Wednesday, August 29, 2012

Mudik ke Aceh dan Medan

Mumpung masih di dalam bulan Syawal 1433 H, kepada semua pembaca blog ini, kami mohon diberikan maaf lahir & bathin atas segala kesalahan yang mungkin kami lakukan baik disengaja maupun tidak. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah Ramadhan bagi yang melaksanakannya dan tetap istiqamah di bulan-bulan selanjutnya.

Libur lebaran kali ini kami sekeluarga mudik ke Aceh dan Medan, sejak pindah ke Jakarta tahun 2000 yang lalu, baru kali ini kami pulang ke Aceh bersama-sama2, bahkan untuk Fathur ini kali pertama dia pulang ke kampung halaman mamanya.

Kami berangkat ke Aceh setelah selesai sholat Idul Fitri di sekitar rumah di Bintaro, jadwal pesawat sekitar jam 12-an, ternyata pesan taxi di hari lebaran pertama agak susah juga. Tadinya kami mau naik mobil yang agak besar, tapi pihak taxi tidak dapat memastikan tersedianya sopir di hari lebaran pertama tersebut, akhirnya kami memesan taxi biasa tapi 2 unit, karena kalau hanya 1 taxi nggak bakalan cukup untuk kami berlima ditambah 5 koper pakaian

Suasana di bandara Soeta tidak seramai hari2 hebohnya mudik menjelang lebaran, sehingga setelah check in kami sempat duduk2 di lounge menunggu keberangkatan. Ketika mendekati jam boarding, kami langsung masuk ke ruang tunggu biar dapat tempat duduk, ternyata pesawatnya delay sekitar 1 jam, harus nunggu lagi ... tapi lumayan juga sih, dengan delay ini kami bisa sholat jamak dzuhur dan ashar di bandara.

Pesawat transit di bandara Polonia Medan selama lebih kurang 30 menit, mau ke toilet waduh agak jorok, akhirnya karena sudah sangat mendesak, kami antri di kamar mandi untuk orang cacat, lumayan bersih ... untung saat itu tidak ada orang yang menggunakan toilet ini, maafkan ... kami terpaksa memakai hak orang2 cacat.

Pesawat mendarat di Banda Aceh sekitar pukul 17.30, ada mobil jemputan dari hotel Hermes yang telah kami pesan sebelumnya. Kami langsung ke hotel, setelah check in dan istirahat sebentar, kami sholat jamak maghrib dan isya. Malam itu kami makan di hotel karena tidak ada warung/resto yang buka, ternyata makanannya ok juga, ada mie Aceh, lumayan enak dan porsinya besar. Setelah makan, adik-adikku datang menjemput, lalu kami bersilaturrahmi ke saudara-saudara sepupu yang ada di Banda Aceh. Oh ya adikku yang di Medan ikut berlebaran bersama2 di Banda Aceh, dia menginap di rumah adik bungsuku yang tinggal di Banda Aceh.


Keesokan harinya kami jalan2 dan foto2 di mesjid raya, tempat kapal nelayan yang terdampar di rumah penduduk, ziarah ke kuburan ibunda dan kakakku tercinta serta silaturrahmi ke saudara-saudara lainnya. Kota Banda Aceh sudah tertata rapi dan bersih dibandingkan kunjunganku tahun 2009 yang lalu. Selama berada di Aceh, kami sewa mobil untuk jalan2, karena dalam suasana lebaran harga sewa mobil juga naik .. untuk mobil Avanza harga sewa plus supir Rp. 450.000 perhari, belum termasuk bensin dan makan supir serta penginapan supir jika bermalam di luar kota.

Hari raya ketiga, paginya kami jalan2 ke museum tsunami, PLTD apung dan tentu saja mencari kopi Aceh ... karena lebaran warung kopi ulee kareng juga masih tutup, jadi kami minum kopi di warung lainnya, anak2 jadi doyan minum kopi susu terutama Fathur. Siangnya sekitar pk 14:30 kami berangkat ke Bireuen, karena orang tua kami sudah tidak ada, rumah orang tua yang disewakan sejak ibunda meninggal dunia dalam keadaan kosong menunggu penyewa berikutnya, kamipun menginap di hotel Graha Buana. Perjalanan Banda Aceh - Bireuen sekitar 7 jam dan singgah di beberapa tempat untuk minum dan buang air kecil.

Di Bireuen kami berkunjung ke rumah miwa dan saudara2 yang lain serta ziarah ke kuburan nenek dan saudara2 lainnya yang sudah meninggal dunia. Sore harinya kami berangkat ke Matang Glumpang II sekitar 1/2 jam dari Bireuen untuk ziarah ke makam ayahku tercinta, lalu perjalanan dilanjutkan ke Lhokseumawe. Di Lhokseumawe kami menginap di Wisma Kuta Karang, oh ya tarif hotel di Bireuen dan Lhokseumawe Rp. 300 ribuan perkamar. Acara utama di Lhokseumawe tetap silaturrahmi ke saudara2, kami juga menyempatkan diri melihat komplek perumahan Arun, tempat Afifa dan Hifzhan dulu dilahirkan, bersekolah TK dan SD sampai kelas 1, sebelum pindah ke Jakarta.

Wisata kuliner di Aceh tidak dapat terlaksana karena banyak resto yang belum buka, selain itu kami selalu ditawari makan oleh saudara2 yang dikunjungi, sehingga tidak ada alasan untuk jajan mencari makanan di resto :), lain kali harus pulang ke Aceh lagi nih pada saat bukan lebaran.

Hari Kamis siang tanggal 23 Agustus 2012 pk 14:00, kami berangkat ke Medan menggunakan mobil sewa L-300 AC, harga sewa mobilnya Rp. 800 ribu dengan kapasitas 7 tempat duduk. Adikku yang tinggal di Medan ikut bersama kami pulang ke Medan, sedangkan adikku yang tinggal di Banda Aceh kembali pulang ke Banda Aceh. Perjalanan Lhokseumawe - Medan ditempuh dalam waktu sekitar 9 jam, karena jalanan lumayan rame, kami singgah makan malam di Langsa di resto Renggali, makanannya sih standard aja tapi toiletnya bersih banget.

Kami sampai di Medan sekitar pk 23:00, langsung menuju hotel Grand Aston yang terletak di depan Merdeka Walk yang merupakan tempat jajan/kuliner di kota Medan. Hotel Grand Aston yang kami tempati merupakan apartemen dengan 3 kamar sehingga cukup untuk kami berlima ditambah adikku 1 orang. Selama di Medan kami juga menyewa mobil Daihatsu Luxio dengan tarif Rp. 250 ribu dan supir Rp 100 ribu per hari.

Acara utama di Medan tetap silaturrahmi ke saudara-saudara suami dan saudara2ku yang tinggal di Medan. Selain itu juga jalan2 untuk berfoto ria di istana Maimun, mesjid raya dan tentu saja kuliner, mencicipi makanan2 khas seperti sate Padang Waspada yang enak banget, mie Aceh Titi Bobrok, sop sumsum Langsa, sate kerang dan juga durian Ucok. Sarapan pagi di hotel Grand Aston juga cukup beragam dan enak2 ... ada lontong sayur Medan, dimsum, sushi, mie ayam, nasi & lauk-pauknya juga western food seperti roti, kentang dan sosis juga tersedia.


Hari Senin siang tanggal 27 Agustus 2012 kami kembali pulang ke Jakarta, anak2 terpaksa bolos 1 hari karena tidak dapat tiket pesawat untuk hari minggunya. Kami tiba di Jakarta pk. 18.25, ternyata taxi Laks yang biasa kami pesan tidak tersedia, sehingga kami mencari taxi lainnya yang besar ... akhirnya dapat taxi Tiara Express dengan tipe mobil mercy untuk kapasitas 6 penumpang, asyik juga naik mobil mewah ini he...he, ongkos taxinya sampai Bintaro sekitar Rp. 275.000, lumayan murah dibandingkan naik 2 buah taxi yang biasa.

Usai sudah libur lebaran selama sekitar 8 hari yang cukup berkesan, anak2pun senang sekali bisa melihat kampung halaman mamanya (Aceh) dan tempat papanya dibesarkan (Medan).

Salam Ina



Monday, July 30, 2012

Sayyidul Istighfar

Tidak terasa sepuluh hari pertama bulan Ramadhan 1433 H telah berlalu, semoga kita dapat melaksanakan sepuluh hari kedua dan ketiga bulan Ramadhan ini dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan karena Allah SWT semata. Semoga amal ibadah kita diterima dan bernilai di hadapan Allah SWT. Semoga kita mendapat rahmat-Nya, ampunan-Nya dan terbebaskan dari siksa api neraka serta dapat meraih ridha Allah SWT dunia dan akhirat. Aamiin.

Sedang searching di internet mengenai istighfar ketemu doa Sayyidul Istighfar ini, jadi merinding baca artinya ... yang diawali dengan penghambaan diri kepada Allah SWT, memohon perlindungan-Nya, pengakuan terhadap nikat yang diterima, lalu mohon ampunan kepada Sang Pencipta .. Allah SWT.  Semoga kita dapat mengamalkan doa ini dan mendapatkan ampunan serta ridha Allah SWT dunia & akhirat.


Selamat menikmati jamuan Ramadhan tahun ini dan semoga bertemu kembali bulan-bulan Ramadhan berikutnya.

Salam Ina

Wednesday, June 13, 2012

Kenangan Lama

Dengan adanya internet dan Mr Google, terpikir olehku untuk searching nama keluarga angkatku di Jerman dengan nama belakang "Mifka", keluarga ini pernah menampung aku beberapa tahun yang lalu, tahun 1982. Saat itu aku mendapat kesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar yang diselenggarakan atas kerja sama pemerintah Jerman dan Indonesia melalui DAAD (Deutscher Akademischer Austausch Dienst) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai German Academic Exchange Service. 

Sayangnya hasil searching tersebut hanya mendapatkan data alamat apotik dengan nama pemilik Karin Mifka, memang keluarga angkatku itu dulu mempunyai apotik karena si ibu memang berprofesi sebagai apoteker sedangkan ayah angkatku berprofesi sebagai guru. Nah nama anaknya yang sebaya denganku dan menjadi saudara angkatku itu adalah Karin Mifka, mungkin sekarang dijadikan nama untuk apotiknya. Duh jadi kepengen ketemu lagi dengan Karin, bagaimana dia sekarang ? anaknya berapa ? apa profesinya ?, banyak banget pertanyaan yang muncul dan belum terjawab. Tadinya aku berharap dari searching internet tersebut dapat menemukan halaman facebooknya sehingga kami bisa berkomunikasi kembali, paling tidak bisa melihat foto2nya.

Kenangan lama .. 30 tahun yang lalu terbayang kembali, saat itu aku bersekolah di SMA Negri Lhokseumawe (sekarang SMA Negri 1) kelas 2 IPA3. Pada saat akhir semester 1, tiba2 ada pengumuman untuk ikut test Bahasa Jerman untuk program pertukaran pelajar ke Jerman, yang diikuti oleh murid kelas 2 dari sekolah SMA yang memberikan pelajaran Bahasa Jerman kepada murid-muridnya. Di Aceh saat itu, hanya beberapa sekolah SMA saja yang mengajarkan pelajaran bahasa Jerman sebagai tambahan, Alhamdulillah tanpa disangka2 aku terpilih sebagai salah satu murid yang dapat mengikuti test lanjutan di Banda Aceh. 

Test lanjutan tersebut berupa wawancara dengan native speaker dari konsulat Jerman yang datang dari Medan, aku lupa nama beliau he..he. Kebayang deh bingungnya karena walaupun di sekolah kami belajar Bahasa Jerman, tapi masih terbata2 kalau berbicara dalam bahasa tersebut, apalagi mendengar dan berbicara langsung dengan native speakernya. Test lanjutan ini hanya diikuti oleh 5 orang (3 orang dari Lhokseumawe dan 2 orang dari Banda Aceh) dan mungkin karena aku satu2nya perempuan, sehingga aku termasuk yang terpilih untuk ikut ke Jerman. Dari Aceh terpilih 3 orang yaitu 2 orang dari Lhokseumawe (aku dan temanku Win Konadi) serta 1 orang dari Banda Aceh (Zulkhairi namanya). 

Program pertukaran pelajar yang aku ikuti itu merupakan angkatan ke 2, dimana seleksinya hanya ditujukan kepada 2 propinsi saja di Indonesia pada setiap angkatannya (kalau tidak salah angkatan sebelumnya berasal dari propinsi Jawa Barat dan Bali), sedangkan pada tahun ajaran 1981/1982 itu yang kebagian adalah Propinsi Aceh dan Sumatera Utara. Aku sangat bersyukur bisa memperoleh kesempatan yang tidak disangka-sangka itu, sampai-sampai orang tuaku tidak percaya dan menyangka aku bercanda, ketika aku bilang bahwa pada liburan semester 2 tahun 1982 aku akan ke Jerman selama 1 bulan. Mereka baru percaya ketika sekolahku menyampaikan berita ke orang tua untuk mengurus paspor dan memproses keberangkatanku ke Jerman dengan menghubungi konsulat Jerman yang ada di Medan. 

Akhirnya hari keberangkatan ke Jermanpun tiba, kami berkumpul di Medan untuk berangkat ke Jakarta. Dari Sumatera Utara terpilih 5 orang pelajar (4 orang dari Medan dan 1 orang dari P. Siantar) serta 1 orang guru dari P. Siantar, sehingga total yang berangkat dari propinsi Sumatera Utara dan Aceh adalah 8 orang pelajar (4 putra dan 4 putri) serta seorang guru. Di Jakarta kami mengurus segala sesuatunya di Kedutaan Jerman, itu pertama kalinya aku ke luar negeri bahkan baru pertama kali pula ke ibu kota RI ... Jakarta, maklumlah "orang kampung" he..he, untung ada saudara yang bersedia mengantar kesana dan kemari dalam pengurusan keberangkatan tersebut. 

Kami berada di Jerman selama kurang lebih 1 bulan, berkeliling ke beberapa kota antara lain Frankfurt (sebagai transit kedatangan dan keberangkatan dan hanya di airportnya saja), Bonn, Koln, Munchen, Kenzingen dan Berlin, juga sempat ke kota perbatasan di Swiss (Basel) dan salah satu kota tua di wilayah Alsace (Perancis). Saat itu Jerman belum bersatu, masih ada Jerman Barat dan Jerman Timur, kota Berlin-pun masih terbagi dua oleh tembok Berlin yang masih tegak dengan utuhnya. Di tembok Berlin di sisi Jerman Barat disediakan tangga2 yang dapat dipakai turis untuk mengintip suasana di sebalik tembok yang berada di sisi Jerman Timur ... yang dipenuhi dengan ranjau dan kawat berduri serta penjagaan yang ketat, disini kita banyak mendengar kisah sedih kematian orang2 Jerman Timur yang berniat menyebrang ke Jerman Barat, karena ditembak atau terkena ranjau dan nama-nama mereka diabadikan di tembok di sisi Jerman Barat. 

Kami juga sempat berkunjung ke Berlin Timur yang termasuk blok Komunis, perbedaan antara Berlin Barat dan Berlin Timur begitu kentara ... di Berlin Barat kotanya gemerlapan dan modern serta penuh kebebasan, sedangkan Berlin Timur kotanya agak suram, mobil-mobilnya kuno dan berwarna kusam serta dimana-mana dijaga oleh tentara yang berwajah sangat dingin (dari Rusia kali ya karena waktu itu masih era perang dingin antara blok Barat diwakili Amerika dan blok Komunis diwakili Rusia). 

Selain itu, kami juga ada berkunjung ke concentration camp Dachau dan Auschwitz yaitu tempat pembantaian kaum Yahudi yang terjadi pada eranya Hitler, duh ngeri banget melihat tempat tersebut. Di Munchen kami bertemu dengan pelajar-pelajar lainnya dari seluruh dunia pada acara api unggun bersama-sama, saling bertukar cerita. Di Munchen atau di Berlin ya (agak lupa nih), aku ditempatkan sekamar dengan pelajar dari Tunisia namanya kalau tidak salah ... Rima, lucu juga mengingat teman2 dari Tunisia ini, karena hampir setiap malam mereka keluar kamar untuk pergi ke diskotik karena di negaranya katanya hal tersebut tidak diperbolehkan. Oh ya kami juga sempat naik gunung yang ada saljunya walaupun saat itu musim panas yaitu Zugspitze. 

Ketika berkunjung ke kota-kota tersebut di atas, kami yang dari Indonesia selalu bersama-sama dan tinggal di hotel yang sama, kecuali ketika berada di Kenzingen, disini kami dijemput oleh orang tua angkat yang telah ditentukan dan tinggal secara terpisah di keluarga angkat masing-masing. Sedih juga sih karena selama ini kami berdelapan sudah kompak dan malah lebih sering berbicara dalam Bahasa Indonesia dibandingkan Bahasa Jerman terutama jika tidak ada pembimbing native speakernya di sekitar kami ha..ha. Di Kenzingen ini, kami tinggal selama 2 minggu dan ikut bersekolah di Gymnasium (sekolah lanjutan) dan mau tidak mau harus berbicara dalam bahasa Jerman. 

Kenzingen adalah kota kecil yang termasuk dalam distrik Emmendingen, negara bagian Baden-Württemberg. Nah di Kenzingen ini aku ditempatkan pada keluarga angkat yang aku ceritakan pada paragraf di atas. Orang tua angkatku itu hanya mempunyai 2 orang anak, yaitu Karin Mifka dan abangnya, karena jarak umur mereka berjauhan, saat itu abangnya Karin sudah menikah dan tinggal di Tokyo, sehingga aku tidak sempat berkenalan dengannya. Di rumah itu hanya ada ayah dan ibu angkatku serta Karin dan selama 2 minggu ada tambahan anggota dari Indonesia yaitu aku. Orang tua angkatku itu masih kuno (menurut anaknya lho) karena tidak membolehkan Karin keluar malam dan bermalam di luar rumah, sementara teman-temannya yang lain banyak yang diam-diam keluar rumah di malam hari untuk menginap bersama pacar mereka. 

Aku bersyukur dapat orang tua angkat yang masih kuno tersebut karena sesuai dengan kebudayaan kita di Indonesia, sehingga aku tidak merasa asing berada di rumah mereka. Di rumah ini aku juga ikut membantu pekerjaan di dapur seperti memasak, menyapu dan mencuci piring karena tidak ada pembantu dan ibu angkatku juga bekerja di apotik miliknya. Kadang2 di sore hari pulang sekolah dan hari libur, aku dan Karin ikut ke apotik dan melayani pembeli yang datang he..he. Sangat menyenangkan tinggal di Kenzingen ini, penduduknya ramah dan suka menyapa aku ketika bertemu saat pergi & pulang sekolah. Kebetulan tempat tinggalku tidak terlalu jauh dari sekolah, jadi bisa berjalan kaki atau naik sepeda. Teman-temanku yang lain ada yang harus naik mobil atau kereta api untuk sampai ke sekolah. 

Aku berharap, semoga aku masih bisa dipertemukan kembali dengan Karin Mifka, walaupun lewat dunia maya ... aku akan coba searching lagi di internet dan mungkin menelponnya jika ada nomor telpon yang dapat kuperoleh. Kalau orang tua angkatku mungkin saja sudah meninggal, karena pada tahun 1982 itu usia mereka sudah mendekati 60-an. Terima kasih atas kebaikan keluarga Mifka yang bersedia menjadi orangtua angkatku dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Indonesia, Pemerintah Jerman dan DAAD yang telah memberikan pengalaman yang berharga dan menyenangkan bagiku selama mengikuti program tersebut dengan gratis dan malah dapat uang saku setiap harinya dari orang tua angkatku yang baik hati itu. 

Salam Ina

Note : gambar peta merupakan "copy paste" dari  http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/europe/de.htm

Saturday, May 26, 2012

Pohon untuk Kompensasi CO2

Pohon makin sedikit, bernafas makin sulit ... Pohon rindang, hiduppun tenang, jargon ini terbaca ketika bus karyawan Departemen Kehutanan melintas di samping mobil kami ketika pulang kantor, tulisan di badan bus tersebut menjadi inspirasi untuk menulis di blog ini tentang pepohonan he..he.

Ketentuan tentang penanaman pohon juga menjadi salah satu lingkup Kontraktor EPC yang akan membangun Fasilitas Produksi Gas pada proyek gas tempat aku ditugaskan saat ini, terutama terkait dengan kompensasi terhadap CO2 (Karbon Dioksida) yang dihasilkan dari Fasilitas Produksi Gas tersebut. Jumlah pohon yang ditanam harus sesuai dengan jumlah emisi CO2 yang dihasilkan.

Pada umumnya CO2 memang terkandung di dalam gas alam yang diperoleh dari dalam bumi, kandungan CO2 tersebut bervariasi, ada yang konsentrasinya rendah dengan satuan ppm (part per million) dan ada juga yang kandungannya melebihi kandungan gas Hydrokarbonnya sendiri seperti gas alam yang ada di Natuna, kandungan CO2 nya lebih dari 70 %.

Selain CO2 yang secara alami sudah terkandung di dalam gas alam, CO2 juga dihasilkan dari hasil pembakaran senyawa Hidrokarbon yang digunakan sebagai bahan bakar pada proses produksi. Bahkan CO2 juga dihasilkan dari pembakaran (metabolisme) pada tubuh manusia, yang dibahas pada tulisan ini adalah CO2 yang dihasilkan pada Fasilitas Produksi Gas saja bukan pada manusia (bukan ahli manusia nih he..he). Perhitungan jumlah CO2 yang dihasilkan dari Fasilitas Produksi meliputi CO2 yang dihasilkan pada unit pemisahan CO2 (Acid Gas Removal Unit - AGRU) maupun CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk Fasilitas Produksi tersebut.

Untuk gas alam dengan kandungan CO2 kurang dari 5 %, jika peruntukan gas alam tersebut untuk power plant, maka tanpa melakukan pemisahan CO2, gas alam tersebut sudah dapat memenuhi spesifikasi gas yang ditetapkan, pada umumnya kandungan CO2 yang dibolehkan adalah maksimum 5 %. Sehingga emisi CO2nya hanya dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar baik di Fasilitas Produksi gasnya sendiri maupun di Power Plant tempat produksi listrik dilakukan, termasuk kandungan CO2 di gas alam yang tidak ikut terbakar.

Berbeda dengan gas alam yang diperuntukkan untuk LNG plant, emisi CO2 juga dihasilkan dari unit proses AGRU, karena kandungan CO2nya harus diturunkan dari gas alam sampai sekitar 50 ppm. Unit proses AGRU tersebut diperlukan, karena adanya kandungan CO2 akan mengganggu proses pencairan gas alam, yang dilakukan pada temperatur yang sangat rendah (cryogenic) yaitu - 160 degree Celcius. Gas CO2 akan menjadi padatan (membeku) pada suhu sekitar -78 degree Celcius, sehingga dapat menyumbat aliran gas alam dalam sistem perpipaan / peralatan ketika proses pencairan gas menjadi LNG (Liquified Natural Gas) dilakukan.

Sebagai contoh, untuk proyek yang sedang aku kerjakan, volume gas (gross) yang akan diproses sebesar 60 MMSCFD dengan kandungan CO2 sekitar 4%, jika CO2 harus dihilangkan sampai 50 ppm, maka emisi CO2 yang dihasilkan dari unit AGRU sekitar 2.4 MMSCFD. Untuk kebutuhan tenaga listrik pada fasilitas produksi akan menggunakan bahan bakar gas dengan estimasi sekitar 8% dari volume gas yang diproses, sehingga CO2 yang dihasilkan dari pembangkit listrik tersebut dapat dihitung berdasarkan reaksi pembakaran, dimana senyawa Hidrokarbon yang dibakar (dengan bantuan Oksigen dari udara) akan menghasilkan CO2 dan H2O.

Jumlah pohon yang diperlukan sebagai kompensasi emisi CO2 yang dihasilkan tergantung jenis pohonnya. Dari tabel di bawah ini, pohon trembesi merupakan pohon yang dapat menyerap CO2 lebih besar dibandingkan pohon-pohon lainnya, sehingga untuk dapat menyerap jumlah CO2 yang sama, lahan yang diperlukan untuk pohon trembesi akan lebih kecil dibandingkan pohon-pohon lainnya. Hal ini menjadi pertimbangan utama karena masalah pembebasan tanah untuk lokasi Fasilitas Produksi bukanlah hal yang mudah.

Untuk proyek yang sedang aku kerjakan seperti tersebut di atas, pohon yang diperlukan (estimasi kasar) sekitar 3000 - 4000 pohon trembesi untuk mengkompensasi CO2 yang dihasilkan, perhitungan rinci yang lebih akurat akan ditentukan pada tahap detail engineering. Pohon tersebut akan ditanam di sekitar lokasi Fasilitas Produksi, dengan penanaman pohon tersebut diharapkan kontribusi emisi CO2 dari Fasilitas Produksi terhadap efek rumah kaca di sekitar lokasi dapat dikurangi. 


Pada kehidupan sehari-hari, setiap keluarga pasti juga  menggunakan bahan bakar untuk memasak di dapur maupun penggunaan kendaraan untuk mobilisasi. Dengan cara yang sama dengan di atas, kita dapat menghitung emisi CO2 yang dihasilkan dari setiap kegiatan masak memasak dan kendaraan yang digunakan, sehingga dapat dihitung jumlah pohon yang perlu ditanam sebagai kompensasi dari emisi CO2 tersebut.

Salam  Ina



Tuesday, May 01, 2012

Jodohku mana ?

Sungguh prihatin membaca berita di web berita online mengenai penyebab bunuh dirinya seorang wanita di fly over jembatan Semanggi pada hari Jumat sore tangal 27 April 2012, beritanya ada disini. Kebetulan peristiwa bunuh diri tersebut terjadi pada jam pulang kantor yang menyebabkan lalu lintas macet, akupun sempat terkena dampaknya karena suamiku yang menjemputku pakai taxi tidak kunjung sampai ke kantorku karena jalanan sekitar Semanggi macet total, untung ada temanku yang memberi tumpangan sampai ke kantor suami. Menurut berita, wanita tersebut bunuh diri karena stress hidup seorang diri dan belum mendapatkan jodohnya di usia yang sudah mendekati separuh baya.

Manusia pada umumnya adalah makhluk sosial, selalu ingin berinteraksi dengan makhluk lainnya termasuk keinginan untuk memiliki pasangan hidup atau jodoh yang akan bersama-sama dalam bahtera, mengarungi lautan kehidupan dalam suka dan duka. Sebagai manusia beriman, salah satu yang harus kita yakini adalah jodoh seseorang ditentukan oleh Allah SWT. Jika memang orang tersebut adalah jodoh yang ditentukan Allah SWT untuk kita, ada saja cara Allah SWT mempertemukan kita dengan orang tersebut dan jika memang belum jodoh kita, ada saja sebab yang menjauhkan kita dari orang tersebut.

Lalu bagaimana jika jodoh yang kita nanti2kan tidak kunjung tiba ? bagaimana sikap kita ? Sikap yang utama adalah jangan pernah sedikitpun berprasangka buruk kepada Allah SWT. Dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman, “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku”. [HR Muslim 4849].

Berikut beberapa nasehat dalam menyikapi tentang jodoh yang dikutip dari website dengan sedikit modifikasi dari hasil observasi dan perenunganku.
  1. Luruskan Niat, bahwa jodoh yang kita harapkan menjadi pasangan kita dalam suatu pernikahan adalah dalam rangka taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
  2. Perbaiki ibadah kita dan hubungan kita dengan Allah SWT.
  3. Perbaiki hubungan kita dengan orang tua.
  4. Perbaiki sikap dan akhlak atau perilaku diri terhadap sesama manusia misalnya jika tadinya kita nggak ramah / jutek, ubahlah sikap tersebut menjadi ramah, suka senyum dan menyenangkan, tentu saja dalam koridor akhlak yang baik sesuai tuntunan Rasul.
  5. Meminta bantuan orang tua, keluarga atau kerabat untuk membantu mencarikan jodoh yang tepat buat kita.
  6. Berdoa dengan sungguh2 serta melakukan amal sholeh yang diperintahkan Allah SWT, seperti memperbaiki ibadah wajib kita, menambah ibadah2 sunah dan perbanyaklah bersedekah baik berbentuk uang, tenaga maupun pertolongan kepada orang yang membutuhkan.
  7. Tawakkal ... Serahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Ada dua kehendak Allah yang harus kita yakini. Kehendak qauniyah dan syar’i. Pada dasarnya, Allah SWT menghendaki kita menikah (syar'i). Karena menikah merupakan perbuatan baik. Tidak mungkin Allah menjerumuskan kita kepada hal-hal yang tidak baik. Tapi kehendak qauniyah kita sendiri membuat kita malas, tidak membuka diri, ada yang datang dan serius meminang kita tapi kita menolak. Inilah kehendak qauniyah kita.
  8. Ridha ... Jika kita sudah meluruskan niat, berusaha maksimal, berdoa, beramal sholeh dan tetap berprasangka baik pada Allah SWT, namun jodoh belum datang juga, yang dapat kita lakukan adalah bersabar atas ujian tersebut dan ridha atas segala kehendak-Nya. Kuatkan keyakinan bahwa apapun ujian yang Allah berikan untuk kita termasuk misalnya jodoh yang tidak kunjung tiba tersebut, pasti itu yang terbaik buat kita.
Mengimplementasikan sikap ridha dalam kehidupan kita mungkin tidak mudah, tapi jika diupayakan .. pasti bisa. Bagi yang belum mendapatkan jodoh ketika usia makin merambat naik .. ayo bangkit, kuatkan keyakinan bahwa kita bisa hidup bahagia walaupun tidak punya pasangan, tidak sedikit orang yang sudah menikah malah pengen hidup sendiri lagi karena mungkin tidak memperoleh kebahagiaan seperti yang dibayangkannya dalam suatu perkawinan.

Bahagia itu sebenarnya pilihan kita sendiri bukan ditentukan oleh orang lain. Ada atau tidak adanya pasangan, tidak menentukan kebahagiaan itu sendiri. Jika kita memilih untuk bahagia ... tanpa pasanganpun, Insya Allah bisa bahagia. Berpikir positip, berprasangka baik, perbanyak teman, perbanyak menolong orang lain dan lakukan hal-hal yang membuat orang lain bahagia ... Insya Allah kitapun akan bahagia.

Yang sering membuat para single kesal dan jengkel adalah sikap orang2 terdekat di sekitarnya yang sering menanyakan "kapan menikah''; "kenapa belum menikah", dll. Untuk itu jika ada orang terdekat kita yang kebetulan belum mendapatkan jodoh, bantu mereka secara maksimal jika memang diminta bantuan oleh yang bersangkutan. Namun, jika kita tidak dapat membantu mereka ... jangan pula menambah beban di hati mereka dengan menanyakan pertanyaan2 yang menjengkelkan tersebut.

Untuk para single ... be happy, banyak hal yang bisa membuat kita bahagia karena hidup itu sendiri adalah anugerah yang terindah yang harus disyukuri. Teruslah berikhtiar maksimal, berdoa, beramal sholeh, bersyukur, bersabar, tawakkal dan ridha, Insya Allah mendapatkan ridha-Nya untuk masuk ke surga. Yakinlah Allah SWT sudah menentukan pasangan hidup kita yang abadi kelak di Surga-Nya. Allah SWT berfirman tentang kenikmatan surga, “Kamilah wali kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalam surga itu kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan di dalamnya pula kalian mendapatkan apa yang kalian minta sebagai persembahan dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Fushilat: 31-32).

Salam Ina

Wednesday, March 14, 2012

Pasta - Penyambung ASa kiTA

Apa yang terpikirkan ketika mendengar kata Pasta ? Makanan yang asal muasalnya dari Italia ? odol yang digunakan untuk membersihkan gigi ? atau sesuatu yang berbentuk kental ... he..he, ya begitulah Pasta yang sudah dikenal. Tapi Pasta yang akan dibahas disini adalah buku hasil keroyokan Ladies Power'83, yang merupakan singkatan dari Penyambung ASa kiTA atau bisa juga PASti cinTA. Seharusnya tulisan di blog ini dibuat berdekatan dengan waktu peluncuran bukunya, sekalian promosi, namun apa daya .. saat itu belum sempat nulis, lebih baik terlambat daripada tidak, setujukan ?

Ladies Power'83 (LP'83) adalah nama grup BBM (Blackberry Messenger) khusus cewek2 ITB angkatan 83, yang setelah acara Reuni Perak pada Desember 2008 yang lalu, menjadi lebih kompak, sering ngobrol ngalor ngidul melalui BBM dan juga kumpul-kumpul di dunia nyata, padahal kebanyakan dari kami tidak saling kenal ketika kuliah dulu, oh indahnya persahabatan di usia midlife ini (maksudnya usia kami rata2 hampir memasuki kepala 5).

Pada saat salah satu acara kumpul2 bersama itu, tercetuslah ide dari Uci (Desain Grafis) yang selalu kaya ide ini untuk membuat buku, karya bersama kami, yang akan dijual untuk kalangan sendiri dan hasilnya akan diserahkan sepenuhnya ke Yayasan Ganesha 83, yayasan bentukan alumni ITB angkatan 83 yang bergerak di bidang sosial. Alhamdulillah, ide yang terpendam ini akhirnya terwujud juga dalam bentuk buku yang telah diluncurkan pada tanggal 18 Februari 2012 yang lalu, sayang sekali aku nggak bisa hadir di acara launching tersebut karena waktunya bersamaan dengan kegiatan umrah keluarga kami.

Kegiatan tulis menulis LP'83 diawali pada bulan November 2011, dimana sebelumnya LP'83 sempat diberikan pembekalan oleh penulis profesional yaitu Alberthine Endah dan Kurnia Effendi, ceritanya ada disini. Buku Pasta ini bisa terwujud berkat kerja keras teman-teman yang luar biasa yaitu Kiko (Teknik Kimia) sebagai pimpinan produksi yang multi fungsi, ya manajer keuangan, editor, seksi sibuk dll; Uci (Desain Grafis) yang menyusun konsep, desain dan juga motret2; Yona (Elektro) selaku koordinator penulisan yang rajin nagih tulisan ke para ladies; Renny (Arsitek) yang rumah indahnya sering dijadikan markas kumpul2 LP'83; Ati (Planologi) yang piawai dalam mencarikan sponsor dan tentu saja mereka juga ikut menulis di buku tersebut bersama-sama dengan LP'83 lainnya selaku penulis amatiran he..he. Oh ya tulisan kami2 ini sedikit dikoreksi dan dipoles oleh penulis profesional yaitu Kurnia Effendi yang juga alumni ITB'83.

Buku Pasta disusun layaknya buku menu yang ada di restoran-restoran atau hotel-hotel berbintang, ada tulisan yang dikategorikan sebagai appetizer, salad, soup, main course, dessert dan beverages, juga dihiasi dengan ilustrasi yang indah termasuk foto2 berbagai jenis pasta. Bagi yang sudah membayangkan makanan Italia itu ketika mendengar kata Pasta, jangan kecewa karena di buku itu juga ada terselip resep-resep masakan yang bahannya berasal dari berbagai jenis Pasta, yang sebagian besar telah diuji coba di dapurnya Kiko, hm yummy.

Semua tulisan di buku itu merupakan kisah-kisah yang kami alami sendiri, aku sendiri menceritakan kisah duka yang kualami ketika tsunami tahun 2004 di Banda Aceh merenggut nyawa beberapa orang keluargaku tercinta. Bagiku tulisan yang ada di buku itu seperti sedang mendengarkan cerita teman-teman dari mulut mereka sendiri. Cerita yang sedih membuat aku ikut bersedih, cerita suka membuatku ikut berbahagia dan juga cerita lucu membuatku ikut tertawa dan tersenyum2 sendiri. Dengan mendengar eh tepatnya membaca cerita teman-teman membuatku semakin mengenal mereka, dan dapat memetik hikmah atas setiap episode yang dialami yang merupakan wujud kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya apapun bentuknya suka atau duka, tangis dan gelak tawa selalu mewarnai kehidupan kita semua.


Buku Pasta juga mendapat sweet sauce atau sekapur sirih dari alumni ITB perempuan dari angkatan yang lebih tua seperti Betti Alisjahbana (Arsitektur'79), Karen Agustiawan (Teknik Fisika'78) dan Karlina Supelli (Astronomi'77). Sepenggal kutipan dari sweet saucenya Karlina Supelli ... Mungkin pada akhirnya, duka maupun suka ibarat kaki kanan dan kiri yang setia menemani kita untuk terus melangkah dalam hidup.

Cetakan pertama buku Pasta berjumlah 1000 buku edisi biasa dan 83 buku edisi spesial. Edisi spesial ini dilengkapi audio book, diberikan nomor urut dengan packing yang khusus pula dan dijual seharga Rp. 2 juta, kalau bentuk bukunya sama saja dengan buku edisi biasa. Alhamdulillah edisi spesial ini habis terjual dalam waktu singkat sebelum bukunya dicetak. Memang yang beli sebagian besar angkatan 83 sendiri, kan tidak ada salahnya menyumbang untuk yayasan sendiri. Ada teman dari jurusan Fisika yang memborong 20 edisi spesial, oh indahnya berbagi. Hasil jualan edisi spesial ini, semoga dapat menutupi biaya penerbitan buku dan biaya launching, oh ya pada acara launching tersebut, 350 buku edisi biasa yang dihargai Rp. 100.000,-. juga habis terjual.

Nah sisa yang 650 buku lagi menjadi tugas kami semua LP'83 untuk memasarkan dan menjualnya. Aku sukses menjual 10 buku dalam waktu singkat, teman2 kantorku dibujuk dan sedikit dipaksa untuk membeli buku itu ha..ha..ha. Tulisan ini juga merupakan bentuk promosi untuk tugas berjualan buku tersebut, ayo dibeli .. dibeli. Nggak rugi kog, buku ini edisinya lux, hard cover dengan warna-warni yang indah, juga tulisannya ok punya walau ditulis oleh bukan penulis beneran, ... mirip2 model buku chicken soup, Insya Allah ada manfaatnya bagi yang membacanya. Barusan dapat info dari Kiko ... buku yang belum terjual sekitar 100 buah lagi, yang mau pesan buku Pasta, silahkan tinggalkan pesan di comment box pada blog ini ya, ntar kehabisan lho he..he... terima kasih atas perhatiannya.

Salam Ina

Monday, February 27, 2012

Cerita Umrah - Feb 2012

Alhamdulillah, perjalanan dan ibadah umrah kami sekeluarga tanggal 18 Februari sampai dengan 26 Februari 2012 yang lalu dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Rasa syukur yang mendalam atas karunia Allah SWT yang telah mengabulkan doaku waktu berhaji tahun 1998 yang lalu, doa agar aku, suamiku dan anak-anakku mendapat kesempatan bersama-sama datang ke Baitullah dan ziarah ke makam Rasulullah.

Ketika memperpanjang paspor yang telah expired pada bulan September 2011 yang lalu, petugas imigrasi menanyakan alasan perpanjangan paspor tersebut, dengan yakin kami menjawab untuk melaksanakan umrah. Padahal jujur saja, saat itu belum ada bayangan untuk dapat mengumpulkan uang biaya umrah yang sekitar Rp. 20 juta per orang atau Rp 100 juta untuk kami berlima, karena alokasi keuangan kami saat ini dan beberapa tahun ke depan lebih diprioritaskan untuk pembayaran hutang (kredit rumah dan furniture untuk rumah kami di Bintaro sektor 7 & kredit mobil untuk Afifa kuliah), hi..hi jadi malu nih banyak hutangnya.

Untuk pendaftaran awal ke salah satu travel biro di Cibinong yang kebetulan dimiliki oleh teman sekantor dengan suamiku, biayanya Rp. 5 juta per orang, untuk berlima Rp. 25 juta, Alhamdulillah masih ada tabungan yang dapat menutupi biaya pendaftaran tersebut. Ketika ada kepastian visa umrah telah diperoleh, kami harus membayar seluruh sisa biaya yang diperlukan paling lambat pada akhir Januari 2012. Mulai deh deg-degan ... soalnya prediksi bonus akhir tahun dari kantorku yang biasanya diberikan pada akhir atau awal tahun ternyata tidak terealisasi.

Harus nyari sumber dana lainnya nih untuk melunasi pembayaran biaya umrah tersebut, akhirnya ingat bahwa anak2 pernah dibuatkan polis asuransi Prudential, Alhamdulillah ternyata saldo unit linknya cukup untuk biaya umrah anak2 bertiga. Sisa biaya yang diperlukan dilunasi dengan uang cuti suami yang dibayarkan setiap bulan Januari, tentunya semua ini bukan kebetulan tapi rezeki tersebut pasti sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, sehingga kami sekeluarga dapat memenuhi panggilan-Nya. Ternyata asuransi yang tadinya kami ikuti dengan setengah hati he..he dapat diambil juga manfaatnya pada saat yang tepat.

Sempat tidak yakin juga apakah kami bisa berangkat bersama-sama atau tidak, karena Afifa sedang demam tinggi saat suntik meningitis telah dijadwalkan oleh travel biro, sehingga Afifa tidak bisa disuntik pada hari itu, sedangkan kami dan peserta umrah lainnya telah mendapatkan sertifikat suntik wajib tersebut. Sertifikat suntik tersebut merupakan prasyarat untuk proses mendapatkan visa di Kedutaan Saudi Arabia. Alhamdulillah, setelah demam Afifa pulih, travel biro bersedia mendampingi Afifa untuk melakukan suntik meningitis di Pelabuhan Tanjung Priok. Akhirnya urusan keberangkatanpun selesai dilakukan oleh travel biro tersebut baik tiket maupun visa untuk seluruh rombongan yang berjumlah 20 orang. Oh ya agar dapat beribadah umroh dengan baik, aku dan Afifa juga minum obat penunda haid yaitu Lutenyl sejak bulan Januari 2012.

Tanggal 18 Februari 2012, kami berangkat ke Jeddah menggunakan Saudi Airlines pk 13.50 WIB, setelah menunggu beberapa jam di lounge bandara Soekarno Hatta sesuai instruksi dari travel bironya, termasuk sholat jamak dzuhur dan ashar di lounge. Di dalam pesawat ternyata tempat duduk kami sekeluarga berpencar-pencar, nggak ngerti nih sama travel bironya .. kog waktu check in tempat duduk keluarga tidak diatur dengan baik, mereka hanya memblok kursi saja sedangkan nama yg duduk terpisah2. Setelah tukar menukar tempat dengan peserta umrah lainnya, akhirnya hanya Afifa yang duduknya agak jauh dari kami. Sekitar pk 19.45 waktu Jeddah (selisih -4 jam dg waktu Jakarta), kami tiba di Jeddah dan semua penumpang dengan visa umrah diarahkan ke terminal haji. Setelah proses imigrasi selesai, kami sempat sholat jamak maghrib dan isya disini, lalu menunggu bus untuk berangkat ke Madinah.

Perjalanan dari Jeddah ke Madinah ditempuh sekitar 6 jam, kami tiba di Madinah sekitar pk 3.00 pagi, langsung check in masuk hotel Al Fayrouz Shatta yang berlokasi sekitar 50 meter dari Mesjid Nabawi. Kalau dari info di internet, hotel ini katanya bintang 4, tapi jangan dibandingkan dengan hotel bintang 4 yang ada di Jakarta lho, beda banget he..he. Hotel bintang 4 di Madinah ini mungkin setara dengan bintang 2 kalau di Jakarta, jadi hotel di Jakarta termasuk "mewah" dibandingkan hotel2 disini. Karena waktu shubuh hampir tiba, kami hanya istirahat sejenak, beres2 koper, walaupun badan sangat capek, dengan penuh semangat langsung berangkat ke mesjid untuk sholat shubuh.

Brrr ... cuaca di Madinah masih dingin banget, untung Hifzhan, Fathur dan papanya bawa jaket dan syal, sedangkan aku dan Afifa langsung pakai mukena biar hangat. Perasaan yang ada di hati tidak bisa diungkapkan dengan kata2, kelu, terharu & penuh rasa syukur, akhirnya bisa tiba disini, melihat kembali mesjid Nabawi, yang di dalamnya ada makam insan paling mulia Nabi Muhammad SAW, mendengar suara imam mesjid Nabawi memimpin sholat dan membaca ayat Al-Quran dengan tartilnya .. Subhanallah, Alhamdulillah, mulut dan hati ini terus berzikir kepada Allah SWT.


Di Mesjid Nabawi ini tempat masuk antara jamaah perempuan dan laki2 dipisah, aku dan Afifa menuju pintu masuk no 25 (khusus perempuan), suami dengan Hifzhan dan Fathur masuk lewat pintu lainnya. Penjaga pintu (askar) pada pintu masuk perempuan lumayan galak, semua tas dan bahkan tubuh kita diperiksa, jika ditemukan kamera atau HP yang ada kameranya nggak bakal diizinkan masuk, sering terjadi perdebatan antara askar dan jamaah2 yang jago bahasa Arab, jadi panjang deh antriannya. Kalau aku cari amannya saja lebih baik tidak bawa HP ke mesjid, walaupun besoknya, sempat bawa Blackberry ke dalam mesjid dan tidak ketahuan askar, soalnya penasaran pengen foto2 di dalam mesjid. Iri deh nengok foto2 suami dan anak laki2ku di dalam mesjid, sepertinya pemeriksaaan untuk jamaah laki2 tidak seketat jamaah perempuan, sehingga bebas bawa kamera dan foto2 di dalam mesjid.

Hari ke 2 ini, kegiatan kami memaksimalkan sholat di mesjid Nabawi dan pada waktu dhuha para jamaah perempuan dibimbing menuju Raudhah oleh petugas travel. Raudhah adalah suatu tempat di dalam Masjid Nabawi yang letaknya berada diantara bilik Nabi / rumah Nabi (sekarang menjadi makam Rasulullah SAW) sampai mimbar masjid, tempat ini merupakan tempat berdoa yang Insya Allah maqbul, sehingga semua jamaah berkeinginan kuat untuk bisa masuk ke Raudhah. Tempat Raudhah ini ditandai dengan perbedaan ornamen tiang mesjid dan warna karpet yaitu hijau berbunga2 putih sedangkan area lainnya di mesjid ini ditutupi karpet yang berwarna merah.

Khusus jamaah perempuan, jadwal masuk Raudhah diatur hanya pada waktu2 tertentu saja yaitu pada waktu dhuha, setelah sholat dhuhur dan setelah sholat isya. Saat ini untuk masuk Raudhah juga dikelompokkan per negara/bangsa, biasanya yang dari Asia atau Melayu seperti Indonesia, Malaysia, Brunei dijadi
kan satu kelompok. Akhirnya jamaah perkelompok menumpuk sehingga harus menunggu 1 -2 jam baru dapat giliran masuk ke Raudhah, itupun rebutan, bahkan untuk sholat 2 rakaat saja, perjuangannya luar biasa, khawatir kepala kita diinjak orang ketika sedang sujud.

Astaghfirullah, sedih rasanya melihat jamaah yang kurang menghormati orang yang sedang sholat, mereka melangkah dan mendorong orang seenaknya untuk bisa sholat dan berdoa di Raudhah ini, terutama jamaah-jamaah yang berbadan besar dan biasanya dari Turkey, India, Iran, Afrika dll. Semoga Allah SWT memberi kesadaran pada para jamaah untuk lebih menghormati orang lain dan berbagi kesempatan secara tertib.

Sepertinya keadaan waktu aku berhaji dulu tidak seperti ini ... walaupun jatah waktu ke Raudhah masih sama, jamaah perempuan dibebaskan berjalan sendiri2 ke Raudhah (tidak dikelompokkan per negara/bangsa) sehingga jamaah tidak bertumpuk dan masing-masing jamaah lebih leluasa mengatur dirinya untuk masuk ke Raudhah, sholat & berdoa. Dapat kabar dari petugas travel (nggak tahu benar atau tidaknya), pengaturan antar negara/bangsa ini dilakukan setelah terjadi perbuatan kriminal di dalam Raudhah, ada jamaah perempuan dari Asia yang disilet perutnya oleh jamaah negara lain dengan tujuan pencopetan. Astaghfirullah ... ternyata tujuan orang ke Raudhahpun tidak semuanya untuk beribadah ... ada juga yang melakukan kemaksiatan. Wallahua'lam, semoga mereka diberi kesadaran oleh Alllah SWT untuk mengendalikan hawa nafsunya.

Hari ke 3 di Madinah, kami sempat jalan2 dengan bus yaitu ziarah ke Mesjid Quba dan sholat 2 rakaat disini, lalu kami juga lewat mesjid Kiblatain dimana peristiwa perubahan arah kiblat terjadi di mesjid ini, diceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad sedang sholat di mesjid ini turun wahyu untuk merubah arah qiblat dari Masjidil Aqsa (Baitul Maqdis) ke Masjidil Haram (QS Al Baqarah; 144). Yang juga menarik adalah perjalanan ke jabbal magnet ... karena kuatnya medan magnet disini, bus dapat berjalan sendiri tanpa memasukkan gigi/persnelling, Wallahua'lam.

Selain itu kamipun sempat singgah di perkebunan korma, disini ada toko yang menjual berbagai jenis coklat dan makanan lainnya yang bebas dicicipi walaupun tidak membeli, kenyang juga icip2 berbagai jenis coklat, kami menyempatkan diri membeli oleh2 coklat di toko ini. Ketika mengunjungi percetakan Al Quran, setiap jamaah laki-laki mendapatkan sebuah Al Quran, sedangkan jamaah perempuan tidak diijinkan masuk ke percetakan dan menunggu di koperasi dan bisa membeli quran disini jika berminat.

Hari ke 4, Selasa 21 Februari 2012, setelah sholat jamak dhuhur dan ashar di Mesjid Nabawi, kami telah berpakaian ihram untuk persiapan ibadah umrah dan berangkat ke Mekkah sekitar pukul 14.30. Miqot (niat umrah) dilakukan di mesjid Bir Ali yang jaraknya sekitar 20 - 30 menit berkendaraan dari Madinah. Sedih rasanya meninggalkan kota Madinah ... apalagi suasana kotanya nyaman, kemana2 dekat, bahkan Fathur punya tempat makan ayam dan kentang goreng favorit yaitu Kudu yang mirip dengan KFC :) Semoga kami bisa kembali berkunjung ke kota yang dicintai nabi Muhammad ini.

Perjalanan dari Madinah ke Mekkah ditempuh sekitar 4 jam, sempat singgah di jalan sebentar yaitu di SPBU dan sebagian jamaah ada yang sholat jamak qasar maghrib dan isya, kami tiba di Mekkah sekitar pukul 20.30. Yang agak mengecewakan, hotel kami di Mekkah (Al Olayan) jaraknya agak jauh dari Masjidil Haram sekitar 350 meter dengan jalan yang menanjak dan harus menyebrang jalan 3x. Sebelumnya suami sempat menanyakan hal ini ke travel biro, karena dari data di internet sudah terlihat jaraknya lumayan jauh dari Mesjid walaupun masih terjangkau dengan jalan kaki. Tetapi dengan alasan hotel pada penuh, apa boleh buat kami hanya dapat bersabar dan berusaha menikmati serta menyiasati agar tidak terlalu capek.

Setelah istirahat sejenak di hotel, sekitar pukul 23.00 kami berangkat ke Masjidil Haram untuk melaksanakan ibadah umrah, tawaf, sai dan tahallul ditemani pembimbing travel. Jamaah yang melakukan tawaf dan ibadah umrah lumayan banyak ... banyaknya jamaah mirip dengan pelaksanaan ibadah hajiku 14 tahun yang lalu, kelihatannya pertambahan penduduk muslim makin meningkat, terbayang ramainya jamaah ketika pelaksanaan umrah pada masa liburan sekolah (Juni-Juli) nanti.

Setelah ibadah umrah selesai, kami kembali ke hotel, mungkin karena kecapekan, kami baru terbangun ketika azan subuh terdengar, waduh nggak sempat ke mesjid nih, akhirnya sholat subuh dilakukan di hotel saja. Sekitar jam 10 kami berangkat ke Masjidil Haram, untuk tawaf, sholat dhuha dan menunggu sampai waktu sholat dhuhur tiba. Karena jarak hotel dan mesjid lumyan jauh, setelah dhuhur kami istirahat di sekitar mesjid, lagipula ada Mall yang bagus he...he, sekalian makan siang (cari menu KFC buat Fathur) dan lanjut sholat ashar baru pulang ke hotel. Begitu juga untuk sholat maghrib dan isya, kami tidak pulang ke hotel setelah sholat maghrib, baru setelah Isya pulang dan makan malam di hotel.

Selama di Mekkah, juga dilakukan ziarah ke jabal Rahmah, Jabal Tsur, juga melewati lokasi ibadah haji untuk wukuf di bukit Arafah, Muzdalifah dan Mina. Sekarang tenda2 di Mina sudah dibangun secara permanen, ada yang ber-AC dan juga ada yang dilengkapi kipas angin, jauh lebih bagus dibandingkan ketika aku berhaji dulu yang masih menggunakan tenda darurat dan fasilitas seadanya. Saat ini Kerajaan Saudi Arabia juga sedang membangun jaringan kereta api cepat dari Jeddah, Madinah dan Mekkah. waduh jadi kepengen naik haji lagi nih ... aku bilang ke suamiku, kita harus menabung untuk bisa menjalani ibadah haji sebelum masa pensiun tiba, kalau bisa ikut haji plus agar lokasi hotel dekat dengan mesjid, karena dulu kami berhaji melalui ONH biasa yang lokasi penginapannya lumayan jauh dari mesjid sekitar 1.5 - 2 km. Aamiin.

Kami juga sempat melakukan umrah sekali lagi, dengan mengambil miqot di mesjid Jaronah pada hari ke 6, Kamis tanggal 23 Februari 2012, aku meniatkan umrah untuk almarhumah ibuku sedangkan suamiku berniat untuk almarhumah ibunya atau ibu mertuaku. Sayang sekali kami belum sempat meniatkan umrah untuk ayahanda2 kami, karena anak2 belum pernah melakukan badah haji untuk dirinya sendiri, maka menurut pak ustadz belum boleh meniatkan umrah (badal) untuk orang lain. Jadi anak2 umrah yang ke dua diniatkan untuk dirinya sendiri. Semoga saja pada kesempatan adik-adikku naik haji yang Insya Allah dijadwalkan pada tahun 2013, mereka dapat melakukankan ibadah umrah untuk orang tua kami tercinta.

Akhirnya tiba saatnya untuk meninggalkan kota Mekkah pada hari ke 8, Sabtu tanggal 25 Februari 2012, kami melakukan tawaf wada' yaitu tawaf perpisahan seperti yang disunnahkan Rasul untuk jamaah yang akan meninggalkan kota Mekkah. Tawaf wada' dilakukan dengan penuh rasa haru ... sebagian besar jamaah menangis berlinang air mata, sedih rasanya kehilangan nikmatnya bersholat dan tawaf di Masjidil Haram, semuanya berdoa agar dapat kembali lagi ke Baitullah. Ba'da dhuhur sekitar pukul 14:30, kami meninggalkan kota Mekkah menuju Jeddah untuk kembali ke tanah air pada penerbangan Saudi Airlines malam harinya.

Memang sangat berbeda suasana hati ketika berada di ke 2 kota suci ini (Mekkah dan Madinah), jauh sebelum waktu sholat tiba ... jamaah berbondong2 menuju mesjid, semuanya ingin mendapatkan tempat terbaik di dalam mesjid agar dapat sholat dan berdoa dengan khusuk. Aku sampai merinding melihat banyaknya jamaah yang datang ke Masjidil Haram, terutama ketika sholat Jumat tiba, yang merupakan hari libur bagi penduduk Saudi Arabia, hampir semua keluarga dari kota2 yang ada di Saudi Arabia datang ke kota Mekkah ini untuk mendapatkan keutamaan sholat di Masjidil Haram. Anak2 dari keluarga Arab ini juga senang bermain2 di dalam dan pelataran mesjid yang luas mulai dari bayi sampai remaja semuanya kumpul di mesjid. Selesai sholat, ada beberapa keluarga yang menggelar tikar dan mengeluarkan makanan yang mereka bawa untuk makan bersama di pelataran mesjid, duh indah banget suasananya.

Di tempat ibadah Sa'i di tingkat 2, aku juga melihat beberapa kursi yang dapat berjalan otomatis dikendarai para keluarga yang membawa anak2, mereka melakukan ibadah Sa'i sambil menggendong anak2nya, rame2 naik ke kursi tersebut (mirip skutik), nggak tau apa namanya dan termasuk fasilitas yang disediakan di Masjidil Haram, tapi aku nggak tau dimana lokasi penyewaan/peminjamannya. Lumayan menolong bagi keluarga yang membawa anak2 dan juga orang tua yang tidak sanggup berjalan sendiri untuk ibadah Sa'i.

Setiba di Jeddah kami sempat jalan2 melihat kota Jeddah antara lain berkunjung ke mesjid terapung dan acara belanja di Cornirche Al Balad, nama2 tokonya lucu karena ada yang berbahasa Indonesia he..he seperti “Toko Ali Murah”, “Toko Gani Murah” dll, ketahuan kali ya orang Indonesia doyan belanja oleh2. Anakku Hifzhan sampai berkomentar "masak sih ma, Jeddah yang katanya kota Internasional, tempat belanjanya seperti di kampung" he..he nggak tau kenapa hampir semua travel biro Indonesia membawa jamaahnya ke sini. Aku bilang ke Hifzhan kalau dibawa ke Mal yang modern nanti jamaah Indonesia pada betah belanja dan bisa overweight bagasinya dan ketinggalan pesawat he..he.

Ternyata penerbangan ke Jakarta delay hampir 3 jam, lumayan lama kami menunggu di airport Jeddah, ACnya dingin banget ... Fathur sampai masuk angin dan sempat muntah di pesawat ketika mendarat di Jakarta. Ternyata ketika pulangpun ... tempat duduk kami sekeluarga di pesawat masih terpisah2, kali ini giliran suamiku yang duduk agak jauh dari kami. Alhamdulillah, hari Minggu sekitar pukul 13.30 kami mendarat di Jakarta, setelah sebelumnya kata suamiku pesawat terkena sambaran petir. Setelah menunggu bagasi, kami pulang ke rumah dengan menyewa mobil Kijang Golden Bird dengan biaya Rp. 310.000, karena jumlah bagasi lumayan banyak ... ada 5 koper pakaian dan 5 jirigen air zam-zam @ 10 liter oleh2 dari pemerintah Saudi Arabia untuk setiap jamaah haji/umrah, kalau minta jemput dengan mobil di rumah bakalan tidak cukup he...he.

Aku berharap kami sekeluarga dan saudara-2ku lainnya mendapat kesempatan untuk berhaji dan umrah ke Baitullah dan merasakan kebahagiaan yang tak terkira seperti yang kami sekeluarga rasakan. Semoga ibadah umrah dan ibadah2 lainnya yang kami lakukan selama di Mesjid Mabawi dan Masjidil Haram diterima Allah SWT dan menjadikan kami lebih bertaqwa kepada Allah SWT serta semoga semua doa yang kami panjatkan dikabulkan Allah SWT.

Salam Ina