam sekitar SGD 2000 atau Rp 16 juta, di luar biaya transport lokal dan makan.
Kenapa hotel di Singapore ada di 2 lokasi ? itu karena itenerary kami yang berubah, rencana awal kami akan menginap 2 malam di Johor sekalian ke Lego land dan melihat JPO (Johor Premium Outlet) yg katanya mirip dengan pusatnya yang ada di USA (aku sudah pernah berkunjung ke Premium Outlet yang ada di Houston USA). Rencana tersebut berubah setelah dapat info bahwa Lego Land lebih cocok untuk anak2 di bawah 12 tahun, sedangkan anak2 kami sudah besar dan hanya Fathur yang masih 10 tahun, sehingga kami memutuskan tidak jadi menginap di Johor, namun ketika melakukan reservasi untuk 2 malam lagi di hotel yang sama di Singapore, kamarnya sudah penuh.
Kami berangkat ke Singapore tanggal 1 Juli 2013 pk. 7.55, rupanya keberangkatan kami tertunda sekitar 2 jam karena pesawat SQ telat sampai ke Jakarta, sehingga kami tiba di Singapore sudah siang, jadi langsung menuju hotel di daerah Bugis. Nama hotelnya Bugis Village, lokasinya dekat dengan Raffles Hospital dan stasiun MRT Bugis. Hotel ini lumayan bagus, kamarnya besar dan di sekitar hotel banyak restoran yang menjual halal food dan dekat pula dengan mesjid Sultan. Kami sempatkan juga sholat shubuh berjamaah di mesjid ini.
Hari pertama di Singapore, setelah check in di hotel dan makan siang, kami menuju area Singapore Flyer untuk memotret spot2 menarik seperti gedung Marina Bay Sand dan juga suamiku penasaran dengan simulator Boeing yang terdapat di sini. Kebetulan suamiku suka banget ama pesawat, dia pengen nyobain jadi pilot, walaupun biayanya lumayan mahal yaitu SGD 175 untuk 30 menit. Dengan harga tersebut dapat disimulasikan take off dan landing untuk 2 airport, kamipun diijinkan untuk ikut duduk di belakang cockpit dan bebas pula foto2, mengabadikan keadaan di cockpit dengan kamera sendiri.
Hari ke dua di Singapore, kami berkunjung ke Jurong bird park, lumayanlah bisa lihat pinguin dan berbagai burung yang ada di sana, sayangnya tram yang tersedia untuk menuju ke tempat2 burung tersebut sangat sedikit, sehingga waktu terbuang percuma untuk menunggu, padahal tiket yang dibeli sudah termasuk biaya tram. Sempat terpikirkan seandainya Indonesia juga punya taman burung yang dikelola dengan baik seperti di Singapore ini, pasti bisa mengalahkan Jurong Bird Park karena burung-burung yang ada di negara kita lebih beragam jenisnya.
Langsung deh googling, ternyata oh ternyata di TMII Jakarta dan di Bali ada taman burung juga, wah jadi malu hati nih, taman burung yang di negeri sendiri belum pernah dikunjungi, soalnya nggak pernah tahu sebelumnya, kurang promosi kah ? suatu saat nanti harus disempatkan untuk melihat taman burung yang ada di negri tercinta. Ayo Indonesiaku ... kita harus bisa mengelola tempat wisata dengan serius, wong di Singapore ini, tempat wisata yang menurutku biasa2 saja jadi menarik orang2 berkunjung, karena dikelola dengan baik, padahal keindahannya tidak ada apa2nya dibandingkan dengan keindahan yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada Indonesia.
Hari ke tiga ini kami harus pindah hotel ke area Lavender, nama hotelnya V hotel, lokasinya persis di atas stasiun MRT Lavender, hotel ini kamarnya sempit dan suasana lobbynya rusuh banget, lift juga agak susah, antri soalnya, namun untuk cari makan gampang, banyak yang jual makanan halal di sekitarnya. Siangnya kami jalan-jalan ke National University of Singapore (NUS), kebetulan ada ponakan yang sedang kuliah di sini. Kami naik MRT menuju stasiun Kent Ridge, nah di exit stasiun Kent Ridge ini langsung terlihat rumah sakit universitas yaitu NUH (National University Hospital).
Sambil menunggu kedatangan ponakan yang saat itu sedang ada kegiatan di kampusnya, kami sempatkan makan siang dulu di kantin NUH ini, surprise juga makanannya enak, murah dan banyak counter yang halal, bahkan peralatan makan dan tray antara makanan halal dan haram dibedakan warna dan tempat peletakannya. Setelah ponakan datang menemui kami di NUH, kami melanjutkan jalan2 keliling kampus dengan menggunakan bus universitas yang gratis. Lokasi NUS ini sangat luas dan tertata rapi, mirip2lah ama suasana kampus Universitas Indonesia (UI).
Sambil menunggu kedatangan ponakan yang saat itu sedang ada kegiatan di kampusnya, kami sempatkan makan siang dulu di kantin NUH ini, surprise juga makanannya enak, murah dan banyak counter yang halal, bahkan peralatan makan dan tray antara makanan halal dan haram dibedakan warna dan tempat peletakannya. Setelah ponakan datang menemui kami di NUH, kami melanjutkan jalan2 keliling kampus dengan menggunakan bus universitas yang gratis. Lokasi NUS ini sangat luas dan tertata rapi, mirip2lah ama suasana kampus Universitas Indonesia (UI).
Hari ke empat, jadwal kami menuju Gardens by the Bay (terjemahan bebasnya Taman Tepi Teluk), lokasinya masih di area Marina Bay Sands, stasiun MRT terdekat adalah Bayfront. Dari exit stasiun ini ada petunjuk menuju Gardens By the Bay melalui underground yang ditata dengan unik, dinding-dindingnya terdiri dari cermin dan kaca yang dilapisi gambar bunga, pohon dll, keren deh untuk background foto hi...hi. Gardens by the Bay ini juga bisa dicapai melalui Gedung Marina Bay Sands, kalau malam hari sangat bagus karena banyak lampu2 pada Super Treenya, pada hari ke tiga di Singapore, sepulang dari NUS kami sempat jalan2 melihat suasana malam hari di sekitar Marina Bay Sands ini.
Gardens by the Bay (South) baru dibuka pada bulan Juni tahun 2012, taman ini luas banget, katanya sih sekitar 101 hektar, masuk ke taman ini gratis, tapi kami nggak sempat menjelajahi taman yang gratis ini, karena kami sampai di lokasi sudah sore dan mobil yang tersedia untuk muter2, jam operasinya berakhir pada pukul 17.00. Kalau jalan kaki bisa gempor dan waktunya habis, karena kami harus menuju indoor area yang masuknya harus bayar, tiketnya sudah dibeli ketika kami sampai di airport Changi. Saat itu kami sekaligus membeli tiket ke Jurong bird
park dan Gardens by the Bay, kata petugasnya sih lebih murah dibandingkan beli di tempat wisata
tersebut, nggak tau benar atau nggak karena kami tidak melakukan counter
check lagi. Oh ya Gardens by the Bay ini buka 24 jam, tapi kalau area indoornya yaitu flower dome dan cloud forest buka mulai jam 9 pagi sampai jam 9 malam.
Flower Dome merupakan taman bunga yang berada dalam ruang tertutup yang berpendingin udara, katanya sih iklimnya disesuaikan dengan iklim negara asal bunga2 tersebut. Ada yang beriklim sejuk kering seperti Afrika Selatan, California, Spanyol dan Italia. Ada juga taman Jepang, Australia dan di area Belanda, tamannya dilengkapi dengan kincir angin dan bunga tulipnya juga. Di setiap area taman bunga tersebut ada keterangan tentang nama bunga dan asalnya. Indah dan bagus untuk foto2 dan disarankan ke area ini ketika ada matahari sehingga warna warni bunga yang indah itu terlihat dengan jelas.
Sedangkan Cloud Forest (terjemahan bebasnya hutan berkabut) merupakan hutan buatan yang berisi tanaman2 dari seluruh dunia, di pintu masuk kita disambut oleh air terjun buatan yang berasal dari gunung buatan setinggi 35 meter yang ditutupi oleh berbagai tanaman. Suasananya asyik dan misterius, dingin pula he...he. Ada juga ruangan yang gelap, dan surprise ternyata ada hidden garden di dalamnya. Di sini juga tersedia ruangan video yang menceritakan tentang perubahan iklim dunia dan pemanasan global, lumayanlah untuk menambah ilmu pengetahuan. Setiap area dihubungkan dengan tangga yang lumayan tinggi, ada lift dan eskalator, kalau nggak salah ada 7 level area.
Pokoknya nggak rugilah
bayar tiket masuk ke 2 area indoor ini dengan harga SGD 20, namun ada sebelnya, juga, saat kami berada di Flower Dome ini, banyak banget
pasangan calon pengantin yang sedang foto pre-wedding, jadi aja kita
yang sedang asyik menikmati taman ini diminta menyingkir oleh camera-man
karena mereka mau foto2. Padahal sama2 bayar dan tidak ada pula petugas
yang mengatur hal, nggak tau juga apakah yang foto pre-wedding ini biaya masuknya beda dengan pengunjung yang lain, kalau sama sih sebel aja, karena menurutku cukup mengganggu pengunjung lainnya.
Tempat lainnya yang kami datangi adalah National Museum of Singapore yang terletak di sekitar area Bencolen, di sini kami hanya berfoto ria, gedung dan taman di sekitarnya bagus. Di dalam museum ini ada area yang pada waktu2 tertentu projectornya diaktifkan yang akan membentuk bayangan orang ke dinding ketika kita sedang berdiri disitu, unik aja hasil fotonya.
Pada hari ke 2 malam, kami juga sempat jalan ke area Orchard Road hanya untuk membeli es krim potong dengan berbagai rasa yang diselipkan di antara 2 keping roti atau wafer seharga SGD 1, konon es krim ini bikin heboh orang Indonesia dan merekomendasikan untuk dicoba, lumayan enak untuk harga semurah itu. Kami sempat muter2 nyari lokasi penjual es krim ini, nggak taunya lokasinya persis di depan wisma Atria / Isetan. Liburan ke Singapore kali ini, kami bener2 nggak mampir ke Mal kecuali Marina Bay Sands, itupun terpaksa karena kelaparan untuk makan malam, ya ampun harga makanan di food courtnya saja mahal banget, nggak sebanding ama rasanya yang biasa2 saja, apalagi kalo makan di resto2nya, pasti lebih mahal lagi :(
Tanggal 5 Juli kami pulang ke Jakarta, kami sengaja memilih flight yang sore, agar sempat jalan2 di sekitar Changi, nggak taunya saat kami menuju praying room untuk sholat jamak dzuhur dan ashar, Afifa tiba2 pingsan, dan langsung diperiksa di klinik Raffles Hospital yang kebetulan terletak di dekat praying room terminal 2. Karena pasiennya lumayan banyak dan dokternya hanya satu orang, terpaksa deh nunggu dokter sekitar 1 jam lebih. Untunglah Afifa nggak apa2 mungkin karena kelelahan keliling Singapore dan saat itu kami belum makan siang pula. Akhirnya rencana mengeksplore duty free shop di Changi batal deh dan pulang ke Jakarta tanpa membawa oleh2.
Salam Ina
No comments:
Post a Comment