Hari Jum'at tanggal 23 Juli 2010 yang lalu, bertepatan dengan hari anak, aku malah tidak bisa bersama2 dengan anak2ku karena aku terbaring di kamar operasi RSPP dikelilingi oleh dokter ahli ortopedi, anestesi dan perawat2, untuk operasi benjolan di lutut kananku. Benjolan tersebut sudah berada disana sejak 10 tahun yang lalu ... cerita benjolan di lutut kanan ini panjang he..he berseri, nah operasi yang kemaren itu merupakan episode ke 3, kayak sinetron aja :)
Cerita benjolan ini kayaknya sudah dimulai sejak aku masih di bangku kuliah di Bandung sekitar tahun 1987/1988, ada rasa nggak enak seperti pegal2 yang terjadi di lututku yang sebelah kanan. Tadinya mau mencari tukang urut bersama2 dengan teman sekamar kost yang juga merasakan pegal2 di kakinya tapi karena kesibukan kuliah, pencarian tukang urut itu tidak terlaksana.
Tidak berapa lama kemudian, tiba2 muncul benjolan di lutut teman sekamarku itu, namanya "Rika", benjolannya seperti digigit binatang agak memar. Kami berpikir itu memar biasa, aku sarankan Rika untuk mencoba obat memar tradisional yaitu buah pala yang sudah dihancurkan, nggak taunya buah pala yang diletakkan di lututnya itu mendidih, seremkan ?
Karena melihat gejala yang aneh seperti itu, aku sarankan Rika untuk ke dokter dan ternyata episode lutut Rika berlanjut karena disuruh ke ahli ortopedi dan dibiopsi. Sedih sekali mendengar berita kalau Rika ternyata menderita kanker tulang. Selanjutnya Rika menjalani pengobatan alternatif karena dia tidak mau diamputasi seperti saran dokter, ketika kutanyakan kenapa dia tidak mau diamputasi dia menjawab "biarlah Rika kembali pada Allah dengan anggota tubuh yang utuh" dan akhirnya Rika temanku yang cantik itu dipanggil Allah SWT pada pertengahan tahun 1988 hanya sekitar 6 - 7 bulan setelah diagnosa kanker tulang itu diketahui dari hasil biopsi. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un.
Kembali ke cerita benjolanku yang terlupakan, karena tidak terlalu mengganggu aku tidak pernah memeriksakan ke dokter sampai aku bekerja dan ditugaskan ke PT Arun, kilang LNG di Aceh. Nah di perusahaan ini MCU (medical check up) adalah wajib, jika tidak ... maka tunjangan cuti tidak bakal diberikan, ketika MCU pada tahun 1992 dokter melihat benjolan di lututku dan disuruh rontgen dan akhirnya dokter menyarankan untuk dioperasi. Ketika hari "H" untuk operasi, aku tidak muncul karena takut padahal sudah dilakukan persiapan operasi seperti cek darah, periksa jantung dll, ini episode 1 dari benjolan di lutut kananku ini dengan judul "escape from hospital" he..he.
Aku sempat mencoba pengobatan alternatif ke pak "Agus" yang juga karyawan Arun yang memang dikenal sebagai ahli pengobatan alternatif di kompleks kami, dan disarankannya untuk membalut lututku dengan obat herbal. Karena aku termasuk pasien yang bandel dan malas ribet membalut2 lutut setiap malam, saran tersebut tidak aku jalankan dengan sepenuh hati. Aku hampir tidak pernah memperhatikan benjolan di lutut kananku itu karena aku tidak merasakan sakit, hanya kadang2 agak pegal dan kalau duduk shalat nggak bisa sempurna melipat lutut.
Saat aku akan melakukan perjalanan haji tahun 1998, baru aku memperhatikan lutut ini, karena di tanah suci pasti aku akan lebih banyak berjalan maupun beribadah, ya Allah, ternyata benjolanku sudah besar banget. Akhirnya aku minta saran ke pak Agus, beliau bilang, pulang dari haji benjolanku sebaiknya segera dioperasi karena ukuran sudah besar dan beliau tahu aku tidak melakukan terapi herbal yang disarankannya sejak tahun 1992. Sorry pak Agus ... oh ya pak Agus ini juga sudah meninggal dunia pada tahun 2000-an (tahun persisnya lupa) setelah aku pindah ke Jakarta. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un.
Jadi episode ke 2 ini judulnya "Operasi Lutut di awal Reformasi", yach akhirnya lutut kananku dioperasi juga pada awal Juni tahun 1998 di RS PT Arun, tak lama setelah tragedi Mei 1998 yang berlanjut dengan mundurnya pak Soeharto selaku Presiden RI dan dimulainya episode Reformasi. Operasi ini menimbulkan "trauma" untukku karena ketika akan dibius dan dimasukkan obat penenang, kata petugas anestesinya untuk relax, kog aku tidak merasa tenang (relax) malah aku merasa seperti tercekik. Ketika dokter bedahnya datang ke ruang operasi, dia mempertanyakan keadaanku ke perawat jaga, kenapa aku kelihatan tegang banget, tekanan darah turun. Perawat2 yang mendampingi menjawab mungkin pasiennya ketakutan, dialog itu terdengar jelas di kupingku tapi aku nggak bisa bergerak dan bersuara, akhirnya dokter bilang ok langsung dibius total saja dan berlangsunglah operasi lutut tersebut.
Pasca operasi ternyata menimbulkan "trauma" tersendiri, setelah sadar dari bius aku nggak bisa bernafas harus dibantu dengan Oksigen selama beberapa jam. Trauma masih berlanjut karena selama lebih kurang 2 bulan, luka operasinya nggak kering2, walaupun begitu aku tetap ke kantor dengan jalan terpincang2 menahan rasa sakit di lutut.
Hampir setiap hari harus ke klinik menemui petugas klinik untuk dibersihkan luka operasinya dan diberi obat karena lukanya masih "basah". Setelah terlalu lama lukanya nggak kering2 akhirnya aku minum obat China yang sering dimimum teman2ku jika akan dioperasi caesar, kalau nggak salah namanya "Pien Tse Huang" dan aku juga diberikan obat olesnya oleh sinshe, lukanya akhirnya sembuh. Entah karena obat China itu yang manjur atau memang sudah waktunya sembuh, yang pasti semuanya atas izin Allah SWT.
Setelah 2 tahun pasca episode ke 2 itu dan ketika aku sudah pindah ke Jakarta tahun 2000, aku kembali merasakan tidak nyaman di lutut kananku, terutama kalau jalan dan duduk shalat. Lalu aku ke dokter, lutut kananku dirontgen dan ternyata kelihatan sudah ada benjolan lagi. Dokter kembali menyarankan untuk dioperasi, tapi karena trauma pada operasi episode ke 2 itu belum hilang, saran dokter kuabaikan (bandel ya ... jangan ditiru).
Setiap tahun ketika MCU selalu diminta untuk konsul ke dokter bedah tapi aku terlalu takut dengan kata2 operasi, jadinya tidak pernah mampir ke dokter bedah untuk konsultasi. Benjolan di lutut itu tetap tersimpan selama 10 tahun dan terus membesar ... lalu bagaimana terjadi operasi lutut episode ke 3 tahun 2010 ini ?
Cerita episode ke 3 ini berawal ketika suamiku mengalami cedera lutut ketika olah raga pada pertengahan Juni 2010, lalu dia konsul ke ahli ortopedi di RSIB, akupun iseng ikut konsul ke dokter yang sama, terus dokter tersebut bilang benjolan di lututku sebenarnya tidak berbahaya, kalau tidak menganggu ... nggak perlu dilakukan tindakan apa2, senang juga hati ini. Rupanya rasa aman itu hanya sebentar, ketika kami liburan ke negeri tetangga akhir Juni sampai awal Juli yang lalu, di hari terakhir liburan, lututku nggak bisa diluruskan setelah selesai shalat shubuh, mungkin karena selama liburan kaki ini tidak pernah beristirahat, mungkin agak ngambeg, soalnya jalan2 terus.
Hari itu aku sampai nggak bisa jalan dengan sempurna dan sakit di lutut berlanjut selama beberapa hari, wah aku jadi takut, akhirnya kembali konsul ke ahli ortopedi di RSPP. Dokter melakukan rontgen, juga dilakukan MRI agar lebih jelas lagi persoalan lututku ini. Akhirnya aku pasrah saja dengan keputusan operasi ini karena benjolannya ada 2 yang sudah gede banget dan ada bonus 1 benjolan yang kecil, posisinya ada di lutut bagian belakang persis dilipatan lutut. Istilah kedokteran yg kubaca pada hasil rontgen / MRI, benjolan itu merupakan "loose body" di jaringan lunak dan juga ada indikasi osifikasi/perkapuran, nama kerennya baker cyst atau sering disebut popliteal cyst.
Episode ke 3 ini judulnya adalah "Pasrah kembali dioperasi", akhirnya operasi lutut dilakukan pada tanggal 23 Juli 2010, benjolannya mirip tulang rawan, berwarna putih dan bentuknya tidak beraturan agak bulat dan sedikit lonjong ? ... sayang lupa difoto, semoga hasil pemeriksaan patologi tidak ada yang serius (belum keluar hasilnya mungkin sekitar seminggu). Alhamdulillah operasi episode ke 3 ini berjalan lancar dan aku tidak mengalami nyeri di lutut seperti operasi episode ke 2, aku sudah boleh keluar dari RSPP pada tanggal 25 Juli, istirahat di rumah sampai konsul lagi ke dokter yang Insya Allah aku lakukan besok 28 Juli 2010, semoga luka operasinya baik dan cepat sembuh.
Ternyata cobaan belum berakhir, pada hari ke 2 (Sabtu, 24 Juli), setelah kateter dicabut dan aku jalan sendiri ke kamar mandi, aku merasakan sakit di bahu, tengkuk dan sakit kepala yang hebat. Ketika keluhan ini kusampaikan, kata dokter nggak apa2, mungkin salah tidur, ntar juga hilang katanya.
Setelah sampai di rumah, ternyata sakit kepala hebat masih berlanjut, akhirnya tadi pagi ketika suamiku konsul ke dokter ortopedi di RS Eka Hospital untuk second opinion cedera lututnya, aku sempat konsul juga ke dokter itu mengenai sakit tengkuk dan kepala ini. Ternyata menurut dokter tersebut sakitku itu disebabkan efek obat bius, karena jika dibius melalui spinal, pasien tidak boleh menegakkan kepala / duduk ketika seharusnya belum boleh bergerak, harus berbaring saja selama 24 jam.
Memang setelah dioperasi dokter bilang nggak boleh bangun, aku pikir yang nggak boleh itu jalan atau turun dari tempat tidur. Aku tidak bertanya secara rinci dan dokter juga tidak menjelaskannya, nggak taunya mengangkat kepalapun (kepala lebih tinggi dari punggung) tidak boleh. Karena ketidaktahuan kami dan aku juga merasa sehat2 saja, ketika beberapa jam setelah operasi aku makan sendiri sambil duduk.
Sakitnya baru terasa ketika aku bangkit dari tempat tidur pada hari ke 2, kalau berbaring sakitnya hilang. Kata dokter sakit kepala ini bakal aku alami sekitar 1 - 3 minggu tergantung seberapa banyak aku mengangkat kepala ketika "injury time" itu, tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri. Kalau aku merasa sakit banget, aku disuruh minum obat sakit kepala saja.
Aku bisa nulis cerita ini setelah minum "Neuralgin", mudah2an aku kembali sembuh seperti sedia kala dan aku berdoa semoga episode lutut ini cukup sampai disini saja. Walaupun dokter ortopedi yang mengoperasiku bilang, tidak ada jaminan benjolan tersebut tidak muncul lagi karena hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh metabolisme tubuhku yang kurang baik/sempurna sehingga timbul kristalisasi/osifikasi, mengapa kristalnya terjadi di lutut ? kata dokter mungkin saja lututku dulu pernah terkilir atau jatuh. Wallahu'alam Bishawab.
Salam Ina
Post note : Alhamdulillah hasil PA dari ganglion dilututku setelah operasi tidak ada indikasi sel kankernya.
Cerita benjolan ini kayaknya sudah dimulai sejak aku masih di bangku kuliah di Bandung sekitar tahun 1987/1988, ada rasa nggak enak seperti pegal2 yang terjadi di lututku yang sebelah kanan. Tadinya mau mencari tukang urut bersama2 dengan teman sekamar kost yang juga merasakan pegal2 di kakinya tapi karena kesibukan kuliah, pencarian tukang urut itu tidak terlaksana.
Tidak berapa lama kemudian, tiba2 muncul benjolan di lutut teman sekamarku itu, namanya "Rika", benjolannya seperti digigit binatang agak memar. Kami berpikir itu memar biasa, aku sarankan Rika untuk mencoba obat memar tradisional yaitu buah pala yang sudah dihancurkan, nggak taunya buah pala yang diletakkan di lututnya itu mendidih, seremkan ?
Karena melihat gejala yang aneh seperti itu, aku sarankan Rika untuk ke dokter dan ternyata episode lutut Rika berlanjut karena disuruh ke ahli ortopedi dan dibiopsi. Sedih sekali mendengar berita kalau Rika ternyata menderita kanker tulang. Selanjutnya Rika menjalani pengobatan alternatif karena dia tidak mau diamputasi seperti saran dokter, ketika kutanyakan kenapa dia tidak mau diamputasi dia menjawab "biarlah Rika kembali pada Allah dengan anggota tubuh yang utuh" dan akhirnya Rika temanku yang cantik itu dipanggil Allah SWT pada pertengahan tahun 1988 hanya sekitar 6 - 7 bulan setelah diagnosa kanker tulang itu diketahui dari hasil biopsi. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un.
Kembali ke cerita benjolanku yang terlupakan, karena tidak terlalu mengganggu aku tidak pernah memeriksakan ke dokter sampai aku bekerja dan ditugaskan ke PT Arun, kilang LNG di Aceh. Nah di perusahaan ini MCU (medical check up) adalah wajib, jika tidak ... maka tunjangan cuti tidak bakal diberikan, ketika MCU pada tahun 1992 dokter melihat benjolan di lututku dan disuruh rontgen dan akhirnya dokter menyarankan untuk dioperasi. Ketika hari "H" untuk operasi, aku tidak muncul karena takut padahal sudah dilakukan persiapan operasi seperti cek darah, periksa jantung dll, ini episode 1 dari benjolan di lutut kananku ini dengan judul "escape from hospital" he..he.
Aku sempat mencoba pengobatan alternatif ke pak "Agus" yang juga karyawan Arun yang memang dikenal sebagai ahli pengobatan alternatif di kompleks kami, dan disarankannya untuk membalut lututku dengan obat herbal. Karena aku termasuk pasien yang bandel dan malas ribet membalut2 lutut setiap malam, saran tersebut tidak aku jalankan dengan sepenuh hati. Aku hampir tidak pernah memperhatikan benjolan di lutut kananku itu karena aku tidak merasakan sakit, hanya kadang2 agak pegal dan kalau duduk shalat nggak bisa sempurna melipat lutut.
Saat aku akan melakukan perjalanan haji tahun 1998, baru aku memperhatikan lutut ini, karena di tanah suci pasti aku akan lebih banyak berjalan maupun beribadah, ya Allah, ternyata benjolanku sudah besar banget. Akhirnya aku minta saran ke pak Agus, beliau bilang, pulang dari haji benjolanku sebaiknya segera dioperasi karena ukuran sudah besar dan beliau tahu aku tidak melakukan terapi herbal yang disarankannya sejak tahun 1992. Sorry pak Agus ... oh ya pak Agus ini juga sudah meninggal dunia pada tahun 2000-an (tahun persisnya lupa) setelah aku pindah ke Jakarta. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un.
Jadi episode ke 2 ini judulnya "Operasi Lutut di awal Reformasi", yach akhirnya lutut kananku dioperasi juga pada awal Juni tahun 1998 di RS PT Arun, tak lama setelah tragedi Mei 1998 yang berlanjut dengan mundurnya pak Soeharto selaku Presiden RI dan dimulainya episode Reformasi. Operasi ini menimbulkan "trauma" untukku karena ketika akan dibius dan dimasukkan obat penenang, kata petugas anestesinya untuk relax, kog aku tidak merasa tenang (relax) malah aku merasa seperti tercekik. Ketika dokter bedahnya datang ke ruang operasi, dia mempertanyakan keadaanku ke perawat jaga, kenapa aku kelihatan tegang banget, tekanan darah turun. Perawat2 yang mendampingi menjawab mungkin pasiennya ketakutan, dialog itu terdengar jelas di kupingku tapi aku nggak bisa bergerak dan bersuara, akhirnya dokter bilang ok langsung dibius total saja dan berlangsunglah operasi lutut tersebut.
Pasca operasi ternyata menimbulkan "trauma" tersendiri, setelah sadar dari bius aku nggak bisa bernafas harus dibantu dengan Oksigen selama beberapa jam. Trauma masih berlanjut karena selama lebih kurang 2 bulan, luka operasinya nggak kering2, walaupun begitu aku tetap ke kantor dengan jalan terpincang2 menahan rasa sakit di lutut.
Hampir setiap hari harus ke klinik menemui petugas klinik untuk dibersihkan luka operasinya dan diberi obat karena lukanya masih "basah". Setelah terlalu lama lukanya nggak kering2 akhirnya aku minum obat China yang sering dimimum teman2ku jika akan dioperasi caesar, kalau nggak salah namanya "Pien Tse Huang" dan aku juga diberikan obat olesnya oleh sinshe, lukanya akhirnya sembuh. Entah karena obat China itu yang manjur atau memang sudah waktunya sembuh, yang pasti semuanya atas izin Allah SWT.
Setelah 2 tahun pasca episode ke 2 itu dan ketika aku sudah pindah ke Jakarta tahun 2000, aku kembali merasakan tidak nyaman di lutut kananku, terutama kalau jalan dan duduk shalat. Lalu aku ke dokter, lutut kananku dirontgen dan ternyata kelihatan sudah ada benjolan lagi. Dokter kembali menyarankan untuk dioperasi, tapi karena trauma pada operasi episode ke 2 itu belum hilang, saran dokter kuabaikan (bandel ya ... jangan ditiru).
Setiap tahun ketika MCU selalu diminta untuk konsul ke dokter bedah tapi aku terlalu takut dengan kata2 operasi, jadinya tidak pernah mampir ke dokter bedah untuk konsultasi. Benjolan di lutut itu tetap tersimpan selama 10 tahun dan terus membesar ... lalu bagaimana terjadi operasi lutut episode ke 3 tahun 2010 ini ?
Cerita episode ke 3 ini berawal ketika suamiku mengalami cedera lutut ketika olah raga pada pertengahan Juni 2010, lalu dia konsul ke ahli ortopedi di RSIB, akupun iseng ikut konsul ke dokter yang sama, terus dokter tersebut bilang benjolan di lututku sebenarnya tidak berbahaya, kalau tidak menganggu ... nggak perlu dilakukan tindakan apa2, senang juga hati ini. Rupanya rasa aman itu hanya sebentar, ketika kami liburan ke negeri tetangga akhir Juni sampai awal Juli yang lalu, di hari terakhir liburan, lututku nggak bisa diluruskan setelah selesai shalat shubuh, mungkin karena selama liburan kaki ini tidak pernah beristirahat, mungkin agak ngambeg, soalnya jalan2 terus.
Hari itu aku sampai nggak bisa jalan dengan sempurna dan sakit di lutut berlanjut selama beberapa hari, wah aku jadi takut, akhirnya kembali konsul ke ahli ortopedi di RSPP. Dokter melakukan rontgen, juga dilakukan MRI agar lebih jelas lagi persoalan lututku ini. Akhirnya aku pasrah saja dengan keputusan operasi ini karena benjolannya ada 2 yang sudah gede banget dan ada bonus 1 benjolan yang kecil, posisinya ada di lutut bagian belakang persis dilipatan lutut. Istilah kedokteran yg kubaca pada hasil rontgen / MRI, benjolan itu merupakan "loose body" di jaringan lunak dan juga ada indikasi osifikasi/perkapuran, nama kerennya baker cyst atau sering disebut popliteal cyst.
Episode ke 3 ini judulnya adalah "Pasrah kembali dioperasi", akhirnya operasi lutut dilakukan pada tanggal 23 Juli 2010, benjolannya mirip tulang rawan, berwarna putih dan bentuknya tidak beraturan agak bulat dan sedikit lonjong ? ... sayang lupa difoto, semoga hasil pemeriksaan patologi tidak ada yang serius (belum keluar hasilnya mungkin sekitar seminggu). Alhamdulillah operasi episode ke 3 ini berjalan lancar dan aku tidak mengalami nyeri di lutut seperti operasi episode ke 2, aku sudah boleh keluar dari RSPP pada tanggal 25 Juli, istirahat di rumah sampai konsul lagi ke dokter yang Insya Allah aku lakukan besok 28 Juli 2010, semoga luka operasinya baik dan cepat sembuh.
Ternyata cobaan belum berakhir, pada hari ke 2 (Sabtu, 24 Juli), setelah kateter dicabut dan aku jalan sendiri ke kamar mandi, aku merasakan sakit di bahu, tengkuk dan sakit kepala yang hebat. Ketika keluhan ini kusampaikan, kata dokter nggak apa2, mungkin salah tidur, ntar juga hilang katanya.
Setelah sampai di rumah, ternyata sakit kepala hebat masih berlanjut, akhirnya tadi pagi ketika suamiku konsul ke dokter ortopedi di RS Eka Hospital untuk second opinion cedera lututnya, aku sempat konsul juga ke dokter itu mengenai sakit tengkuk dan kepala ini. Ternyata menurut dokter tersebut sakitku itu disebabkan efek obat bius, karena jika dibius melalui spinal, pasien tidak boleh menegakkan kepala / duduk ketika seharusnya belum boleh bergerak, harus berbaring saja selama 24 jam.
Memang setelah dioperasi dokter bilang nggak boleh bangun, aku pikir yang nggak boleh itu jalan atau turun dari tempat tidur. Aku tidak bertanya secara rinci dan dokter juga tidak menjelaskannya, nggak taunya mengangkat kepalapun (kepala lebih tinggi dari punggung) tidak boleh. Karena ketidaktahuan kami dan aku juga merasa sehat2 saja, ketika beberapa jam setelah operasi aku makan sendiri sambil duduk.
Sakitnya baru terasa ketika aku bangkit dari tempat tidur pada hari ke 2, kalau berbaring sakitnya hilang. Kata dokter sakit kepala ini bakal aku alami sekitar 1 - 3 minggu tergantung seberapa banyak aku mengangkat kepala ketika "injury time" itu, tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri. Kalau aku merasa sakit banget, aku disuruh minum obat sakit kepala saja.
Aku bisa nulis cerita ini setelah minum "Neuralgin", mudah2an aku kembali sembuh seperti sedia kala dan aku berdoa semoga episode lutut ini cukup sampai disini saja. Walaupun dokter ortopedi yang mengoperasiku bilang, tidak ada jaminan benjolan tersebut tidak muncul lagi karena hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh metabolisme tubuhku yang kurang baik/sempurna sehingga timbul kristalisasi/osifikasi, mengapa kristalnya terjadi di lutut ? kata dokter mungkin saja lututku dulu pernah terkilir atau jatuh. Wallahu'alam Bishawab.
Salam Ina
Post note : Alhamdulillah hasil PA dari ganglion dilututku setelah operasi tidak ada indikasi sel kankernya.
17 comments:
semoga lekas sembuh ya...
memang kalau sudah usia seperti kita2 ini organ2 tubuh mulai perlu perhatian lebih.
suatu bentuk kasih sayang dari Allah swt.
salam
Thanks Anto ... sudah sudi mampir ke sini. Speechless ketika aku membaca blogmu. Semoga selalu diberi kekuatan dan kesabaran oleh Allah SWT.
waw... aku juga punya benjolan di bawah lutut ku.. benjolannya keras, kaya tulang gtu, sama spertimu kalo buat sujud rasanya sakit banget, mungkin gak yah, aku kena itu juga.. tapi aku belum pernah kedokter sama sekali.. apalagi kalo disuruh oprasi, takut bget.
aku juga ada keras di belakang lutut apakah itu juga sm?
selain operasi apakah ada cara alternatif lain untuk penyembuhannya?mohon info kalo ada yang tau.
mungkin penyakit yang sama saya alami benjol lunak lonjong di belakang lutut rasanya panas ngilu apalagi setelah jongkok,kaki g bisa langsung di luruskan.
mohon bantu info friends....tks
Ka Ina,,, gak sengaja nemuin Tulisan konco lawasku nii. Semoga sehat seterusnya ya say.. Aku juga lagi nyari2 referensi tentang benjolan ini..Ayahku mau operasi juga dalam waktu dekat dengan benjolan di lutut. Doain yaaa...( ex dormitory lama : Linna)
Linna, thanks ya sudah mampir ke sini.
Semoga ayahanda Linna lancar operasi lututnya dan cepat pulih kembali. Rencana operasinya di mana ?
Salam
Assalamualaikum mba ina,
Saya mw menanyakan kira" penyakit itu bisa menular tdk? Dan jika iya Bagaimana cara penularannya?
@Siti : Wa'alaikum salam, penyakit ini setahu saya tidak menular kog.
Terima kasih buat teman2 yang sdh berkomentar di atas, jika ada yang mengalami keluhan seperti ada benjolan di lutut sebaiknya berkonsultasi ke dokter agar dapat ditangani secara tepat dan benar.
salam mba
mau tanya,
saya juga mengalami benjolan di lutut kiri bagian depannya
apa ada pengobatan selain operasi mba?
maaf saya mau tanya, saya juga ada benjolan di kedua lutut saya pas di bawah lutut saya, benjolan tersebut mulai ada ketika saya umur15 tahun dan sekarang umur saya 18 tahun. Gejala nya pegal seperti kaya linu, kalau benjolan nya di tekan agak sedikit sakit tapi ga sakit sakit amat, sampai sekarang benjolan nya sebesar kelereng di kedua lutut saya, tapi, engga ada efek yang di rasa. Mohon penjelasan nya dengan sangat, terima kasih
Assalamuallaikum mba
Sya mempunyai benjolan pada lutut bgian kanan,mulai tmbunya benjolan trsebut kelas 1 smk msh umur 18 smpai skarang benjolan mkin keras dan berwarna coklat kehitaman klau d tekang atau kena brang2 keras itu rasanya skit skli mba ,kadang ad rsa nyeri pada kaki
Mohon penjelasanya dgn sngat, trimakasih mba
Teamn2 yang sudah mampir di blog ini dan menanyakan tentang benjolan di lutut tersebut, karena saya bukan dokter maka saya tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Saran saya segera temui dokter .. mgk ke dokter umum dulu atau langsung ke dokter tulang agar dapat didiagnosa secara tepat.
Mohon maaf kalau replynya terlambat
AsaLamu'alaikumm... Maaf mau nanya aku punya bnjolan tpii lngsung gdee... Ini knpa ya d lutut kanan... Trima ksihh
Assalamu'alaikum, mas" dan mba"
Saya baru saja menyimak Di forum ini dan kebetulan ayah saya juga mempunyai sakit yg sama yaitu benjolan Di bawah lutut kanan..
Saya mencari sedang mencari tahu aman atau tidak nya jika Di lakukan operasi Di website" dan menemukan situs penyembuhan dengan terapi ahlak yg Di bimbing Ustad Dhanu. Analisa beliau berdasarkan ayat" Al-Qur'an dan menurut beliau semua sakit itu adalah buah dari perbuatan/ahlak tidak baik Kita.
Benjolan di kaki = Punya kemauan kuat, kaku keras kepala
Benjolan di leher, Gondok = Jarang bicara, namun sekali bicara pedas.
Benjolan di leher kiri = Banyak marah, kalo ngomong suka ngotot.
Benjolan di lutut = Sering jengkel bila nasehatnya tidak dituruti
Mohon feedback dan respond nya. Terima kasih.
Dan ini adalah analisa itu sakit Di lutut apakah ada diantara mas" dan mba yg mempunyai sifat spt ini
Coba periksa Foto MRI...aku sudah berhasil operasinya,juga dengan keluhan yg sama yaitu loose body removal
Salah satunya jalan harus di operasi,,tidak bisa kalau hanya di pijat...saya juga mengalaminya,,tapi sekarang Alhamdulillah telah selesai utk di operasi,dan di angkat loose bodi nya,,tinggal pemulihan aja sekarang,,,
Post a Comment