Wednesday, December 25, 2013

Khitan si Bungsu

Jadwal libur sekolah akhir tahun 2013 ini kami tidak ada rencana untuk liburan ke luar kota, ceritanya kami harus berhemat karena ada pengeluaran lain yang harus lebih diprioritaskan. Selain itu tahun 2013 ini kami sudah beberapa kali berlibur ke luar kota, rasanya sudah cukuplah untuk liburan :) dan kebetulan juga suamiku ditugaskan ke China sampai pertengahan Januari 2014, jadinya liburan kali ini anak-anak hanya bersantai di rumah saja karena aku juga tidak bisa libur ... jatah cuti 2013 sudah habis :(

Waktu luang liburan sekolah ini dimanfaatkan untuk melakukan khitan pada si bungsu yang sudah berusia 11 tahun. Seharusnya khitan tersebut sudah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, namun belum ada kesempatan, karena setiap liburan sekolah, pasti pengennya jalan-jalan ke luar kota.

Setelah anak bungsuku selesai ujian semester dan selesai acara foto buku tahunan sekolahnya, pada hari Rabu 18 Desember 2013 malam, kami konsultasi ke dokter bedah umum di RS Premier Bintaro. Tadinya aku berharap proses khitan dapat langsung dilakukan saat itu juga, karena besoknya suamiku harus berangkat tugas, aku takut kalau sendirian saja menunggui proses khitan tersebut. Dulu waktu abangnya dikhitan tahun 2005, aku tidak berani melihat proses khitannya karena tidak kuat melihat darah yang keluar saat proses khitan dilakukan dokter dan juga sedih mendengar anakku menangis kencang saat disuntik obat bius (bius lokal), untung suamiku berani menemaninya saat itu.


Setelah dokter bedah tersebut memeriksa keadaan anak bungsuku, dia bilang anakku sudah dapat dikhitan, hanya saja karena anakku mengalami phimosis dan balanitis, disarankan untuk dikhitan dengan bius total. Dokternya bilang kalau hanya bius lokal bisa menimbulkan trauma pada anak ketika harus berkali-kali disuntik bius karena proses khitannya mungkin perlu waktu lebih lama. Aku juga ditanya dokter apakah anakku sering demam tanpa sebab ? aku bilang tidak, biasanya dia demam kalau kena flu dan batuk saja. Kata dokter pantesan anakku tidak direkomendasikan ke dokter bedah lebih awal, katanya lagi biasanya anak dengan kondisi seperti anakku akan dianjurkan oleh dokter anak untuk dikhitan lebih awal.

Penasaran juga apa itu phimosis dan balanitis, ini hasil googlingnya .... Phimosis merupakan istilah yang menggambarkan keadaan kulup penis yang tak dapat ditarik. Normalnya kulit diujung penis dapat ditarik pada usia 10 tahun atau menginjak pubertas. Penyebabnya kemungkinan adalah kegagalan kulup melonggarkan diri selama pertumbuhan. Bisa juga karena infeksi balinitis, cacat, atau penyakit alat kelamin. Phimosis dapat menyebabkan rasa sakit pada penderita saat berkemih jika kulup lengket dan menutup lubang penis. Penyumbatan ini disebabkan kotoran urin yang mengkristal dalam kulup.

Mengingat proses khitan anakku merupakan tindakan dengan bius total walaupun termasuk jenis operasi  kecil, tindakan tersebut tidak dapat langsung dilakukan saat itu juga karena anakku harus melalui beberapa pemeriksaan terlebih dahulu seperti test darah paket operasi, rontgen thorax, konsultasi pada dokter anak dan dokter anestesi. Anakku diharuskan untuk menginap di RS sebelum besoknya dikhitan di ruang operasi. Terus terang kaget juga kami, ternyata proses khitan si bungsu tidak sama dengan abangnya.

Kami diminta untuk mengurus segala sesuatunya ke petugas rawat inap, petugas tersebut langsung menelpon dokter perusahaan suamiku untuk persetujuan bedah pada hari Kamis, 19 Desember 2013. Setelah ada persetujuan perusahaan, dilakukan test darah dan rontgen thorax. Karena hari sudah malam konsultasi ke dokter anak dan anestesi akan dilakukan besoknya sebelum dibawa ke ruang operasi. Karena malam itu kami belum membawa perlengkapan untuk menginap, kami minta izin pada dokter jaga ruang perawatan untuk pulang dan tidur di rumah dan kembali lagi besok pagi, untungnya dibolehkan setelah mengisi formulir cuti keluar RS.

Keesokan harinya sekitar jam 7 pagi kami kembali ke RS, si bungsu sudah bersiap-siap untuk proses khitan termasuk puasa minimal 6 jam, juga pemeriksaan oleh dokter anak dan dokter anestesi sebelum tindakan bedah dilakukan. Karena suamiku harus mempersiapkan keperluan untuk keberangkatannya ke luar kota dan juga dia malamnya mengalami diare, dia hanya singgah sebentar di RS dan pamit pada anakku karena dia tidak ikut menunggui proses khitannya. Hanya aku yang mendampingi si bungsu di RS karena kakak2nya juga masih ujian semester di universitasnya masing-masing, sehingga tidak bisa diajak menemani adiknya di RS.


Anakku dibawa ke ruang operasi sekitar jam 10 lewat, dokter bedahnya baru datang sekitar pukul 11. Dokter tersebut mengajak kami berdoa, setelah itu anakku langsung dibawa ke ruang operasi dan aku disuruh nunggu di luar, katanya operasi berlangsung sekitar 1 jam. Saat menunggu itu aku tidak henti-hetinya berdoa semoga operasinya berjalan lancar dan selamat.

Setelah 1 jam berlalu, tidak ada tanda-tanda aku dipanggil sehingga aku jadi khawatir, kog lama juga proses khitan tersebut. Untungnya ada teman ngobrol yang lagi nungguin ponakannya operasi mata. Setelah lebih kurang 1.5 jam, baru anakku didorong keluar dari ruang operasi menuju ruang penyembuhan. Aku dipanggil oleh dokter dan dokter bilang bahwa khitannya sudah selesai  dan kondisi anakku bagus. 

Aku mendekati tempat anakku berbaring dan memanggil2 namanya, tapi tidak ada respons, aku mulai takut dan menanyakan ke petugas ruang operasi yang sedang memonitor kondisi anakku, kenapa anakku tidak bangun ? apakah tadi dia sudah sadar ? Kata suster tadi anakku sudah sadar, mungkin pengaruh obat bius membuatnya tertidur kembali.

Susterpun ikut memanggil2 nama anakku sambil menepuk2 tangannya, tapi dia tetap tidak terbangun, menurut suster seharusnya dia mulai bernafas normal tapi ternyata anakku belum bisa melakukannya. Melihat denyut jantung anakku belum naik juga ke angka yang normal, anakku diberi bantuan oksigen, perlahan2 denyut jantungnya mulai naik dan mencapai angka maksimal di monitor, kata suster keadaan anakku sudah baik, mungkin dia masih tertidur. 

Setelah memastikan kondisi anakku baik-baik saja, aku izin untuk sholat dzuhur. Setelah selesai sholat, aku bergegas kembali ke ruang penyembuhan, setelah menunggu beberapa saat, aku melihat anakku mulai terbangun. Alhamdulillah, dia sudah benar-benar sadar. Tak lama kemudian anakku dibawa kembali ke ruang perawatan untuk istirahat dan diobservasi lebih lanjut. Aku berharap kami bisa pulang ke rumah setelah anakku cukup istirahatnya. Ketika aku menyampaikan hal ini ke suster jaga, terrnyata anakku tidak dibolehkan pulang oleh dokternya karena besok pagi anakku akan diperiksa kembali kondisi luka jahitannya. 

Waduh .. harus menginap ? padahal suamiku malam itu akan berangkat sekitar jam 20.45, aku ingin ikut mengantarnya sampai ke taxi. Akhirnya aku minta tolong pada anak sulungku untuk datang ke RS  menggantikanku menjaga adiknya saat aku pulang ke rumah. Setelah suamiku berangkat ke bandara, aku kembali ke RS dan ikut menginap bersama si bungsu. Alhamdulillah, malam itu kami berdua dapat tidur nyenyak. Keesokan harinya setelah diperiksa oleh dokter bedah dan diterangkan cara merawat luka jahitan khitannya, kami dibolehkan pulang dan harus kontrol kembali hari Jumat 27 Desember 2013.

Heboh juga proses khitan anak bungsuku ini karena dibius total sehingga harus mengikuti prosedur bedah dan harus dirawat inap juga. Biayanya juga lebih mahal, hampir 10x biaya khitan dengan bius lokal. Alhamdulillah, anakku dapat fasilitas kesehatan dari kantor suamiku. Semoga luka khitannya dapat segera sembuh, kasihan juga anakku ... liburan ini dia hanya diam di rumah sambil sarungan he...he. Katanya sih penyembuhan luka khitan itu sekitar 1 - 2 minggu. Sabar ya nak :)

Oh ya tambahan info, sekarang ada dijual celana khusus khitan sehingga dengan memakai celana tersebut si anak lebih leluasa untuk berjalan dan dapat berpakaian seperti biasa, luka khitannya tidak sakit karena tidak bersentuhan langsung dengan pakaiannya.

Salam Ina

No comments: