Wednesday, December 26, 2007

Tsunami itu ……….

085260044855 .... Terdengar suara di seberang sana “nomor yang anda panggil berada di luar jangkauan”… Astaghfirullaahal’adziim, seringkali ketika rindu kepada mamak begitu membuncah, tanpa sadar aku masih sering menekan nomor kontak “Mamak Bireuen” yang sampai saat ini masih tersimpan di HPku, seakan berharap ada suara lemah lembut yang akan menjawab panggilan telepon tersebut.

Hari ini, 3 tahun telah berlalu, 26 Desember 2004 .. ketika gempa yang kemudian diikuti tsunami melanda kota Banda Aceh dan sekitarnya yang membuat dunia terperangah … merengut nyawa ratusan ribu manusia termasuk mamakku, kakakku Rahmi, suaminya dan ke tiga orang ponakanku yang ganteng2 dan cantik serta puluhan saudara-saudaraku yang lain. Duka dan luka itu masih ada .. meninggalkan parut-parut kecil yang kadang-kadang masih menyisakan perih di dada .. kehilangan yang begitu tiba-tiba seakan jiwa ini ikut tercerabut pula, itulah yang dirasakan oleh keluarga yang ditinggalkan oleh sanak familinya pada musibah tersebut. Innalillaahi wa innaa Ilaihi Raajiuun.

Mimpi buruk itu seakan terbayang kembali … ketika beberapa bulan sebelumnya aku bermimpi seakan-akan rumah keluargaku yang ada di Bireuen terbuka atap dan dindingnya sekaligus .. ketika itu aku terbangun, beristighfar … dan keesokan harinya aku menelpon mamak menceritakan mimpiku … seperti biasanya mamak adalah tempat curhatku hampir tidak ada rahasia diantara kami … mamak memintaku berdoa, mudah2an tidak ada kejadian menyedihkan yang menimpa keluarga kami dan semoga Allah SWT selalu melindungi kami semua.

Setelah bapakku meninggal dunia tahun 2001, mamakku tinggal sendirian di Bireuen ditemani saudara jauhku, tidak ada anak kandungnya yang tinggal di Bireuen … kakakku Rahmi dan adikku yang bungsu Adek tinggal di Banda Aceh, adikku Ipa tinggal di Medan sedangkan aku sendiri tinggal di Jakarta, sehingga setiap lebaran mamakku bergiliran berhari raya di tempat anak-anaknya. Pada minggu kedua bulan Desember 2004 itu, mamakku berencana untuk merayakan Idul Adha bersama2 kakak dan adikku di Banda Aceh.

Menurut cerita saudara jauhku itu … sebelum berangkat ke Banda Aceh, beliau mendatangi saudara2 yang ada di Lhok Seumawe dan Bireuen untuk meminta maaf, pada keberangkatannya kali ini beliau juga membawa banyak sekali pakaian seakan-akan beliau akan pergi lama. Mamakku juga sering murung kalau mengingat mimpiku itu dan selalu berdoa semoga Allah SWT menjauhkan kami dari segala musibah. Beberapa waktu sebelum meninggalnya, mamak juga sering mengatakan usianya tidak lama lagi … bahkan mamak pernah berkata, mungkin usia mamak juga hanya sampai 63 tahun saja seperti usia Nabi Muhammad SAW, ternyata firasat mamakku benar adanya, beliau kembali ke hadirat Allah SWT pada usia 63 tahun 6 bulan.

Allah SWT tidak akan memberi beban yang tidak sanggup kita pikul …. musibah itu pasti sudah tertulis di Lauhil Mahfuz .. itu yang sangat aku imani, sehingga musibah tersebut tidak membuat kami larut dalam kesedihan yang berkepanjangan, aku berharap dan berdoa agar mamakku, kakakku sekeluarga, saudara-saudaraku serta semua korban tsunami mendapat ampunan Allah SWT dan dilipatgandakan pahala amal shalihnya.

Semoga kami bertiga anak2nya yang masih hidup ini dapat menjadi anak-anak yang senantiasa beramal shaleh dan mendoakan ke dua orang tuanya : “Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa ke dua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu aku masih kecil”. Kasih sayang orang tua ketika kita masih kecil benar-benar kasih sayang yang tanpa pamrih, itulah yang kurasakan saat ini terhadap anak-anakku, semoga mereka semua menjadi anak yang shaleh. Kasih Sayang Allah SWT pada hambaNya pastilah lebih hebat dari itu semua … semoga kita semua dapat merasakan dan mendapatkan kasih sayang tersebut.

Aku juga berdoa dan berharap agar Fildzah “satu-satunya” anak kakakku yang selamat dari musibah tsunami tersebut menjadi anak yang tegar dan mandiri serta menjadi anak yang shaleh yang senantiasa mendoakan ke dua orang tuanya yang telah tiada. Amin Ya Rabbi.

Salam Ina
.

No comments: